Harga Minyak Melonjak karena Harapan Permintaan yang Tinggi

Harga minyak US West Texas Intermediate naik 91 sen atau 1,43 persen menjadi USD 64,49 per barel.

oleh Tira Santia diperbarui 04 Mei 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Harga minyak US West Texas Intermediate naik 91 sen atau 1,43 persen menjadi USD 64,49 per barel. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga minyak karena angka ekonomi China dan tingkat vaksinasi AS yang menunjukkan angka yang positif.

Dengan dua data yang positif tersebut menunjukkan adanya sinyal pemulihan ekonomi yang cepat di kedua negara sehingga akan mendorong permintaan akan minyak.

Namun, investor tetap harus waspada atas tingkat inveksi Covid-19 yang tinggi hingga memecahkan rekor di India. Negara tersebut merupakan importir ketiga terbesar di dunia.

Mengutip CNBC, Selasa (4/5/2021), harga minyak mentah Brent melonjak 80 sen atau 1,2 persen menjadi USD 67,56 per barel. Sedangkan harga minyak US West Texas Intermediate naik 91 sen atau 1,43 persen menjadi USD 64,49 per barel.

AS dan China, dua konsumen minyak teratas dunia, diharapkan dapat mendorong pemulihan permintaan dari pandemi virus korona.

"Bahkan ketika kasus Covid-19 mencapai rekor tertinggi minggu ini, harga minyak telah bergerak lebih tinggi karena meningkatnya jumlah vaksinasi di pasar negara maju," kata laporan BofA Global Research.

“Data terbaru menunjukkan keefektifan tinggi vaksin dalam mencegah infeksi dan kematian.” tulis laporan tersebut.

Sekitar sepertiga penduduk AS telah divaksinasi penuh.

Masih dari riset yang sama, impor minyak mentah China rata-rata mencatat rekor musiman di bulan Februari dan Maret. Kenaikan impor ini karena adanya peningkatan penjualan mobil, pemulihan perjalanan lokal dan industri yang mulai aktif kembali.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kasus India

Aktivitas Krematorium Saat Gelombang Kedua Corona di India
Kerabat dan keluarga membawa jenazah korban virus corona untuk dikremasi di Krematorium Nigambodh Ghat, New Delhi, Kamis dinihari (22/4/2021). India melaporkan 2.023 orang meninggal pada Rabu (21/4), menjadikan hari ITU kematian tertinggi sepanjang kasus muncul pada tahun lalu. (Sajjad HUSSAIN/AFP)

Namun, beberapa bagian dunia seperti India mengalami peningkatan kasus Covid-19. India pada hari Senin melaporkan lebih dari 300.000 kasus virus korona baru selama 12 hari berturut-turut.

Gelombang baru virus telah menyebabkan penurunan penjualan bahan bakar di bulan April.

"Kegelisahan India saat ini menghentikan harga minyak dari kenaikan lebih lanjut," kata analis Rystad Energy Louise Dickson.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya