Konflik Rusia Ukraina Bikin Dolar AS Dicari dan Euro Ditinggalkan

Dolar AS menguat ke level tertinggi sejak musim semi 2020.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 07 Mar 2022, 10:56 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2022, 10:56 WIB
Ilustrasi Dolar AS. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay
Ilustrasi Dolar AS. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Dolar AS menguat ke level tertinggi sejak musim semi 2020 karena kekhawatiran tentang bagaimana konflik Rusia dan Ukraina berdampak pada ekonomi global dan pasar keuangan.

Kenaikan tajam itu dipicu oleh keputusan investor yang mulai beralih membeli dolar, karena tidak ingin mempertahankan euro mengingat kedekatan Eropa secara geografis dengan konflik Rusia-Ukraina.

"Pasar Eropa sama sekali tidak menarik saat ini hanya karena eksposur geografis mereka ke Ukraina dan Rusia," kata ahli strategi ING, Francesco Pesole, dikutip dari CNN Business, Senin (7/3/2022).

Harga gas alam di Eropa juga telah naik ke rekor tertinggi pekan lalu, karena kekhawatiran akan kondisi ekspor energi dari Rusia.

Sementara AS, yang merupakan produsen utama energi, dihantam oleh biaya yang lebih tinggi, tetapi pada tingkat yang lebih rendah.

Ekonomi AS juga terlihat sehat meskipun inflasi tinggi. Hal itu terlihat ketika adanya penambahan 678.000 pekerjaan pada Februari 2022.

Ditambah lagi, dolar mendapat dorongan setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral akan mulai menaikkan suku bunga akhir bulan ini, meskipun situasi di Ukraina telah mengaburkan prospek.

Dolar AS menyumbang 60 persen dari cadangan global pada tahun 2021.

"Pasar dan bank sentral ingin menahan dolar karena merupakan mata uang yang sangat likuid. Ini sangat bisa diperdagangkan," ujar Pesole.

 

Kekhawatiran Lain

Ilustrasi Miliarder. Don Unsplash
Ilustrasi dolar. Don Unsplash

Di sisi lain, nilai dolar yang kuat mungkin dapat merugikan keuntungan bagi perusahaan yang menghasilkan uang di luar negeri.

Tetapi kekhawatiran yang lebih besar adalah bagaimana kenaikan dolar akan mempengaruhi negara berkembang, yang sering kali harus membayar utang mereka melalui mata uang tersebut.

Ada kekhawatiran tentang apakah situasi ekonomi Rusia akan menyebabkan investor meninggalkan pasar yang lebih berisiko seperti Brasil, Turki atau Meksiko. 

Selain itu, ada juga pembahasan tentang apakah konflik Rusia dan Ukraina dapat mengguncang dominasi dolar, memperkuat tekad Rusia - bersama China - untuk mengembangkan mekanisme pembiayaan alternatif yang akan membuat sanksi Barat kurang efektif dari waktu ke waktu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya