Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada perdagangan Senin di Amerika Serikat. Kenaikan harga emas hari ini menyusul melemahnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan turunnya imbal hasil surat utang AS.
Sementara, fokus investor saat ini beralih ke data inflasi AS yang akan menjadi petunjuk paling nyata kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed). Jika bunga naik maka tekanan ke emas akan semakin besar.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (9/8/2022), harga emas di pasar spot naik 0,8 persen menjadi USD 1.788,39 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS juga ditutup naik 0,8 persen pada USD 1,804,8 per ounce.
Advertisement
Indeks dolar AS turun 0,2 persen, membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya. Indeks dolar AS adalah indeks yang membandingkan emas dengan beberapa mata uang utama dunia lainnya.
Sedangkan untuk imbal hasil Treasury AS juga tergelincir.
Emas dianggap sebagai investasi yang aman di tengah ketegangan politik dan kekhawatiran resesi. Namun suku bunga yang tinggi cenderung meredupkan daya tarik emas, yang tidak memberikan bunga.
"Pasar tampaknya telah memperhitungkan keterkejutan dari angka tenaga kerja AS. Namun, emas akan mengalami masa sulit jika The Fed melihat pengetatan lebih jauh," kata analis senior OANDA, Edward Moya.
"Investor asing akan mencari investasi alternatif dan emas adalah pilihan dengan situasi yang sedang berlangsung di Taiwan dan Ukraina." tambah dia.
Harga emas turun pada perdagangan hari Jumat setelah pertumbuhan pekerjaan AS yang tinggi memperkuat ekspektasi bahwa the Fed akan terus menaikkan suku dalam beberapa pertemuan berikutnya untuk memperlambat inflasi.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Emas Sulit Naik Pekan ini
Harga emas pada pekan ini diperkirakan seperti pekan sebelumnya yaitu tak mampu menorehkan kenaikan dan diperkirakan bakal mencetak penurunan mingguan ketiga berturut-turut. Alasannya, selama dua pekan kemarin harga emas terus mengalami pelemahan dan tak mampu menembus level USD 1.800 per ounce.
Namun, survei Kitco beberapa analis melihat bahwa masih ada kesempatan bagi harga emas untuk naik pekan ini tetapi untuk jangka pendek. Sedangkan jangka panjang, para analis masih melihat berbagai data yang ada dahulu termasuk kenaikan bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
Pada pekan kemarin, Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengeluarkan data bahwa 528 ribu pekerjaan diciptakan pada selama Juli 2022. Data tersebut secara signifikan mengalahkan ekspektasi ekonom yang memperkirakan kenaikan pekerjaan hanya di angka 250 ribu saja.
Laporan yang sama juga memperlihatkan bahwa terjadi kenaikan upah yang solid dalam periode satu bulan terakhir.
Beberapa analis melihat ada potensi kenaikan. Namun survei Kitco banyak yang mengambil sikap lebih netral dan bearish. Sedangkan investor ritel tetap solid bullish pada harga emas.
"Pasar emas telah memberi kita gambaran seperti apa poros The Fed akan terlihat, tetapi poros sebenarnya belum ada di sini," kata kepala analis mata uang Forexlive.com, Adam Button.
Dia melihat bahwa kemungkinan besar harga emas akan lebih rendah dalam waktu dekat. "CPI minggu depan adalah risiko besar untuk emas dan hampir semua hal lainnya." kata dia.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Hasil Survei Kitco
Pada pekan ini, sebanyak 16 analis di Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Di antara peserta, empat analis atau 24 persen optimis terhadap emas dalam waktu dekat atau memperkirakan harga emas akan naik pekan ini.
Pada saat yang sama, tujuh analis atau 41 persen melihat harga emas akan bearish. Sementara itu enam analis atau 35 persen memberikan suara netral minggu ini.
Sementara itu, 579 suara diberikan dalam jajak pendapat Main Street online. Dari jumlah tersebut, 379 responden, atau 65 persen menginginkan harga emas untuk naik minggu ini.
Selain itu, 124 responden lainnya atau 21 persen mengatakan harga emas akan lebih rendah. Sementara 76 pemilih atau 13 persen memilih untuk netral dalam waktu dekat.
Â
Kata Analis
Analis mengatakan bahwa laporan ketenagakerjaan AS pada Juli 2022 telah mengubah sentimen pasar karena investor sekarang mengharapkan The Fed untuk mempertahankan sikap kebijakan moneter yang agresif pada September 2022.
"Data pekerjaan AS berarti Fed lebih mungkin untuk menaikkan lagi 75 basis poin bulan depan. Kilauan emas lebih redup," jelas Marc Chandler, Direktur Bannockburn Global Forex.
Ia melihat harga emas akan menembus USD 1.750 per ounce. Namun tidak bisa dipungkiri harga emas juga bisa jatuh di USD 1.700 per ounce.
Presiden Adrian Day Asset Management Adrian Day mengatakan, dia mengambil sikap netral terhadap emas untuk minggu ini karena data ketenagakerjaan terbaru akan membuat investor emas lebih berhati-hati. Namun, dia menambahkan bahwa dalam jangka panjang, dia tetap bullish.
Dealer logam mulia di Alliance Financial Frank McGee mengatakan, dia memprediksikan bearish pada emas dalam waktu dekat karena logam mulia tidak dapat melawan The Fed.Â
Advertisement