Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantik direksi Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) di Istana Merdeka, Jakarta pada Selasa 16 Feburari 2021.
Jokowi menunjuk Ridha Wirakusumah yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Permata Tbk menjadi Direktur Utama LPI.
"INA dikelola oleh putra putri terbaik bangsa yang berpengalaman di kancah profesional internasional, yang dijaring panitia seleksi head hunter profesional," ujar Jokowi.
Advertisement
Berikut fakta-fakta terkait LPI yang dirangkum Liputan6.com, Rabu (17/2/2021).
1. Ridha Wirakusumah sebagai Direktur Utama LPI
Ridha berpengalaman sebagai eksekutif senior di Indonesia perbankan, jasa keuangan, dan investasi. Terakhir sebagai CEO di Bank Permata.
Ridha memiliki pengalaman panjang, pernah menjadi CEO di berbagai perusahaan multinasional. Direktur Kohlberg Kravis Robert di Hong Kong, Presiden and CEO AIG di Hong Kong, kemudian presiden dan CEO Asia-Pasifik di GE (General Electric), capital consumer finance and banking serta CEO di Maybank Indonesia.
2. Ciptakan Iklim Investasi yang Aman dan Nyaman
Sejak dipilihnya Ridha menjadi Ketua Dewan Direktur LPI yang baru, dirinya berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang nyaman dan aman di Tanah Air agar investor bisa berbondong-bondong masuk.
"Yang pertama yang ingin saya tekankan, kami ingin ciptakan sebuah iklim investasi yang nyaman dan aman sehingga mereka bisa berpartisipasi untuk bersama-sama ikut serta dalam pembangunan Indonesia," kata dia.
Ridha menekankan, yang LPI cari saat ini adalah dana modal, bukan dana pinjaman. Di mana dana tersebut bisa dari sumber pemerintahan yang baik dan bersih.
"Lalu tentunya kedua, misinya adalah kalau bisa sebagai namanya SWF, semua dana yang dipercayakan kepada kami kalau bisa nanti bertumbuh terus sehingga merupakan dana abadi untuk terus menjadi dana yang makin lama bisa memakmurkan anak cucu kita semua," terangnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
3. LPI cari dana modal, bukan Pinjaman
Direktur Utama Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) Ridha Wirakusumah mengatakan lembaganya mencari dana modal untuk pembangunan yang dapat memberikan nilai tambah bagi seluruh pihak, bukan dana bersifat pinjaman.
“Yang ingin saya tekankan, adalah yang kami cari itu adalah dana modal bukan dana pinjaman. Dana yang kalau bisa value added (bernilai tambah) dan yang tentunya juga dari sumber-sumber yang governance (tata kelola) yang baik, clean (bersih),” kata Ridha dikutip dari Antara, Selasa (16/2/2021).
Ridha yang berpengalaman menjadi pemimpin perusahaan multinasional itu menegaskan akan menciptakan iklim investasi yang baik di Indonesia sehingga dapat membuat para investor nyaman dan yakin.
“Agar mereka bisa berpartisipasi untuk bersama-sama ikut serta dalam pembangunan Indonesia, yang masa depannya luar biasa. Apakah dari demografis, skala, atau segi potensi bisnisnya,” ujarnya.
4. Dana abadi Pembangunan
Dirut LPI ini juga menargetkan dana yang masuk ke INA dapat menjadi dana abadi pembangunan. Dewan Direksi LPI yang resmi mulai bekerja hari ini akan membangun terlebih dahulu fondasi kerja agar manajemen LPI bekerja secara profesional dan berintegritas.
“Paling penting menurut saya menciptakan rumah yang utuh dengan profesionalisme yang tinggi dengan setting governance (tata kelola) yang betul-betul kuat dipandu oleh Dewan Pengwas kami lalu dengan policy (kebijakan) yang akan kita set up juga,” kata Ridha.
Menurut Ridha, LPI ke depannya akan melihat berbagai proyek potensial di Indonesia yang dapat mengundang investor. Dia juga akan berkoordinasi dengan Dewan Pengawas LPI termasuk dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri BUMN Erick Thohir.
“Cukup banyak daftar dari infrastruktur yang sudah kami earmarked. Kalau saya boleh mengutip sedikit Pak Erick, kira-kira ada 9,5 miliar dolar AS di pipeline yang mungkin kita bisa lihat. Tapi tentunya kita akan melihat secara seksama untuk meyakinkan bahwa proyek itu betul-betul bisa membawa good returns for us and also for our co-investors,” ujar Ridha.
Adapun LPI telah memperoleh pembiayaan dari pemerintah sebesar Rp15 triliun dalam APBN 2020 dan berlanjut tambahan Rp 15 triliun di tahun ini. Kemudian, LPI juga memperoleh Rp 45 triliun dalam bentuk pengalihan saham (inbreng) tahun ini.
Modal awal R p75 triliun hingga akhir tahun ini akan digunakan LPI untuk untuk memulai kerja sama menghimpun investasi dan mencari mitra kerja sama untuk pembangunan di Indonesia.
Advertisement
5. Fokus Bangun infrastruktur Jalan tol
Dirut LPI Ridha Wirakusumah mengatakan, sesuai dengan mandat sektor infrastruktur memang menjadi salah satu yang akan dikerjasamakan dengan investor untuk dibiayai. Salah satu menjadi fokus saat ini adalah jalan tol.
"Infrastruktur itu kan banyak sekali, harus dipilah-pilah lagi. Lalu kita sekarang akan mengkonsentrasikan yang toll road," jelasnya, dalam konferensi pers di Istana Negara, Selasa (16/2/2021).
Dia menjelaskan, salah satu alasan memilih toll road, karena sektor ini memiliki multiple effect yang cukup besar. Kemudian, nilai dari investasi pembangunan jalan tol cukup tinggi sekali.
"Tapi toll road itupun, ini sekarang saya ngomong detail sebagai CEO ya, kita harus melihat dan kerja sama dengan pemilik tol apakah Waskita, Hutama, Wika, Jasa Marga," jelas dia.
Dia menyampaikan, keinginannya untuk bekerja sama dengan BUMN tersebut jika ada investor masuk menyertakan modalnya. "Jadi kami secara sinergi harus bersama-sama sebagai pemilik, membetulkan tol ini bisa dioptimalkan bagaimana. Sehingga kemajuannya betul-betul terlihat nyata secara bersama-sama," jelasnya.
Dia menekankan, LPI ini bukan hanya cari uangnya saja. Sebab LPI ingin sama-sama dengan investor untuk bisa memperbaiki kinerja agar toll road jauh lebih baik lagi, meskipun saat ini memang sudah dalam kondisi baik.
Di sisi lain adanya uang dari luar, investasi akan pengembangan tol jadi lebih cepat, lebih bagus, dan optimal. Dan nilai tambahnya lebih cepat untuk masyarakat Indonesia.
6. Pemerintah Tak Berutang ke Investor
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menegaskan, Lembaga Pengelola Investasi (LPI) adalah sebuah instrumen investasi baru di Tanah Air. Oleh karenanya, para calon partner dari LPI harus bersama-sama berinvestasi atau menanamkan modalnya di Indonesia.
"Kita tidak meminjam uang mereka. Tapi mereka menginvestasikan bersama-sama kita," kata Sri Mulyani dalam keterangan pers di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/2/2021).
Sri Mulyani mengatakan, terbentuknya LPI adalah cara pemerintah agar tidak terlalu tergantung kepada leverage atau pinjaman. Oleh karena itu, karena LPI sifatnya adalah bersama-sama melakukan investasi, maka membutuhkan suatu proses cukup detail.
"Investasi pasti membutuhkan suatu proses yang sangat detail," ujarnya.
Bendahara Negara itu menambahkan, selama proses pembentukan LPI pemerintah sudah dapat berbagai macam minat dari investor dari beberapa fund besar di dunia. Mereka semua menyampaikan keinginannya dan bahkan menyebut nilai yang ingin dimasukan ke LPI.
"Jadi pada saat ini kita sudah ada beberapa fund yang bahkan melakukan expression of interest dengan menulis surat langsung kepada saya dan Pak Erick," jelasnya.
Sri Mulyani sadar, potensi LPI sangat besar. Oleh sebab itu, pemerintah masih menahan diri dan mempertimbangan berbagai minat investor dari negara-negara di dunia.
"Namun mungkin untuk tujuan kita hari ini kita akan mendisclose, karena menurut saya kita akan selesaikan rumahnya sambil kita akan bicara secara teknis," sebut dia.