Varian Omicron Masuk Indonesia, Kondisi Ekonomi Aman?

Indonesia mencatat penambahan 291 kasus COVID-19. Di sisi lain, Varian Omicron juga sudah masuk di Indonesia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Des 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2021, 18:00 WIB
FOTO: Pesan Nakes dalam Peringatan 1 Tahun RSDC Wisma Atlet
Tenaga kesehatan menuliskan ucapan setahun RSDC Wisma Atlet saat acara bermain angklung di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (23/3/2021). Acara tersebut dilakukan dalam rangka satu tahun beroperasinya RSDC Wisma Atlet Kemayoran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mencatat penambahan 291 kasus COVID-19, beberapa waktu setelah melaporkan kasus pertama varian Omicron.

Saat terdeteksi, kasus COVID-19 Omicron ditemukan pada seorang petugas kesehatan di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.

"Jadi, yang sudah kita konfirmasi satu positif Omicron dan lima kasus probable itu dari karantina," kata Menkes Budi dalam keterangan pers, Kamis (16/12/2021).

"Memang untuk kasus Omicron yang diidentifikasi positif di karantina dari petugas pembersih tidak memiliki history (riwayat) perjalanan luar negeri," katanya menambahkan.

Dikutip dari laman Covid19.go.id, Sabtu (18/12/2021) hingga berita ini ditulis, kini total jumlah kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di Indonesia mencapai 4.260.148.

4.111.250 pasien positif dinyatakan sembuh, sementara pasien yang meninggal mencapai 143.986, dengan penambahan tujuh orang yang meninggal dunia.

Dari 34 provinsi, 864,454 orang positif COVID-19 di DKI Jakarta, diikuti Jawa Barat berada di urutan kedua dengan 708.415 kasus.

Sementara untuk capaian vaksinasi, sebanyak 150.249.500 orang telah disuntik vaksin dosis pertama, dan 106.020.538 sudah mendapatkan suntikan dosis kedua. 

Lalu bagaimana kondisi ekonomi Indonesia, seiring dengan kemunculan COVID-19 varian Omicron? 

Bank Dunia menyebut, perekonomian Indonesia terus pulih pada tahun 2021 meskipun mengalami moderasi akibat gelombang COVID-19 varian Delta di pertengahan tahun.

Mengutip laman worldbank.org, ekonomi RI diperkirakan telah berkembang 3,7 persen tahun ini dan diperkirakan akan meningkat menjadi 5,2 persen pada tahun 2022 mendatang.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bank Dunia : Indonesia Perlu Pertahankan Upaya Reformasi Struktural

Kasus COVID-19 Menurun, Rusun Isolasi Nagrak Cilincing Ditutup
Suasana sepi tempat isolasi terpusat Rusun Nagrak Cilincing pasca ditutup sementara, Rabu (1/9/2021). Kepala Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran Kolonel Mintoro Sumego mengatakan tempat isolasi terpusat Rusun Nagrak Cilincing dan Rusun Pasar Rumput ditutup sementara. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Proyeksi tersebut mengasumsikan bahwa Indonesia akan menghindari lonjakan COVID-19 yang parah, mencapai cakupan vaksin 70 persen pada tahun 2022 di sebagian besar provinsi, dan mempertahankan kebijakan moneter dan fiskal yang akomodatif. Hal ini juga mengasumsikan bahwa pertumbuhan perdagangan global dan harga komoditas akan moderat, menurut Bank Dunia.

Isu-isu ini dibahas secara rinci dalam laporan World Bank’s latest Indonesia Economic Prospects :  A Green Horizon, Toward a High Growth and Low Carbon Economy.

"Gelombang kasus varian Delta telah mengajari kami bahwa terus meningkatkan peluncuran vaksin, tes, dan penelusuran vaksin, serta memastikan kapasitas perawatan kritis yang memadai adalah salah satu cara terbaik untuk mempersiapkan varian Omicron dan varian COVID-19 lainnya,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen.

"Di luar respons kesehatan masyarakat yang kuat, penting juga bagi Indonesia untuk mempertahankan upaya reformasi struktural baru-baru ini. Ini akan mempercepat pertumbuhan bahkan ketika pihak berwenang mulai secara bertahap mengurangi dukungan ekonomi makro," ungkapnya.

Namun, laporan itu juga mengingatkan bahwa risiko penurunan prospek tetap tinggi di tengah ketidakpastian karena pandemi, kondisi keuangan global, dan dampak buruk dari krisis.

Untuk mempertahankan momentum ekonomi dan mencegah dampak pandemi terhadap kondisi ekonomi dan sosial yang langgeng, Bank Dunia menyarankan, diperlukannya fokus pada respons kebijakan yang memperkuat investasi, mempercepat akumulasi modal manusia, dan meningkatkan produktivitas.

Penting juga meningkatkan ruang fiskal untuk respons pandemi dan untuk kesinambungan fiskal jangka menengah, kata laporan Bank Dunia.

Disebutkan juga bahwa Undang-undang Harmonisasi Pajak yang baru-baru ini diadopsi merupakan langkah penting untuk mengatasi tingkat pemungutan pajak yang rendah.

Reformasi struktural Indonesia akan menjadi penting untuk membangun ekonomi yang lebih kompetitif, tangguh, dan lebih hijau, tambah Bank Dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya