Industri Biodiesel Bantu Pengembangan EBT Nasional

Industri biodiesel bukan hanya bisnis tetapi juga dukungan kepada program pemerintah dalam mengembangkan energi baru terbarukan nasional.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2022, 23:32 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2022, 23:32 WIB
Pemerintah Bakal Cabut Izin Usaha Bila Tak Campur 15% BBN
Kementerian ESDM juga akan terus mengawasi proses pencampuran biodiesel sebesar 15 persen.

 

Liputan6.com, Jakarta Dua anak perusahaan Wilmar menerima Subroto Award dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konsesrvasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM). Keduanya adalah PT Wilmar Nabati Indonesia dan PT Wilmar Bioenergi Indonesia  yang meraih penghargaan Piagam Utama. 

Tahun ini merupakan kali kedua penghargaan bidang bioenergi digelar. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo di Bogor.

Direktur Project dan Technical Wilmar Erik Tjia menilai, industri biodiesel bukan hanya bisnis tetapi juga dukungan kepada program pemerintah dalam mengembangkan energi baru terbarukan nasional.

Selain lebih ramah lingkungan, produk turunan kelapa sawit ini juga merupakan bentuk kemandirian energi yang dikembangkan oleh putra bangsa.

“Kemandirian dalam sektor energi sangat penting karena dampak positifnya akan bermanfaat bagi bangsa dan negara,” ujar Erik.    

Selain itu, pengembangan industri biodiesel juga mendukung program hilirisasi pemerintah guna meningkatkan nilai tambah produk turunan sawit.

Dalam upaya hilirasasi, Wilmar juga telah meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam industri biodiesel. Hal itu juga merupakan bentuk dukungan bagi industri terkait lainnya agar sama-sama berkembang. Unsur TKDN di industri biodiesel Wilmar saat ini telah mencapai lebih dari 90 persen. 

 

 

 

Majukan Sektor ESDM

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM menyerahkan penghargaan kepada Business Head PT Wilmar Bioenergi Indonesia Teo Sian Uh.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM menyerahkan penghargaan kepada Business Head PT Wilmar Bioenergi Indonesia Teo Sian Uh.

Tahun lalu, PT Wilmar Nabati Indonesia menyabet Subroto Award kategori Pengelolaan Produksi dan Penyaluran Bahan bakar Nabati, serta Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan.

Penghargaan tersebut merupakan penghargaan tertinggi sektor energi dan sumber daya mineral, yang diberikan kepada para pemangku kepentingan yang telah melakukan kinerja terbaik dalam memajukan sektor ESDM di Indonesia.  

“Kami sangat bersyukur karena upaya kami mendukung program energi terbarukan mendapat apresiasi dari pemerintah,” kata Direktur Project dan Technical Wilmar Erik Tjia melalui siaran pers. 

 

 

Bahan Bakar Biodiesel B40 Mulai Diuji Coba, Ini Targetnya

Uji Coba Penggunaan Bahan Bakar B30
Sampel biodiesel B0, B20, B30, dan B100 dipamerkan saat uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6/2019). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah melakukan uji jalan kendaraan dengan pencampuran bahan bakar nabati (BBN) jenis minyak solar sebesar 40 persen atau B40. Disebutkan, road test B40 ditargetkan selesai pada Desember 2022. 

“Uji jalan ini untuk menghasilkan rekomendasi teknis kebijakan implementasi B40,” ucap Edi Wibowo, Direktur Bioenergi dalam keterangannya 23 September 2022 lalu.

Edi menjelaskan, road test B40 dilakukan dalam dua tahap pengujian jenis campuran bahan bakar. Pertama B30D10 dengan formula campuran 30 persen biodiesel (B100) ditambah 10 persen diesel nabati atau diesel biohidrokarbon/HVO (D100) ditambah 60 persen minyak solar.

Langkah berikutnya B40 dengan formula campuran 40 persen biodiesel B100 ditambah 60 persen minyak solar.

Adapun spesifikasi biodiesel (B100) mengacu pada usulan Komite Teknis 27-04 Bionergi Cair dengan perbaikan parameter kadar air. Semula maksimal 350 ppm menjadi maksimal 320 ppm.

Selain itu kadar monogliserida yang semula maksimal 0,55 persen massa menjadi maksimal 0,5 persen massa. Serta kestabilan oksidasi yang semula minimal 600 menit menjadi minimal 720 menit.

Pengujian kali ini, kendaraan uji yang digunakan berasal dari tiga merek kendaraan dengan mesin diesel dan bobot kurang dari 3,5 ton sebanyak 2 unit.

Kemudian ada tiga merek kendaraan bermesin diesel lebih dari 3,5 ton masing-masing dua unit. Edi menceritakan pada awal road test B40 terdapat tantangan berupa pengadaan suku cadang setelah overhaul awal.

Pengujian pun diberlakukan penambahan jarak dan rute untuk mengejar ketertinggalan dan dapat mencapai target yang ditetapkan.

Kendaraan uji kurang dari 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 560 kilometer per hari menjadi 650 kilometer per hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa - Tol Cileunyi - Ciamis - Kuningan - P3GL - Pematang, kemudian putar balik menuju Subang dilanjutkan ke Balitsa.

Kendaraan uji dengan bobot lebih dari 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 400 kilometer per hari menjadi 550 kilometer per hari.

Rute yang ditempuh mulai dari Balitsa - Pasteur - Cikampek - Cipali - P3GL - Tegal kemudian berputar balik menuju Cipali - Subang dan kembali ke Balitsa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya