Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif optimistis target pembangunan 584 penyalur BBM Satu Harga di seluruh pelosok Tanah Air bisa tercapai di 2024.
“Kami memiliki target sampai dengan tahun 2024 kita harus bisa mencapai 584 penyalur BBM Satu Harga di seluruh Indonesia. Jadi dalam rentang waktu kurang lebih 3 tahun kita memiliki tantangan untuk bisa membangun paling tidak 80-100 stasiun per tahun,” kata Arifin Tasrif dalam Peresmian Serentak 17 Lembaga Penyalur BBM 1 Harga di Lombok Tengah, Kamis (16/9/2021).
Kata dia, program BBM Satu Harga ini sudah dimulai sejak 2017 secara nasional dan sampai dengan tahun 2020 sudah terbangun lebih dari 250 stasiun penyalur BBM Satu Harga.
Advertisement
“Untuk 2021 dalam sekarang ini kita meresmikan secara serentak 17 penyalur BBM, maka di tahun 2021 masih ada 44 penyalur yang sudah melaksanakan penyalurannya dari target 76 penyalur,” ujarnya.
Oleh karena itu, Kementerian ESDM terus berupaya dalam sisa waktu kurang lebih 3 bulan di tahun 2021 ini, pihaknya bisa membangun 32 penyalur BBM satu harga dari target 76 penyalur.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemilihan Daerah
Menurutnya, energi sangat penting untuk mendorong pertumbuhan perekonomian, oleh karena itu salah satu yang harus didorong adalah bagaimana Pemerintah bisa menciptakan dan membangun infrastruktur, sehingga masyarakat bisa menikmati dan meningkatkan kegiatan masyarakat yang berdampak terhadap perekonomiannya.
“Untuk itu diperlukan upaya-upaya kita yang keras sehingga niat kita untuk bisa memberikan masyarakat energi berupa BBM yang terjangkau itu bisa kita lakukan, itu (program BBM Satu Harga) merupakan program mulia pemerintah yang sudah dicanangkan sejak 2017,” ujarnya.
Tentunya dalam pemilihan daerah untuk penyaluran BBM Satu Harga, pihaknya memiliki kriteria yakni dilaksanakan di daerah 3T tertinggal, terdepan dan terluar. Sehingga masyarakat yang terluar dan terpencil bisa mendapatkan BBM yang terjangkau.
“Ini tentu saja membutuhkan survei-survei yang kemudian juga membutuhkan upaya kita bagaimana bisa membangun di daerah tersebut. Mungkin daerahnya sulit dan itu membutuhkan upaya keras, memang biaya logistik akan lebih mahal tapi yang paling penting adalah bagaimana masyarakat bisa menikmati kesetaraan kesamaan,” pungkasnya.
Advertisement