Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) konsisten menggelar berbagai program pelatihan untuk terus meningkatkan jumlah populasi wirausaha baru (WUB) di sektor industri kecil dan menengah (IKM). Langkah ini dilakukan baik untuk wirausaha yang baru merintis bisnis maupun yang telah menjalankan usahanya agar dapat naik kelas.
“Dalam upaya peningkatan populasi wirausaha baru IKM, khususnya bagi calon wirausaha yang memiliki jiwa kewirausahaan, kami telah melaksanakan kegiatan penumbuhan wirausaha industri melalui berbagai program supaya mereka naik kelas jadi IKM yang adaptif dan inovatif,” kata Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta, Rabu (4/1/2022).
Baca Juga
Reni Yanita telah menyelenggarakan program penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru berupa pelatihan atau bimbingan teknis manajemen kewirausahaan, fasilitasi perizinan berusaha (legalitas usaha), serta fasilitasi mesin atau peralatan.
Advertisement
Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas WUB IKM, mulai dari program Santripreneur, penumbuhan wirausaha di daerah tertinggal, perbatasan, terluar dan pascabencana, hingga penumbuhan wirausaha yang bersinergi dengan kementerian dan lembaga lainnya termasuk melalui dana dekonsentrasi.
“Sampai triwulan III tahun 2022, Ditjen IKMA telah melatih sebanyak 17.763 WUB, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 8.019 WUB. Selain itu, Ditjen IKMA memfasilitasi 6.235 WUB untuk mendapatkan legalitas usaha, atau meningkat dari tahun 2021 sebanyak 5.330 WUB,” ungkap Reni.
Santripreneur
Tak hanya itu, Ditjen IKMA telah menggelar program Santripreneur untuk melatih wirausaha baru di 13 pondok pesantren, dengan peserta binaan sebanyak 670 santri. Sehingga total santri yang dilatih sejak tahun 2013 hingga saat ini sebanyak 10.914 santri dari 102 pondok pesantren.
“Dalam program tersebut, kami memberikan bimbingan teknis serta fasilitasi mesin atau peralatan produksi. Fasilitasi Ditjen IKMA ini diharapkan dapat mendorong wirausaha IKM di lingkungan pondok pesantren dalam upaya menciptakan lapangan kerja baru dan turut mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional,” paparnya.
Lanjut Reni, Ditjen IKMA juga fokus mendorong wirausaha yang telah menjalankan bisnisnya agar terus tumbuh dan berkembang melalui program akselerasi bisnis teknologi. Hal ini sejalan dengan program Making Indonesia 4.0 melalui penumbuhan dan pengembangan IKM startup berbasis teknologi, yaitu wirausaha (enterpreneurship) yang mengedepankan inovasi produk dan pemanfaatan teknologi dalam proses bisnisnya.
Advertisement
Menumbuhkan IKM startup
Hingga Desember 2022, Ditjen IKMA telah menumbuhkan IKM startup berbasis teknologi melalui program Indonesia Food Innovation (IFI), Startup4Industry, Bali Creative Industry Center (BCIC) dengan program Creative Business Incubator (CBI), serta Inkubator Bisnis Teknologi Alas Kaki yang dilaksanakan oleh Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Sidoarjo. “Tercatat sebanyak 88 IKM startup tumbuh di tahun 2022, meningkat dibandingkan tahun 2021 hanya 54 IKM startup,” sebutnya.
Sebagai contoh, melalui program Indonesia Food Inovation (IFI), pelaku IKM pangan binaan Ditjen IKMA, CV Nusantara Jaya Food berhasil melalukan inovasi melalui teknologi untuk menjaga kesegaran serta memperpanjang umur simpan produk singkong dan tetap memenuhi standar mutu negara tujuan ekspor. Walhasil, produk tersebut dapat diekspor ke Curacao di Kepulauan Karibia dan juga ke beberapa negara di Eropa.
Ada pula IKM yang bersinar di program Startup4Industry lantaran dapat memenuhi kebutuhan IKM dalam mengintegrasikan mesin, seperti memodifikasi mesin produksi manual menjadi otomatis, sehingga mampu menciptakan produk baru dengan lebih efisien dan nilai tambah yang lebih tinggi. Startup bernama Engineering Solution ini membuat mesin portioning yang terdiri dari dua unit mesin, yaitu unit screw dan unit conveyor yang dapat mempercepat proses dosing, efisiensi tenaga kerja, otomasi proses produksi, dan mengurangi biaya operasional IKM.
“Semakin banyak IKM yang mengaplikasikan teknologi dalam proses produksinya, tentu akan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensinya, sehingga meningkatkan pendapatan dan perekonomian,” tutur Reni.
Inkubator
Pada tahun 2022, Ditjen IKMA telah meluncurkan “Startup4industry Mart” sebagai pusat layanan Startup4industry untuk industri dan masyarakat yang mencari solusi atau teknologi dari startup Indonesia. Layanan yang dapat diakses melalui www.startup4industry.id ini dapat menjadi rujukan bagi pelaku industri dan masyarakat yang mencari solusi atau layanan teknologi, serta mendokumentasikan track record (profiling) solusi startup tools untuk memasifkan promosi solusi atau layanan yang diberikan oleh startup.
Untuk pelatihan bagi pelaku IKM kreatif, Ditjen IKMA memiliki BCIC dengan programnya CBI, yang menjadi inkubator bagi IKM kreatif bidang kriya dan fesyen. Di dalam CBI, peserta dilatih mengembangkan bisnisnya (scalling up). Setelah pelaksanaan coaching terhadap 18 tenant atau wirausaha tahun 2021, Ditjen IKMA mendapatkan adanya peningkatan omset IKM sebesar 2-3 kali lipat.
“Ditjen IKMA juga konsisten membantu para pelaku IKM atau startup alas kaki dan produk kulit untuk mengembangkan usahanya dengan memfasilitasi mereka di bidang manajemen dan kompetensi teknis. Sehingga mereka juga dapat lebih mandiri dan menjadi sustainable entrepeneur,” pungkas Reni.
Advertisement