Liputan6.com, Jakarta Jemaah umrah kini bisa berangkat lagi ke tanah suci dan ini membuat pengusaha travel umrah semringah.
Meski demikian, pengusaha travel mengaku masih ada kendala yang dihadapi untuk bisa meningkatkan jumlah jemaah umrah.Â
Baca Juga
Cerita Zaskia Adya Mecca Umrah Bareng Anak-Anak, Dengar Kisah di Majidil Haram hingga Main di Pelataran Nabawi
Top 3 Islami: Amalan Sederhana tapi Pahalanya Lebih Baik dari Dunia Seisinya kata Syekh Ali Jaber dan UAS
Syekh Ali Jaber dan UAS Ungkap Amalan Sederhana tapi Pahalanya Besar, Lebih Baik dari Dunia Seisinya seperti Haji dan Umrah
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Haji Umrah dan Inboud Indonesia (Asphurindo), Syam Resfiadi menilai salah satu kendala terkait calon jemaah umroh pegawai negeri dan swasta.
Advertisement
Kelompok ini masih sulit berangkat umrah karena keterbatasan waktu cuti yang bisa mereka diambil. Padahal, jemaah umrah dari pegawai negeri dan swasta termasuk besar jumlahnya.
"Ke depan masih bagus, masih baik, tapi start awal ini karena ada lamanya karantina, jadi (peningkatan) tak terlalu besar. Antusias peserta juga mereka yang tak tergantung dari masa cuti kerjanya, seperti petani dan pedagang. Berapapun lamanya mereka siap. Dan ini terbatas sekali," katanya kepada Liputan6.com, Senin (10/1/2022).
Hal senada diungkap Wakil Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Azhar Gazali.
Dia menyebut minimal untuk perjalanan umrah membutuhkan waktu 21 hari, yang saat ini tak bisa dilakukan ASN karena keterbatasan cuti.
"Karena ASN itu mereka tak bisa cuti segitu lamanya. Bayangkan paling tidak minimal 21 hari total perjalanan yang mereka harus tempuh selama berumrah ini," lanjut dia.
Azhar mengatakan jumlah jemaah umrah dari Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pegawai cukup besar.
"Kalau dikatakan tidak menurunkan tingkat jemaah ya tolak ukurnya banyak ya, salah satunya itu tadi. ASN yang juga selama ini banyak melaksanakan umrah agak kesulitan mereka. Pegawai swasta juga kesulitan mereka tak bisa ambil cuti," terangnya.
"Jadi yang berangkat ini mungkin mereka yang pedagang, mereka yang tak terikat waktu yang panjang untuk pergi melaksanakan ibadah umroh," imbuhnya.
Perihal peluang jumlah jemaah umrah yang berangkat, Azhar mengaku belum bisa menaksir. Namun, saat ini keberangkatan jemaah memang dibatasi.
"Kita ndak perlu bicara peningkatan dulu, yang jelas keberangkatan itu tetap ada. Masalah dia meningkat atau tidak kan itu ndak bisa jadi acuan karena memang terbatas juga kalau diikuti seperti masa normal kan gak mungkin," katanya.
Â
Referensi Harga Umrah Rp 28 Juta
Pemerintah telah menetapkan referensi harga untuk perjalanan umrah sekitar Rp 28 juta. Hal ini dipandang Azhar tak terlalu memberatkan jemaah.
"(Perjalanan) Umroh tetap prospek, cuma memang akan menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Dia akan terseleksi dengan sendirinya. Jemaah yang benar-benar serius untuk berangkat dan memiliki dana tentunya akan berangkat," terang dia.
"Dan saya yakin jamaah itu tentu ada dana, itu saya lihat dari pada saat memberangkatkan jemaah mereka membayar harga paket dengan harga dulu Rp 25 juta misalnya. Begitu sampai sana sudah melebihi dari harga paket yang itu dia beli sendiri. Jadi anggap dia punya duit untuk oleh-oleh sekitar Rp 5 juta - Rp 6 juta. Paling tidak mereka punya spare dana untuk penambahan," tambahnya.
Dikatakan jika pihak travel umroh masih membutuhkan waktu untuk melakukan edukasi dan menyebarkan informasi secara terbuka.
"Bahwa kondisi umrah saat ini berbeda dengan kondisi umrah sebelumnya. Mereka diharuskan penambahan disebabkan faktor prokes, itu wajib dilakukan, selama niat mereka kuat untuk beribadah, itu mereka akan tetap berangkat," tutur dia.
Advertisement