Menristek: Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional Harus Berbasis Teknologi

Produk-produk hasil riset dan inovasi dalam negeri diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Nov 2020, 18:30 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2020, 18:30 WIB
Bambang P. S. Brodjonegoro
Menristek Bambang P. S. Brodjonegoro menyampaikan, kementeriannya tengah melakukan uji klinis terhadap jahe merah, jambu biji, dan minyak kelapa murni untuk COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (3/5/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan produk-produk hasil riset dan inovasi dalam negeri diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia, tidak hanya selama pandemi covid-19 tapi juga untuk kebutuhan jangka panjang.

“Saya kembali mengingatkan bahwa percepatan pemulihan ekonomi nasional harus berbasis pemanfaatan teknologi dan menjadikan Indonesia sebagai negara maju melalui pemanfaatan inovasi dan teknologi,” kata Bambang dalam Peluncuran RKSA 2021 dan Penutupan RKSA 2018-2020, Selasa (10/11/2020).

Kata Bambang, meluasnya pandemi covid 19 telah memicu multiplayer effect di sejumlah sektor kehidupan, selain dampak kesehatan ancaman resesi juga membayangi perekonomian nasional untuk itu diperlukan paradigma dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan teknologi riset dan inovasi.

“Riset dan Inovasi bisa dilakukan oleh sumber daya manusia Indonesia sebagai basis pengembangan penguatan daya saing bangsa, untuk mewujudkan Indonesia menjadi 10 besar perekonomian dunia pada tahun 2035 dan menjadi salah satu negara maju pada tahun 2045,” ujarnya.

Lanjutnya, meskipun dalam kondisi covid-19 Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang minus dua kuartal berturut-turut, namun masih banyak penelitian yang dilakukan oleh Lembaga penelitian terutama perguruan tinggi di Indonesia.

“Meskipun dalam kondisi krisis kemauan dan motivasi para peneliti berkreasi menciptakan inovasi begitu besar dan mari kita bersama-sama mendukung baik dari pemerintah maupun mitra industri untuk mengakselerasi kegiatan riset dan inovasi demi kemandirian bangsa,” ungkapnya.

Menurutnya dengan sinergi Triple Helix, dari akademisi, pengusaha, dan Pemerintah, invensi yang diciptakan dapat di komersialisasi sehingga memberi manfaat ekonomi dan sosial yang secara bertahap menjadikan bangsa Indonesia mandiri terutama menghadapi dan mencegah meluasnya pandemi covid 19.

Inovasi dan riset yang dilakukan oleh para peneliti sejatinya memberikan solusi bagi berbagai masalah akibat covid 19 terutama di bidang Kesehatan, ekonomi dan Pendidikan,” katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Produk Inovasi

Menteri Bambang Bahas Persiapan Pembangunan Ibu Kota Baru
Menteri Negara PPN/Ka Bappenas Bambang Brodjonegoro saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema "Berapa Lama Membangun Ibukota Baru?" di Jakarta, Senin (13/5/2019). Presiden Joko Widodo ingin ibu kota baru berada di luar Pulau Jawa, terutama Kalimantan dan Sulawesi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Produk-produk inovasi tersebut antara lain GeNose, PCR Test Kit, Rapid Test, Robot KECE, Autonomous UVC Mobile Robot, Convalescent serum, imunomodulator, ventilator, mobile lab BSL-2 trailer, sistem AI untuk deteksi covid-19, dan powered Air Purifying Respirator.

Selain itu, kini keberadaan vaksin sangat dibutuhkan untuk penanganan pandemi covid-19 yang saat ini sudah mencapai hampir 50 juta kasus di dunia.

Vaksin memberikan keamanan dan kenyamanan bagi setiap orang sehingga kegiatan ekonomi dapat tetap berjalan kembali seperti sedia kala. Di Indonesia sendiri sudah mengembangkan vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh para peneliti di Indonesia.

Kata Bambang, vaksin merah putih merupakan simbol kemandirian bangsa yang berperan nya para ilmuwan dalam inovasi dan teknologi inovasi unggul. Vaksin merah putih lahir karena tahap desain penelitian pengembangan serta produksi dilakukan oleh para peneliti anak bangsa.

“Dengan adanya vaksin merah putih ini selain dapat mempercepat perekonomian Indonesia juga menghemat pembelian vaksin luar negeri yang harganya jauh lebih mahal, dibandingkan vaksin produksi Indonesia,” pungkasnya.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya