Liputan6.com, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, serangan Rusia ke Ukraina yang menyulut kenaikan harga minyak, bakal menimbulkan banyak dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia.
Namun, ia melihat adanya kesempatan baik bagi Indonesia untuk tampil jadi penengah. Terlebih Indonesia saat ini tengah memegang Presidensi G20 di 2022.
"Tapi ada dua dampak lainnya yang memang kita bisa ambil sebagai peluang," ujar Bhima kepada Liputan6.com, Kamis (24/2/2022).
Advertisement
Pertama, ia mengatakan, Pemerintah RI harus bisa melakukan intervensi dengan mengajak negara-negara yang sedang konflik untuk duduk bersama.
"Khususnya Rusia dan Amerika Serikat untuk duduk bersama dalam forum G20 membahas resolusi konflik," imbuh dia.
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Presidensi G20
Menurut dia, Indonesia bisa jadi penengah karena tidak memiliki kepentingan langsung terhadap konflik yang melibatkan Rusia dalam serangannya ke Ukraina.
"Kalau itu bisa dilakukan sebagai Presidensi G20, Indonesia akan dianggap sukses," kata Bhima.
Selain itu, Indonesia juga punya kesempatan menarik potensi investasi dari negara-negara yang terlibat konflik. Seperti, relokasi pabrik besi dan baja, beberapa pabrik elektronik maupun pabrik otomotif, hingga sparepart otomotif.
"Itu agar dilakukan pendekatan kepada para produsen yang memiliki basis produksi di Rusia maupun di Ukraina untuk segera beralih ke Indonesia. Disiapkan intensif khususnya. Itu yang dalam jangka waktu dekat harus dilakukan oleh pemerintah," tutur Bhima.
Advertisement