Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengingatkan jajaran pemimpin di lingkungan Kementerian Keuangan supaya menjauhi dan mencegah korupsi dan jangan menjadi pribadi yang munafik saat menjalankan aktivitas bekerja.
"Menjadi pimpinan, jangan jadi munafik waktu depan anak buah menjadi A dan ketika menjalan hidup jadi B. Hidup akan sangat lelah dengan split personality begitu," kata Sri Mulyani dalam Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia Kemenkeu, secara virtual, Rabu (8/12/2021)..
Baca Juga
Menkeu menyebut terdapat tiga hal penting menjadi pemimpin. Pertama adalah tone at the top, kedua walk the talk dan ketiga role model.
Advertisement
"Anak buah kita melihat bagaimana kita bersikap bagaimana kita memimpin dan membuat keputusan. Tidak hanya itu, juga apa yang dimakan, bagaimana mereka spend weekend dengan keluarga, pakai baju apa, tas apa sampai arloji merek apa," jelasnya.
Menurutnya, hal tersebut layak diperhatikan oleh setiap pemimpin. Namun, bukan berarti pemimpin tidak bisa hidup normal, melainkan harus ingat dengan jabatan yang diemban, karena merupakan amanah yang besar.
"Kalau bisa dijalankan maka kita bisa mencapai role model. Aku tidak perlu harus pura-pura jujur pura-pura sederhana pura-pura tidak korupsi, sebab itu musuh dari integritas," ujarnya.
Bendahara negara ini menegaskan, korupsi merupakan suatu penyakit yang sangat berbahaya, bahkan dilihat dalam perspektif makro korupsi dapat merusak kehidupan ekonomi dan demokrasi.
“Korupsi akan menurunkan kinerja ekonomi dan tentu akan menurunkan kinerja dari sistem demokrasi atau representasi. Ini adalah suatu penyakit yang ada dan bisa menghinggapi serta menggerus fondasi suatu masyarakat dan negara,” jelas Sri Mulyani.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bahaya Korupsi Sangat Nyata
Bahayanya Korupsi sudah sangat nyata. Korupsi memiliki dampak yang luar biasa merusak. Lebih lanjut, jika dilihat dari sisi upaya-upaya pemerintah, maka korupsi bisa menggerus tingkat kepercayaan.
“Karena masyarakat tidak lagi bisa mempercayai suatu pemerintah yang dianggap sangat korup, sehingga kemudian akan terjadi gejolak politik sosial, menciptakan kesenjangan yang luar biasa, menciptakan kerusakan dalam kehidupan sosial ekonomi,” pungkasnya.
Advertisement