Industri Otomotif Diprediksi Masih Lesu hingga 2021

Kinerja industri otomotif masih stagnan hingga tahun depan. Menyusul kian turunnya daya beli masyarakat akibat dampak pandemi Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2020, 12:30 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2020, 12:30 WIB
FOTO: Penjualan Mobil Mei 2020 Turun Drastis
Pegawai melayani calon pembeli mobil di Tunas Daihatsu, Jakarta, Rabu (17/6/2020). Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil di Indonesia pada Mei 2020 turun 82 persen dari pencapaian Mei 2019 yang sebesar 93.881 unit. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat transportasi senior sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai kinerja industri otomotif masih stagnan hingga tahun depan. Menyusul kian turunnya daya beli masyarakat akibat dampak pandemi Covid-19.

"Sekarang penurunan daya beli masyarakat jauh sekali. Orang jadi berfikir dua kali buat beli produk otomotif seperti mobil kan. Jadi pada 2021 nanti masih stagnan untuk industri otomotif ini," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (11/11/2020).

Djoko mengatakan, hal ini tercermin dari lesuhnya penjualan mobil baru secara kuartalan maupun tahunan baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk ekspor. Bahkan, mobil bekas masih cukup banyak yang belum laku di tahun ini.

Terlebih, ujar Djoko, banyak kota di Indonesia yang mulai mengembangkan sistem transportasi umum modern dan terintegrasi. Alhasil mulai masyarakat mulai melirik penggunaan transportasi umum, khususnya kaum urban.

"Palembang sudah punya LRT kan, Jakarta dengan MRT, juga Bandung dan Surabaya dengan progres kereta cepat. Sehingga Ini pasti juga berdampak ke penjualan produk otomotif yang menurut," tegasnya.

Selain itu, berkembangnya tren bersepeda juga turut mempengaruhi turunnya pembelian kendaraan bermotor. Mengingat saat ini sepeda juga digunakan sebagai alternatif transportasi untuk menunjang berbagai aktivitas keseharian masyarakat.

"Jadi, ke depan saya fikir pemanfaatan sepeda ini akan lebih luas. Apalagi banyak kebijakan pemerintah juga yang ramah bagi Pesepeda," terangnya.

Maka dari itu, dia meyakini pemulihan sektor industri otomotif akan membutuhkan waktu sedikit lama, minimal 2 tahun. Terutama bagi kendaraan pribadi di era kebiasaan baru ini.

"Pulihnya industri otomotif ini akan bertahap. Tetapi, tergantung kondisi ekonomi negara juga ya," tutupnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kata Menteri Perindustrian

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (5/6/2020). (Dok Kemenperin)
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (5/6/2020). (Dok Kemenperin)

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pertumbuhan sektor industri manufaktur di kuartal III-2020 sebesar 5,25 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Dia berharap pertumbuhan sektor manufaktur bisa terus membaik.

"Nah ini merupakan hal yang sangat positif yang menurut kami kira-kira kita sudah pada posisi rock bottom pada Kuartal II dan mudah-mudahan ke depan kita akan mulai menunjukkan proses pemulihan," kata Agus dalam talkshow Update KPCPEN: Pemulihan Ekonomi Nasional, Senin (9/11/2020).

Terlebih, secara umum sektor industri semuanya tumbuh jika dibandingkan dengan kuartal II 2020. Tapi jika dibandingkan dengan tahun 2019, masih ada tekanan-tekanan untuk tahun 2020 ini. Misalnya produksi mobil pada kuartal III 2020 mencapai 113.560 unit atau naik sebesar 172 persen.

"Ini kuartal to kuartal, jadi dari kuartal II ke kuartal III itu ada kenaikan 172 persen. Namun kalau dibandingkan dengan YoY ini ada penurunan sebesar 68,47 persen," jelasnya.

Padahal kita tahu bahwa industri otomotif ini merupakan industri yang sangat penting karena turunannya mata rantainya itu sangat banyak, ditambah partisipasi dari industri kecil dan menengah untuk mendukung industri otomotif.

Kemudian contoh lainnya, produksi semen di kuartal III 2020 sebesar 18,1 juta ton dibandingkan kuartal II naik 42,09 persen. Namun secara rata-rata tahun 2019 dibandingkan 2020 itu turun sebesar 9 persen. "Tapi bottom line nya kita sudah melihat bahwa ada kurva positif dari semua sektor industri mulai dari kuartal III ini," pungkasnya.

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya