Ketua OJK: Jangan Investasi Sekedar Ikut Tren dan dari Utang

OJK mencatat investor retail di pasar saham tumbuh pesat. Hal ini juga memicu calon investor lain untuk segera menanamkan modalnya di pasar saham.

oleh Athika Rahma diperbarui 01 Feb 2021, 18:48 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2021, 18:48 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat menggelar jumpa pers tutup tahun 2018 di Gedung OJK, Jakarta, Rabu (19/12). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso membeberkan kondisi terbaru mengenai pasar modal domestik.

Dilaporkan, investor retail di pasar saham tumbuh pesat. Hal ini juga memicu calon investor lain untuk segera menanamkan modalnya di pasar saham.

"Namun demikian, perkembangan tersebut agar diimbangi dengan meningkatnya pemahaman yang memadai mengenai investasi, tidak sekadar mengikuti tren dan sumber dana bukan berasal dari pinjaman (utang)," ujar Wimboh dalam dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara daring, Senin (1/2/2021).

Wimboh melanjutkan, mengantisipasi perkembangan tersebut, OJK bersama self regulatory organizations (SROs) dan pelaku Pasar Modal terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

"Hal ini dilakukan agar masyarakat lebih rasional dalam menentukan pilihan investasi," katanya.

Sebagai informasi, pasar saham rebound di atas level 6000 di akhir 2020 dan di awal Januari, sempat menyentuh level 6.435 (14 Januari) namun akhir bulan Januari 2021 ditutup melemah di level 5.862,35 atau turun 1,95 persen year to date akibat rilis data ekonomi global.

Jumlah total investor di pasar modal mencapai 3,88 juta investor atau naik 56 persen year on year dan terus bertambah menjadi 4 juta investor hingga 15 Januari 2021 dengan frekuensi transaksi yang mengalami tren kenaikan.

Pasar SBN (Surat Berharga Negara) selama tahun 2020 mengalami penguatan dengan yield turun 105 bps. Namun penguatan yield UST di awal 2021 mendorong pelemahan pasar SBN sehingga yield SBN perlahan naik.

Sentimen positif terkait vaksin di awal 2021 menggiring aliran masuk investasi dari dana investor non-residen sebesar Rp 22,41 triliun di pasar modal. Tercatat 53 emiten baru juga melantai di bursa di 2020 dan merupakan angka tertinggi di ASEAN.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

OJK Dorong Penggalangan Dana di Pasar Modal, Ini Alasannya

Menkominfo, Kepala BKPM dan Ketua Dewan Komisioner OJK Diskusi Investasi Unicorn
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso saat diskusi FMB 9 bertajuk 'Investasi Unicorn untuk Siapa?', Jakarta (26/2). Potret e-commerce dan start-up Indonesia diyakini akan menjadi saran lompatan besar untuk Indonesia. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong ada raising fund atau penggalangan dana di pasar modal. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan antara supply-demand di pasar modal melalui penambahan instrumen.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menuturkan, selama pandemi COVID-19 banyak masyarakat yang tidak membelanjakan uang karena terbatasnya ruang gerak. Situasi tersebut lantas menjadi peluang dari sisi investasi.

"Ini menjadi kekuatan untuk investasi. Mungkin kalau 1-2 bulan (tidak seberapa), (tapi) ini hampir 10 bulan, jumlahnya banyak. Sehingga inilah yang sebagian mengalir di pasar modal,” kata Wimboh dalam Webinar Akselerasi Pemulihan Ekonomi, Selasa (26/1/2021).

Adapun di pasar modal, Wimboh mengatakan apabila tidak ada penambahan instrumen, keseimbangan antara supply-demand terganggu. Akibatnya, harga saham menjadi tinggi.

"Ini adalah situasi yang harus kita kendalikan di 2021, dan ini barangkali masih akan terjadi. Untuk itu kami akan mempercepat dan mempermudah untuk supply atau emiten yang raising fund di pasar modal,” kata Wimboh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya