Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik 1 persen pada hari Rabu, rebound dari penurunan tajam di sesi sebelumnya. Kenaikan harga emas ini didorong oleh pelemahan dolar AS dan ketidakpastian seputar pemilihan AS serta pemulihan ekonomi global yang mendorong daya pikat investor terhadap safe haven metal ini.
Dikutip dari CNBC, Kamis (15/10/2020), harga emas di pasar spot naik 0,7 persen menjadi USD 1.903,20 per ounce. Sementara harga emas berjangka AS ditutup naik 0,7 persen menjadi USD 1.907,30.
Baca Juga
"Indeks dolar turun pada hari ini, imbal hasil lebih rendah yang mendukung harga emas dan kami juga melihat beberapa pembelian teknis mungkin karena koreksi kemarin sedikit berlebihan," kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.
Advertisement
Dolar melemah terhadap mata uang utama lain, sementara benchmark Treasury 10-tahun juga turun. Harga emas batangan merosot sebanyak 1,9 persen pada hari Selasa setelah greenback menguat karena kebuntuan atas stimulus AS.
“Kami akan mendapatkan stimulus tidak peduli siapa yang memenangkan pemilu - Demokrat atau Republik ... faktanya adalah AS membutuhkan paket stimulus, meskipun tampaknya diragukan bahwa kami akan mendapatkannya dengan cara yang berarti sebelum pemilu,” tambah Melek.
Harga emas yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, telah naik 25 persen sepanjang tahun ini di tengah tingkat stimulus global yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk meredakan pukulan ekonomi dari pandemi.
Investor juga mengawasi kampanye presiden AS, dengan jajak pendapat yang menunjukkan kandidat Demokrat Joe Biden memimpin pemilihan, tetapi banyak yang tetap khawatir tentang potensi hasil pemilu yang tertunda.
"Level harga USD 1.900 per ons telah menjadi medan pertempuran untuk harga emas," kata Eli Tesfaye, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures.
"Pasar telah mencoba untuk mengambilnya di bawah level itu beberapa kali, tetapi penurunan telah diatasi oleh permintaan dari ketidakpastian dalam pemilu AS yang akan datang, stimulus, dan Brexit."
Selain harga emas, harga perak naik juga naik 0,5 persen menjadi USD 24,30 per ounce, platinum turun 0,7 persen menjadi USD 859,30 dan paladium naik 1,2 persen menjadi USD 2,342,32.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Kemarin
Harga emas turun sebanyak 1,9 persen pada hari Selasa, mencapai di bawah USD 1.900 per ounce. Ini karena dolar menguat seiring kebuntuan atas stimulus AS dan karena investor terikat pada rapor ekonomi dari Dana Moneter Internasional.
Dikutip dari CNBC, Rabu (14/10/2020), harga emas di pasar Spot turun 1,7 persen menjadi USD 1,890.01 per ounce. Emas berjangka AS kehilangan 1,8 persen menjadi USD 1.893,70.
"Stagnasi di Washington selama paket stimulus berikutnya terus menekan aset seperti emas yang mengandalkan pelemahan dolar untuk gelombang dukungan berikutnya," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
“IMF dan lembaga lain seperti Federal Reserve AS juga telah mencatat bahwa pemulihan ekonomi telah terjadi sedikit lebih cepat dari yang mereka perkirakan semula, sehingga akan membuat kami percaya bahwa mungkin ada kebutuhan akan stimulus yang lebih rendah di seluruh dunia,” tegasnya.
Dolar melonjak 0,4 persen terhadap saingannya, membuat emas mahal.
IMF mengatakan perkiraan untuk ekonomi global tak seburuk yang diperkirakan karena negara-negara kaya dan China pulih lebih cepat dari perkiraan.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan penawaran paket stimulus virus corona terbaru oleh Presiden Donald Trump kurang dari yang dibutuhkan rakyat Amerika.
Harga emas telah dipermainkan selama negosiasi untuk kesepakatan stimulus fiskal, dengan kebuntuan terbaru. "Menghilangkan beberapa pendorong bullish jangka pendek yang kami antisipasi," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
“Tapi semua itu berarti kita akan mendapatkan stimulus nanti, mungkin awal tahun depan dan itu akan menyebabkan harga emas lebih tinggi,” tambah dia.
Emas, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, telah meningkat 25 persen tahun ini di tengah tingkat stimulus global yang belum pernah terjadi sebelumnya selama pandemi.
Advertisement