Isi Aturan Dirilis Menperindag Rini Soemarno di 2003 yang Larang Ekspor Pasir Laut

Ekspor pasir laut ini sebenarnya dihentikan sementara sejak 20 tahun lalu tepatnya pada tahun 2003. Pelarangan ekspor pasir laut tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 117/MPP/Kep/2/2003 tentang Penghentian Sementara Ekspor Pasir Laut.

oleh Arthur Gideon diperbarui 29 Mei 2023, 13:53 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2023, 13:31 WIB
Kapal pengangkut pasir sewaan PT Logo Mas Utama yang ditangkap Kementerian Perikanan dan Kelautan karena penambangan pasir laut di Pulau Rupat rusak lingkungan.
Ekspor pasir laut dihentikan sementara sejak 20 tahun lalu tepatnya pada tahun 2003. Kapal pengangkut pasir ditangkap KKP karena penambangan pasir laut di Pulau Rupat rusak lingkungan. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi di Laut. Di Pasal 9 aturan ini dituliskan bahwa ekspor pasir laut diperbolehkan dengan pertimbangan tertentu.

Ekspor pasir laut ini sebenarnya dihentikan sementara sejak 20 tahun lalu tepatnya pada tahun 2003. Pelarangan ekspor pasir laut tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 117/MPP/Kep/2/2003 tentang Penghentian Sementara Ekspor Pasir Laut.

Dikutip dari aturan tersebut, Senin (29/5/2023), pertimbangan untuk menghentikan sementara ekspor pasir laut ini adalah untuk mencegah kerusakan lingkungan yang lebih luas berupa tenggelamnya pulau-pulau kecil khususnya di sekitar daerah terluar dari batas wilayah Indonesia.

Dalam aturan tersebut, yang dimaksud dengan pasir laut adalah bahan galian pasir yang terletak pada wilayah perairan Indonesia yang tidak mengandung unsur mineral Golongan A dan atau golongan B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi dan pertambangan.

Dalam Pasal 2, ekspor pasir laut ini dihentikan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Penghentian ekspor pasir laut ini akan ditinjau kembali setelah tersusun program pencegahan kerusakan terhadap pesisir dan pulau-pulau kecil, serta telah adanya penyelesaian penetapan batas wilayah laut antara Indonesia dan Singapura.

Keputusan penggentian ekspor pasir laut ini ditetapkan di Jakarta pada 28 Februari 2003 oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Rini Soemarno Soewandi.


Dilarang Sejak 2003, Jokowi Sekarang Izinkan Ekspor Pasir Laut

Kapal pengangkut penambangan pasir laut sewaan PT Logo Mas Utama yang akan membawa pasir dari Pulau Rupat.
Kapal pengangkut penambangan pasir laut sewaan PT Logo Mas Utama yang akan membawa pasir dari Pulau Rupat. (Liputan6.com/M Syukur)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi di Laut. Salah satu isi dari aturan ini adalah memperbolehkan ekspor pasir laut.

Dikutip dari aturan tersebut, Senin (29/5/2023), aturan ini dirilis sebagai upaya pemerintah dalam bertanggung jawab untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2O14 tentang Kelautan.

Selain itu juga untuk perlindungan dan pelestarian lingkungan laut dilakukan untuk mendukung keterpeliharaan daya dukung ekosistem pesisir dan laut sehingga meningkatkan kesehatan laut.

Menarik, dalam Pasal 9 PP NOmor 26 Tahun 2023 ini hasil sedimen di laut dapat dimanfaatkan untuk empat hal. Sedimen laut tersebut didefinisikan sebagai pasir laut dan atau material sedimen lain berupa lumpur.

Rinciannya adalah:

  1. Reklamasi di dalam negeri;
  2. Bembangunan infrastruktur pemerintah;
  3. Pembangunan prasarana oleh Pelaku Usaha; dan/atau
  4. Ekspor sepanjang kebutuhan dalam negeri terpenuhi dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Meski pasir laut diperbolehkkan diekspor, ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi pelaku usaha. Misalnya perizinan, syarat penambangan pasir laut, hingga ketentuan ekspor karena menyangkut bea keluar.

Aturan ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 Mei 2023 oleh Presiden Joko Widodo dan diundangkan pada 15 Mei 2023 oleh Menteri Sekretartis Negara pratikno.

 


Susi Pudjiastuti: Climate Change Sudah Terasa Jangan Diperparah

Susi Pudjiastuti Bicara Nasib Pilot Susi Air yang Disandera KKB di Papua
Pemilik Susi Air Susi Pudjiastuti menyampaikan keterangan terkait pembakaran pesawat dan penyanderaan Pilot Capt Philip Mark Mehrtens di Jakarta, Rabu (1/3/2023). Susi Pudjiastuti meminta maaf atas kejadian pembakaran dan penyanderaan pilot Susi Air yang berdampak kepada terhentinya 40 persen operasional penerbangan di Papua dan berharap kelompok penyanderaan bisa membebaskan pilot tersebut. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti meminta kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk membatalkan keputusan yang memperbolehkan ekspor pasir laut. Alasannya, penambahan pasir laut akan menimpulkan kerugian yang sangat besar untuk lingkungan.

Untuk diketahui, Presiden Jokowi pada 15 Mei 2023 kemarin telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sendimentasi di Laut. Dalam aturan tersebut ekspor pasir laut diperbolehkan dengan beberapa syarat.

Namun, aturan ini mendapat tentangan dari Pemilik Susi Air yang pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Menurutnya, Kerugian lingkungan dari aturan ini akan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan manfaatnya.

"Semoga keputusan ini dibatalkan,"tulis Susi Pudjiastuti dikutip dari akun resmi twitter @susipudjiastuti, Senin (29/5/2023).

"Kerugian lingkungan akan jauh lebih besar. Climate change sudah terasakan dan berdampak. Janganlah diperparah dg penambangan pasir laut," tambah Susi Pudjiastuti.

Hingga berita ini ditulis cuitan ini sudah dilihat oleh lebih dari 1 juta orang dan dibagikan ulang oleh 5.201 akun.

 

Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya