IMF: Industri Travel Bakal Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Global 2023

Pasar pekerjaan dan sektor jasa yang kuat juga termasuk dorongan pada kenaikan proyeksi ekonomi global.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Jul 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2023, 15:00 WIB
Prediksi lonjakan penumpang pesawat
Calon penumpang beraktivitas di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (18/12/2020). PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II memprediksi lalu lintas sebanyak 2,1 juta penumpang pada periode angkutan Natal dan Tahun Baru 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan perkiraannya pada pertumbuhan ekonomi global di 2023 menjadi 3 persen.

Mengutip BBC, Rabu (26/7/2023) kenaikan 0,2 persen poin persentase dari perkiraan bulan April sebagian didorong oleh meningkatnya permintaan perjalanan pascapandemi.

Pasar pekerjaan dan sektor jasa yang kuat juga termasuk dorongan pada kenaikan pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, inflasi yang melonjak dan suku bunga yang tinggi tetap menjadi risiko di negara-negara maju.

Adapun risiko lainnya dari perlambatan ekonomi di China. Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan bahwa pemulihan dari pandemi masih berdampak.

Pierre mengungkapkan, dalam tiga bulan pertama tahun 2023, ada ketahanan yang kuat dalam permintaan jasa, travel, serta perjalanan dan pariwisata.

"Negara-negara (yang) menjadi tujuan wisata telah melakukannya dengan relatif baik. Sedangkan negara-negara (yang) memiliki lebih banyak pusat manufaktur mungkin sedikit kurang kuat," tambah Gourinchas.

Penerbangan Mulai Pulih

Angka terbaru dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional menunjukkan bahwa pada bulan Mei lalu lintas udara global melanjutkan pemulihannya, mencapai 96,1 persen dari tingkat pra-covid.

Namun, IMF melihat, masih ada ruang terbatas untuk pemulihan lebih lanjut di ekonomi yang bergantung pada pariwisata di kawasan Eropa selatan, yang beberapa di antaranya telah rusak parah akibat kebakaran hutan.

Sedangkan India akan melihat pertumbuhan tercepat tahun ini karena ekonomi maju termasuk Eropa dan Amerika Serikat tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat.

Inggris telah mengalami salah satu peningkatan terbesar dalam pertumbuhan sejak perkiraan terakhir pada bulan April, dengan IMF menaikkan kembali ekspektasi pertumbuhan bulan Mei sebesar 0,4 persen, bukan penurunan sebesar 0,3 persen.

IMF mengatakan hal ini mencerminkan penurunan "konsumsi dan investasi yang lebih kuat dari perkiraan dari efek kepercayaan dari penurunan harga energi serta ketidakpastian pasca-Brexit yang lebih rendah".

Masalah itu menyebabkan pertumbuhan ekonomi Inggris paling lambat kedua di antara negara ekonomi utama G7 dengan hanya Jerman yang bernasib lebih buruk, dengan perkiraan kontraksi 0,3 persen.

Zona Euro Masih dalam Risiko Resesi

Kasus Covid-19 di Jerman
Orang-orang terlihat di luar Stasiun Kereta Pusat Berlin di Berlin, ibu kota Jerman, pada 6 Agustus 2020. Kasus COVID-19 di Jerman bertambah 1.045 dalam sehari sehingga total menjadi 213.067, seperti disampaikan Robert Koch Institute (RKI) pada Kamis (6/8). (Xinhua/Shan Yuqi)

IMF juga menyoroti ekonomi terbesar zona euro yang sudah dalam resesi karena tingginya inflasi telah menyebabkan konsumen mengurangi pengeluaran.

Maka dari itu, Gourinchas mendorong bank sentral untuk melakukan apa yang mereka bisa untuk terus menurunkan harga konsumen yang melonjak.

Federal Reserve AS, Bank of England, dan Bank Sentral Eropa semuanya masih jauh dari target inflasi 2 persen.

Bank sentral di sejumlah negara maju telah menaikkan suku bunga untuk membuat pinjaman lebih mahal, dan untuk mendinginkan perekonomian.

Tetapi langkah tersebut telah menyebabkan suku bunga berada pada level tertinggi sejak sebelum krisis keuangan global 2008.

 

Bank Sentral AS dan Eropa Diprediksi Masih Akan Kerek Suku Bunga

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Bank sentral AS dan Bank Sentral Eropa diperkirakan akan meningkatkan biaya pinjaman lagi pekan ini, kata IMF.

Badan moneter global itu melihat, ada ketidakpastian lanjutan sebagai akibat dari masalah utang yang sedang berlangsung di pasar properti China ketika pemulihan dari pandemi masih berjalan.

Nasib China, perang di Ukraina, inflasi dan biaya pinjaman uang yang lebih tinggi adalah beberapa tantangan terbesar yang dihadapi ekonomi global, IMF mengingatkan.

Dikatakan bahwa meskipun prospek ekonomi global terlihat lebih positif, tetap di bawah rata-rata 3,8 persen yang terlihat pada pra-pandemi antara tahun 2000 dan 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya