Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun lebih dari 1 persen pada perdagang Kamis meskipun terjadi penurunan tajam dalam persediaan minyak mentah AS.
Penurunan harga minyak ini karena pelaku pasar mengambil untung setelah beberapa hari melakukan pembelian didorong oleh hawa dingin di negara bagian penghasil energi terbesar tersebut.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, Kamis (19/2/2021), harga minyak mentah Brent turun 0,64 persen ke level 63,93 per barel. Selama sesi tersebut, harga minyak Brent sempat sentuh level USD 65,52, tertinggi sejak Januari 2020.
Advertisement
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,01 persen menjadi USD 60,52 per barel, setelah sebelumnya mencapai level USD 62,26, tertinggi sejak Januari 2020.
Brent telah naik selama empat sesi berturut-turut sebelum Kamis, sementara WTI naik selama tiga sesi.
"Pasar mungkin sedikit lebih maju," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group di Chicago.
“Tapi jangan salah, aksi jual minyak ini tidak menyelesaikan masalah. Masalahnya akan terus berlanjut," lanjut dia.
Cuaca telah menutup sekitar seperlima dari kapasitas penyulingan nasional dan menutup produksi minyak dan gas alam di seluruh negara bagian di AS.
Harga minyak turun meskipun persediaan minyak AS turun tajam. Stok minyak mentah turun 7,3 juta barel dalam sepekan hingga 12 Februari, kata Administrasi Informasi Energi mengatakan pada hari Kamis, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 2,4 juta barel.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekspor Minyak
Ekspor minyak mentah naik menjadi 3,9 juta barel per hari, tertinggi sejak Maret, kata EIA.
“Nugget besar adalah lompatan besar dalam ekspor minyak mentah,” kata John Kilduff, Partner di Again Capital di New York.
"Kita harus melihat apa yang terjadi dengan cuaca minggu depan di Texas, tapi saya sudah mencari penjemputan di sana untuk sementara waktu," lanjut dia.
Reli minyak dalam beberapa bulan terakhir juga telah didukung oleh pengetatan pasokan global, sebagian besar disebabkan oleh pengurangan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu dalam pengelompokan OPEC+, yang mencakup Rusia.
Sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters bahwa produsen grup kemungkinan akan mengurangi pembatasan pasokan setelah April mengingat pemulihan harga.
Advertisement