Liputan6.com, Jakarta Dirjen Bea dan Cukai (DJBC) sebut, trend Covid-9 varian B4 dan B5 yang masih terjadi di Indonesia, ternyata tidak membuat lonjakan impor kebutuhan alat kesehatan (Alkes) ataupun obat-obatan. Insentif pembebasan bea masuk impor bakal dievaluasi keberlangsungannya.
"Yang cukup berbeda trennya sekarang adalah, Covid-19 yang varian b4 dengan b5 ini, kebutuhan atas obat-obatannya tidak melonjak seperti varian Delta maupun Covid saat awal," tutur Untung Basuki, Direktur Fasilitas Kepabeanan DJBC, dalam Presstour 2022 di Bandung Jawa Barat.
Ketersediaan Alkes, oksigen serta obat-obatan lainnya penunjang penyembuhan Covid-19 di Indonesia pun saat ini dinilai masih aman untuk mencukupi kebutuhan di Indonesia. Misalnya saja untuk masker, saat ini yang masih dibebaskan bea Impor adalah jenis N95.
Advertisement
Hasil evaluasi tersebut juga berdasarkan pantauan dan konsultasi dengan berbagai stakeholder yang menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Bukan hanya dari unsur Kementerian Keuangan saja, melainkan juga dari Kementerian Kesehatan, BPOM dan BNPB.
Sebab, lanjutnya, pada saat varian awal dan Delta menyerang Indonesia, kebutuhan Alkes, oksigen konsetator, obat-obatan serta APD sangat melonjak. Sehingga ketika Indonesia membutuhkan, maka DJBC mempermudah masuknya ke dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan.
"Hasil evaluasi kita dengan teman-teman di Kemenkes dan BNPB, kita akan melakukan perubahan lampiran kebutuhan barang-barangnya. Jadi kita menyesuaikan saja," ungkap Untung.
Sementara, untuk insentif vaksin belum ada rencana akan dicabut. DJBC masih melihat perkembangan dan kecukupan kebutuhan dalam negeri.
"Kita kalau ini (vaksin) melihat evaluasi berikutnya sampai akhir tahun, dilihat variannya juga, ya kita berharap tidak nambah lagi," tutur Untung. (Pramita Tristiawati)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Contoh Malaysia dan China, Alkes Lokal Harus jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Praktisi ekonomi Ilyas Indra mendukung penuh program pemerintah dalam rangka ketersediaan alat kesehatan produk dalam negeri.
Hal itu dikatakan Ilyas seiring dengan perkembangan pembangunan Rumah Sakit (RS), baik itu milik pemerintah maupun swasta. Dengan peningkatan jumlah RS sudah barang tentu kebutuhan alat kesehatan akan meningkat.
“Imbauan Presiden agar pihak rumah sakit lebih mengutamakan produk dalam negeri sudah tepat. Hal ini salah satunya dalam rangka pemulihan ekonomi nasional di tengah wabah pandemi yang melanda sejumlah negara,” kata Ilyas dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (20/7/2022).
Pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Komite Pemuda Nasional Indonesia (KNPI) ini juga berharap agar pelaku usaha terus meningkatkan kualitas produksi alat kesehatan produk lokal agar tidak kalah saing dengan produk impor.
“Sebab untuk memproduksi alat kesehatan tentu dibutuhkan sebuah teknologi yang tinggi yang selama ini lebih banyak dikuasai oleh alat kesehatan produsen asing. namun kami yakin bahwa produk dalam negeri tidak kalah saing dengan alkes produk impor,” jelasnya.
Ilyas berharap agar pemerintah berperan aktif dalam menjembatani industri alat kesehatan produk impor untuk berkolaborasi dengan industri dalam negeri guna memproduksi dan mengembangkan alat kesehatan di Indonesia.
Pemerintah dapat mendorong penggunaan wajib alat kesehatan nasional seperti yang dilakukan oleh Malaysia, Korea, China, dan India.
“KNPI juga siap bersinergi dengan stakeholder guna mendukung pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Terutama dalam proses ketersediaan alat kesehatan dalam negeri,” pungkasnya.
Advertisement
Dukung Kebijakan Pemerintah
Sementara Asosiasi Produk Kesehatan Indonesia (Asproksi) mengapresaiasi kebijakan Presiden Joko Widodo dalam rangka mendorong agar Rumah Sakit Daerah maupun swasta untuk menggunakan alat kesehatan dalam negeri.
Direktur Asproksi, Fazhra Fawwaz Al Firman mengatakan, imbauan Presiden Jokowi agar Rumah Sakit menggunakan alat kesehatan dalam negeri memberi dampak positif bagi pengusaha alat kesehatan.
“Dengan kebijakan pemerintah yang mengimbau agar Rumah Sakit lebih mengutamakan alat kesehatan dalam negeri merupakan langkah positif agar Indonesia untuk terus berkiprah, terutama untuk meningkatkan alat kesehatan dalam produk dalam negeri,” ujar Fazhra.
Fazhra mengatakan, dengan memprioritaskan produk alat kesehatan dalam negeri diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi yang melanda sejumlah negara, tak terkecuali bangsa Indonesia.
Menurut Fazhra, di Asproksi sendiri sudah memiliki banyak produk alat kesehatan yang diproduksi secara massal dan berstandar internasional yang tidak kalah kualitasnya dengan produk impor.
Lanjut Fazhra, saat ini selain alat kesehatan, Asproksi tengah melebarkan sayapnya untuk mempersiapkan diri dalam memenuhi pengadaan obat-obatan keseluruh Rumah Sakit, Puskesmas dan Faskes lainnya.
“Asproksi memberikan wujud nyata dalam menjalankan programnya, utamanya yaitu pengadaan alat kesehatan guna mendukung pemerintah dalam rangka memulihkan perekonomian nasional akibat terdampak Covid-19,” jelasnya.