Rupiah Melemah di Tengah Beragam Sentimen Global dan Internal

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.055 per dolar AS hingga 14.092 per dolar AS.

oleh Athika Rahma diperbarui 18 Nov 2020, 10:35 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2020, 10:35 WIB
Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di Jakarta, Senin (9/11/2020). Menjelang siang, rupiah terus menguat ke level 14.145 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tipis pada perdagangan Rabu pekan ini. Rupiah cenderung bergerak melemah di tengah beragam sentimen.

Mengutip Bloomberg, Rabu (18/11/2020), rupiah dibuka di angka 14.055 per dolar AS, tak bergerak jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Namun menjelang siang, rupiah melemah ke 14.092 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.055 per dolar AS hingga 14.092 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih melemah 1,36 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.118 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.073 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pagi ini di pasar Asia pergerakan instrumen bervariasi. Ada yang positif dan ada yang negatif.

"Sentimen positif karena laporan pengembangan vaksin COVID-19, tertutupi oleh kekhawatiran pasar soal peningkatan kasus COVID-19 yang bisa memicu pelambatan pemulihan ekonomi," ujar Ariston dikutip dari Antara, Rabu (18/11/2020).

Tapi dari dalam negeri, lanjut Ariston, sentimen masih positif di antaranya surplus neraca perdagangan Oktober, proyeksi pertumbuhan positif ekonomi Indonesia di kuartal keempat oleh Bank Indonesia.

Bank Indonesia juga diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya sehingga tingkat imbal hasil aset rupiah masih menarik di mata investor.

"Sentimen positif dalam negeri tersebut mungkin bisa menahan sentimen negatif dari eksternal," kata Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.000 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS.

Pada Selasa (17/11) rupiah ditutup menguat 55 poin atau 0,39 persen ke posisi Rp14.055 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya Rp14.110 per dolar AS.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Gubernur BI Sebut Rupiah Masih Undervalued

Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal terus menguat. BI melihat bahwa nilai tukar rupiah saat ini masih di bawah nilai semestinya. 

"Sekarang diperdagangkan sekitar 14.100 per dolar AS. Kami melihat bahwa nilai tukar rupiah masih berpotensi untuk menguat, kami melihat bahwa level sekarang secara fundamental masih undervalued," katanya dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Kamis (12/11/2020).

Menurut Perry, jika melihat fundamental ekonomi Indonesia yang ada saat ini, nilai tukar rupiah masih jauh di bawah nilai fundamental. Oleh sebab itu, dia meyakini rupiah masih akan bisa menguat.

Dia mencontohkan dari sisi inflasi, saat ini masih berkisar di level 1,44 persen secara tahunan pada Oktober 2020. Sedangkan transaksi berjalan defisit USD 2,9 miliar kuartal II-2020 dan premi risiko menurun.

"Dengan melihat bahwa inflasi rendah, transaksi berjalan defisitnya rendah, daya tarik aset keuangan Indonesia yang tinggi dan premi risiko yang menurun," tegas dia.

Menurut Perry, beberapa indikator risiko di pasar keuangan juga mulai mereda sehingga bisa mendorong rupiah. contohnya adalah Credit Default Swap (CDS) yang di posisi 73 dan VIX Index di posisi 26 meskipun ketidakpastian pasar keuangan masih tinggi.

"Di pasar keuangan global juga ketidakpastian mulai turun meski tetap tinggi karean faktor geopolitik dan second wave Pandemi COVID. VIX dan CDS turun terutama di bulan-bulan November setelah pemilu di AS," ucap dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com    

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya