Mampukah Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen di Kuartal II-2021 Tercapai?

Anggota Komisi XI DPR RI, Achmad Hafisz Tohir mengaku pesimis Indonesia bisa mengejar angka pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen di kuartal II-2021

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jun 2021, 12:20 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2021, 12:20 WIB
Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi XI DPR RI, Achmad Hafisz Tohir mengaku pesimis Indonesia bisa mengejar angka pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen di kuartal II-2021. Apalagi pandemi Covid-19 belum berakhir dan munculnya varian baru virus tersebut. Ekonomi RI menurutnya hanya bisa mencapai 4,5 persen.

Dia mengatakan, angka 4,5 persen itu baru bisa dicapai bila serapan penerimaan negara berjalan 100 persen. Belum lagi pertumbuhan masih terganjal di tiga sektor, yaitu produktivitas, birokrasi, dan regulasi.

"Sulit bagi pemerintah menembus target pertumbuhan 7 persen dengan hanya business us ussual," katanya di Jakarta, Senin (7/6).

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi perlu didukung investasi dan ekspor yang kuat. Namun faktanya, pada dua sektor itu, kontribusinya untuk pertumbuhan hanya 5 persen. Menurut politisi politisi Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut, perlu perbaikan di dua sektor itu. Setidaknya, bila ingin mengejar pertumbuhan 7 persen, maka ekspor dan investasi harus tumbuh di atas 5-7,5 persen.

Hal yang terus mengganjal perekonomian nasional, lanjut Hafisz, program vaksinasi yang lambat. Target 180 juta vaksin masih jauh dari harapan. Negara-negara lain di dunia, vaksinasinya bergerak cepat. Amerika Serikat, misalnya, sudah mencapai 2 juta vaksin per hari.

"Ini menjadi tantangan yang sulit bagi kita untuk kembali menuju normalisasi ekonomi dan kehidupan," jelas Wakil Ketua BKSAP DPR ini.

Selain itu, kebijakan moneter Amerika Serikat juga masih memengaruhi pasar global. Inflasi yang terjadi di negeri Paman Sam itu menimbulkan tekanan pada kebijakan moneter global termasuk Indonesia.

"Untuk itu, kita harus bersiap jika bank sentral AS (The Fed) melakukan perubahan kebijakan moneter dengan mengurangi intervensi likuiditas, melakukan pengetatan, dan kenaikan suku bunga," tandasnya. Hal ini salah satu sentimen yang menentukan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Prediksi Pemerintah

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal III 2020 Masih Minus
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski pertumbuhan ekonomi masih di level negatif, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut setidaknya ada perbaikan di kuartal III 2020. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II berada di zona positif. Diproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada periode April-Juni 2021 itu tumbuh sebesar 7 persen.

"Kita berharap bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal II akan masuk jalur positif. Diperkirakan bisa mencapai 7 persen," ungkapnya dalam acara Talkshow bertajuk Antisipasi Mobilitas Masyarakat dan Pencegahan Kasus Covid-19 Pasca Libur Lebaran, Sabtu (15/5).

Menko Airlangga mengatakan, proyeksi itu didasarkan dari kian apiknya berbagai kinerja leading sektor sejak akhir tahun lalu. Hal ini tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan April 2021 mencapai rekor tertingginya sepanjang masa. PMI Manufaktur Indonesia pada bulan April tercatat sebesar 54,6 atau naik dari posisi 53,2 pada bulan Maret 2021.

"Kemudian dari segi aktivitas, indeks keyakinan konsumen (IKK) juga sudah mendekati ke angka normal atau di angka 90-an menuju 100," ucapnya.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya