Suku Bunga Acuan Diperkirakan Mentok di 3,5 Persen, Ini Sebabnya

Banyak kalangan yang mengatakan Bank Indonesia (BI) sudah tidak lagi memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Apr 2021, 16:15 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2021, 16:02 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menyebut, bahwa Bank Indonesia (BI) sudah tidak lagi memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Level BI 7 Day Reverse Repo Rate saat ini 3,5 persen dinilai sudah maksimal menjadi suku bunga terendah sepanjang masa.

"Saya perkirakan BI tidak punya ruang turunkan suku bunga acuan," katanya dalam acara diskusi Mendobrak Inersia Pemulihan Ekonomi, Selasa (27/4/2021).

Piter mengatakan meskipun neraca perdagangan maupun Rupiah menunjukkan perbaikan di tahun ini, namun kondisi global masih menjadi tantangan bagi bank sentral. Salah satunya kenaikan imbal hasil US Treasury.

Sebab menurut dia, jika imbal hasil US Treasury terus mengalami kenaikan, sementara suku bunga acuan diturunkan, maka ini akan memberikan selisih yang melebar.

“Nampaknya itu enggak cukup tutup risiko investasi dalam negeri, sehingaga mendorong keluarnya investasi asing, khsususnya portofolio,” ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Naik Lagi

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Piter melanjutkan, ke depan bank-bank sentral dunia justru akan melakukan normalisasi alias menaikkan kembali suku bunga acuan. Hal ini dilakukan seiring dengan pemulihan ekonomi yang juga mulai terjadi.

“Dan jika mereka lakukan normalisasi atau tappering, sebakan ada tekanan ke rupiah dan harus direpsons oleh BI dengan menaikkan suku bunga,” jelasnya.

Namun menurut Piter, suku bunga BI ke depannya akan cenderung tetap hingga ada tappering off dari bank sentral AS. Selain itu, suku bunga yang stabil juga masih diperlukan demi mendukung pemulihan ekonomi di Tanah Air.

“Ke depan saya perkirkan suku bunga akan cenderung tetap dalam rangka support pemulihan ekonomi nasional dan BI namapaknya sudah enggak ada ruang turunkan suku bunga acuan,” jelasnya.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya