Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis di awal pekan ini. Penguatan nilai tukar rupiah ini menyusul ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (Fed) tidak akan terlalu agresivitas menaikkan suku bunga.
Pada Senin (14/11/2022), rupiah pagi ini menguat lima poin atau 0,03 persen ke posisi 15.490 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.495 per dolar AS.
Baca Juga
"Seiring dengan mulai turunnya nilai inflasi AS, ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga AS juga sudah mulai mereda," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara.Â
Advertisement
Kenaikan suku bunga AS, lanjut Revandra, mulai masuk pada fase yang lebih lambat dari sebelumnya. Ekspektasi tersebut memberikan tekanan pada dolar AS.
Indeks dolar AS yang digunakan untuk mengukur kekuatan dolar AS berada di kisaran 106, mulai menjauhi titik tertingginya di kisaran 114.
"Hal ini memberikan ruang bagi mata uang lain yang dipasangkan dengan dolar untuk menguat, termasuk rupiah," ujar Revandra.
Angka inflasi yang lemah meningkatkan harapan bahwa The Fed akan menjadi kurang agresif dengan kenaikan suku bunganya.
Data yang dirilis Kamis 10 NOvember 2022 lalu menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) inti dan utama untuk Oktober naik lebih rendah dari yang diperkirakan, mendorong inflasi tingkat tahunan turun dari bulan sebelumnya.
Tingkat inflasi melambat menjadi 7,7 persen (yoy) dari 8,2 persen (yoy) pada September. Tingkat inflasi inti melambat menjadi 6,3 persen (yoy) pada Oktober dari 6,6 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Investor memperkirakan peluang 81 persen untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Desember dan peluang 19 persen untuk kenaikan 75 basis poin, menurut alat CME Fedwatch.
Revandra memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.380 per dolar AS hingga 15.530 per dolar AS.
Depresiasi Rupiah Cuma 8,62 Persen, Lebih Baik dari India hingga Malaysia
Sebelumnya, Stabilitas sistem keuangan (SSK) pada kuartal III 2022 masih tetap berada dalam kondisi yang resilien. Hal tersebut dibuktikan dengan kondisi nilai tukar rupiah yang masih lebih baik dibanding dengan beberapa negara tetangga.
Dalam Rapat Komite Stabilitas sistem keuangan (KSSK) yang dihadiri oleh Menteri Keuangan Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terungkap bahwa stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah tren menguatnya Dolar AS.
Dikutip dari keterangan tertulis KSSK, Kamis 3/11/2022), Indeks nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) mencapai level tertinggi dalam dua dekade terakhir yaitu 114,76 pada tanggal 28 September 2022.
Sementara itu, nilai tukar rupiah sampai dengan 31 Oktober 2022 terdepresiasi 8,62 persen (ytd), relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya.
Contohnya India yang terdepresiasi 10,20 persen, Malaysia terdepresiasi 11,86 persen, dan Thailand terdepresiasi 12,23 persen.
Â
Advertisement
Prospek Perekonomian
Depresiasi ini sejalan dengan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif.
Tren depresiasi nilai tukar negara berkembang tersebut didorong oleh menguatnya Dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, terutama AS.
Â