Liputan6.com, Jakarta Permintaan listrik hingga 2060 diperkirakan melonjak hingga 1800 TWh. Adapun saat ini, permintaan listrik berkisar antara 300 TWh.
Upaya memenuhi kebutuhan listrik ini, PT PLN (Persero) berkomitmen mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Baca Juga
"Saat ini sektor kelistrikan kita size-nya 300 TWh. Pertumbuhan demand 4,6 persen. Di 2050, size-nya menjadi 1.100 TWh. Ada penambahan 800 TWh atau 3 kali lipat," ," ujar Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam webinar, Senin (26/4/2021).
Advertisement
Dia menuturkan jika PLN terus berupaya memenuhi pasokan listrik melalui inovasi. Bila saat ini, kebutuhan listrik baru sebesar 300 TWh, maka akan ada kenaikan kebutuhan listrik hingga 1.500 TWh di 20160.
"Dan PLN berkomitmen penuh bahwa penambahan kapasitas tersebut akan berdasarkan renewable energy (RE)/energi baru terbarukan (EBT). Caranya bagaimana? Berinovasi," lanjut dia.
Â
Saksikan Video Ini
Harga EBT
Darmawan bilang, berkat inovasi, saat ini, harga listrik berbasis EBT sudah lebih terjangkau dibandingkan dulu saat pengembangan awal.
"Dulu harga EBT berkisar 25 hingga 30 sen dolar per kWh, sekarang sudah 3,6 hingga 4 sen dolar per kWh," katanya.
Potensi pemenuhan listrik berbasis EBT menjadi proyek menjanjikan yang tidak hanya murah namun turut berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Kendati, saat ini, pemanfaatan EBT melalui PLTS masih digunakan secara intermittent, tidak terus menerus.
"PLTS sekarang saja masih berproduksi pukul 10.00 pagi hingga pukul 14.00. Sebagian masih intermittent, sisanya masih menggunakan energi fosil," tuturnya.
Advertisement