Harga Jagung di Tingkat Petani Anjlok, Wamendag Punya Solusi

Kerja sama dengan petani dan pengusaha di pedesaan harus diterjemahkan dalam berbagai program konkret pemerintah yang berorientasi hasil

oleh Tira Santia diperbarui 01 Apr 2021, 12:30 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2021, 12:30 WIB
Panen Raya, Petani Tuban Hasilkan 33,7 Ton Jagung
Hamparan ladang jagung saat panen raya di Tuban, Jawa Timur, Jumat (9/3). Panen raya tersebut menghasilkan 33,7 ton jagung. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kerja sama dengan petani dan pengusaha di pedesaan harus diterjemahkan dalam berbagai program konkret pemerintah yang berorientasi hasil.

Hal ini dikemukan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga saat menerima kunjungan dari Asosiasi Pengusaha Desa Indonesia (APEDI) di kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta.

Dalam pertemuan sekitar dua jam tersebut, Wamendag Jerry mendiskusikan beberapa hal yang menjadi perhatian utama dari APEDI, salah satunya isu harga jagung di tingkat petani yang cukup rendah saat ini.

Menanggapi hal tersebut, Jerry menawarkan solusi yang selama ini juga selalu didorong oleh Kemendag, yakni pemanfaatan Sistem Resi Gudang (SRG) di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

“Kami dari Kemendag, Bapak Menteri Perdagangan dan saya, serta Kepala Bappebti, tidak akan bosan-bosannya menawarkan kepada para petani untuk memanfaatkan yang namanya SRG karena itu banyak manfaatnya," kata Jerry, Kamis (1/4/2021).

Kemudahan itu, pertama, petani bisa menyimpan komoditinya saat panen raya dan melakukan tunda jual untuk memperoleh harga yang lebih tinggi serta menghindari jeratan tengkulak. Kedua, resinya dapat digunakan sebagai agunan untuk pembiayaan dari berbagai bank baik di daerah maupun nasional. Dan ketiga yang penting juga, SRG ini akan membantu ketersediaan pasokan dan menstabilkan harga.

"Jadi, bahkan bukan hanya jagung, tapi banyak sekali komoditi yang bisa disimpan di 123 gudang SRG yang ada saat ini. Dan kita harapkan juga kalau bisa komoditi olahan yang bernilai tambah yang disimpan di situ,” tambah Jerry.

Dorongan untuk memanfaatkan SRG ini disambut baik oleh Sekjen APEDI, Mochamad Sabdo, yang menyampaikan bahwa saat ini APEDI, memiliki lahan seluas 2000 hektar di Purwakarta, yang rencananya akan digunakan untuk percontohan SRG dan pengolahan berbagai komoditi, seperti kelapa, jagung premium, dan sorgum.

Sebagaimana diusulkan oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri yang mendampinginya, Wamendag juga menyampaikan bahwa bentuk kehadiran pemerintah dalam mengatasi harga jagung yang rendah juga dapat dilakukan dengan mempertemukan petani dengan pengusahan pakan ternak, maupun asosiasi retail untuk menyerap produksi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ekspansi Pasar ke Luar Negeri

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Isu yang sama pentingnya yang juga mengemuka dalam pertemuan yaitu soal akses pasar produk pertanian Indonesia ke luar negeri. Relatif terbatasnya akses petani di desa terhadap informasi ekspor dapat diselesaikan salah satunya melalui koordinasi antara APEDI dengan Kemendag.

Terkait ini, Wamendag menekankan bahwa kunci keberhasilan ekspor ialah ketersediaan pasokan yang kontinu dan business matching dengan para pembeli di luar negeri.

“Kemendag setiap tahunnya menggelar event Trade Expo Indonesia. Tahun ini karena pandemi akan diselenggarakan secara virtual tanggal 24-26 Oktober 2021. Di sinilah kesempatan bagi para petani dan pelaku usaha di desa untuk memamerkan bermacam produk yang dihasilkan dan diolah di daerah, dan kemudian menegosiasikan transaksi dengan buyers yang ada di luar negeri," kata Jerry.

Tidak hanya business matching, Jerry juga mempersilakan para calon eksportir untuk memanfaatkan berbagai fasilitas pelatihan yang disediakan Kemendag untuk ekspor, termasuk negosiasi harga dengan pembeli di luar negeri.

“Intinya saya ingin tekankan bahwa kami sangat senang kalau petani dan pelaku usaha di pedesaan ingin maju, baik dari segi produksi, pemasaran, penjualan, dan bahkan ekspor. Kami dari Kemendag siap mendukung 100 persen dan ingin yang konkret-konkret saja," lanjut Jerry.

"Program-program stabilisasi harga seperti yang saya sebutkan di awal tadi soal SRG, pengembangan ekspor lewat business matching, itu semua bukti bahwa kami hadir dan secara riil berupaya membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan mendorong peningkatan ekonomi nasional lewat potensi-potensi perdagangan di daerah-daerah pada khususnya,” pungkas Wamendag.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya