Ekonomi China Bisa Pulih Tanpa Vaksin Covid-19, Bagaimana dengan Indonesia?

Keberadaan vaksin Covid-19 di Indonesia untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kelas menengah atas untuk kembali menjalani aktivitas seperti semula.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Nov 2020, 14:40 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2020, 14:40 WIB
Banner Infografis 180 Juta Warga Indonesia Target Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis 180 Juta Warga Indonesia Target Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional (PEN), Budi Gunadi Sadikin mengatakan kehadiran vakin Covid-19 bukan jalan keluar pamungkas dalam penanganan wabah virus corona. Vaksin hanya salah satu dari upaya penanganan virus yang telah menjadi pandemi di seluruh negara.

"Vaksin salah satu, bukan the only solution, yang di-address vaksin dulu," kata Budi dalam acara CEO Networking 2020 secara virtual, Jakarta, Selasa (24/11).

Budi mengatakan pandemi Covid-19 tertangani dengan baik di China tanpa perlu mengandalkan vaksinasi. Perekonomian di negara tirai bambu tersebut kembali dibuka dan sedang berjalan meski vaksin belum disuntikkan kepada warga setempat.

"China recovery ekonomi tanpa vaksin," kata Budi.

Di China lanjut Budi, penanganan berhasil bukan karena NPL perbankan atau penurunan GWM dan likuiditas. Melainkan penerapan kebijakan kesehatan yang ketat.

Sehingga masyarakat menjadi nyaman saat beraktivitas di luar rumah. Tidak ada

"Kalau kesehatan beres Insya Allah ekonomi baik," kata Budi.

Sebenarnya vaksin terhadap suatu penyakit diproses selama 7 tahun. Paling cepat vaksin yang pernah dibuat yakni 4 tahun. Namun dalam kondisi darurat seperti saat ini, vaksin diciptakan dalam waktu kurang dari satu tahun.

"Jadi gimana kita melihat kedudukan vaksin di dalam memperbaiki solusi di sektor kesehatan," kata dia.

Keberadaan vaksin di Indonesia untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kelas menengah atas untuk kembali menjalani aktivitas seperti semula. Melakukan kegiatan konsumsi sehingga menggerakkan permintaan barang dan jasa.

Alasannya, selama ini kelas menengah menahan diri karena merasa belum aman. Dilihat dari penggunaan kartu kredit misalnya yang hanya sekitar 10-20 persen dari biasanya.

"Itu akibat dari ekonomi tidak gerak. Mau dipaksa keluar juga masalahnya takut dari sisi kesehatan," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Menko Luhut: Bio Farma Bakal Produksi Vaksin Covid-19 Pfizer

Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence saat melakukan perjalanan dinas ke Amerika Serikat. Luhut mengaku bertemu secara khusus dengan Mike Pence selama 15 menit.

"Di Wakil Presiden (Amerika Serikat) saya berbicara hampir 15 menit," kata Luhut dalam acara CEO Networking 2020 secara virtual, Jakarta, Selasa (24/11).

Dalam pertemuan tersebut, keduanya membahas terkait kerja sama pengadaan vaksin Covid-19 yang diproduksi Pfizer. Hasilnya, Indonesia dan Amerika Serikat sepakat untuk bekerja sama dengan membuat vaksin Covid-19.

"Kami bicara akhirnya menyangkut masalah vaksin dan Amerika bersedia membantu vaksin," kata Luhut.

Semalam, kata Luhut, sudah ada pembahasan antara Pemerintah Amerika Serikat, Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin dan Badan POM lewat video konferensi. Dalam pertemuan virtual tersebut, vaksin Covid-19 dari perusahaan Pfizer akan diproduksi PT Bio Farma.

"Tadi malam kami sudah follow up dengan video call dengan secretary of health-nya dia, Bob, dan dengan Wakil Menteri Budi Sadikin dan juga BPOM untuk membuat Pfizer kerja sama dengan PT Bio Farma kita," tutur Luhut.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya