Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah faktor perlu diperhatikan seiring beroperasi light rail transit (LRT) atau kereta api ringan Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) termasuk layanan pendukung.
Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menuturkan, keberadaan LRT Jabodebek yang memakai sarana produksi dalam negeri yaitu PT INKA menunjukkan kemandirian dan kemampuan Bangsa Indonesia untuk teknologi transportasi kereta api.
Baca Juga
Sebelumnya, PT INKA juga membuat sarana LRT Sumatera Selatan dan kereta bandara termasuk sarana yang digunakan PT KAI sekarang.
Advertisement
“PT INKA ditempatkan sebagai industri strategis tidak harus ditargetkan memberikan keuntungan bagi negara. Namun, diberi target hasilkan karya yang unggul dan bermanfaat buat kemajuan teknologi transportasi Indonesia,” ujar Djoko dalam keterangan resmi, Selasa (29/8/2023).
Djoko mengatakan, awalnya pembangunan LRT habiskan biaya Rp 29,9 triliun, tetapi realisasinya membengkak menjadi Rp 32,5 triliun.
Terkait layanan feeder, Djoko menilai penting untuk menyediakan moda transportasi yang dapat mengantarkan penumpang dari berbagai lokasi menuju stasiun LRT dengan aman dan nyaman.
“Selain itu, faktor keamanan juga menjadi hal yang perlu diperhatikan guna memberikan jaminan keselamatan bagi para penumpang,” kata dia.
Untuk layanan angkutan umum yang terintegrasi dengan LRT Jabodebek, Djoko menilai, hanya layanan di DKI Jakarta yang sudah matang dan siap.
“Di wilayah Bekasi dan Depok masih kurang. Di Depok bahkan belum terlihat ada layanan transportasi publik memadai,” kata dia.
Dukungan Pemerintah
Djoko menambahkan, agar setiap pemerintah daerah yang wilayahnya dilewati lintasan layanan LRT Jabodebek mau mendukung.
“Kementerian Perhubungan dapat berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri. Ketika satu program strategis nasional dikerjakan di daerah, Kemendagri harusnya diajak supaya bisa mengkoordinasikan pemerintah daerah itu dan membuat aturan untuk dipatuhi pemerintah daerah,” ujar dia.
Djoko menuturkan, Kementerian Dalam Negeri dalam memberikan peringatan kepada pemerintah daerah untuk jauh-jauh hari mengalokasikan anggaran untuk rerouting layanan dan menyediakan bus.
Djoko juga mengingatkan perlu informasi mengenai kedaruratan yang sudah disampaikan dalam bentuk video di stasiun dan kereta.
“Namun, masih diperlukan simulasi penanganan kedaruratan supaya semua petugas memahami prosedur dan tidak panik,” kata dia.
Selain itu, simulasi ini juga lumrah dilakukan di bandara setidaknya diikuti petugas supaya memahami apa yang harus dilakukan pada saat genting.
Advertisement
Kemungkinan Macet di Stasiun TMII
Djoko juga menilai beroperasinya LRT Jabodebek juga dapat kurangi polusi di Jakarta. Dengan tingginya tingkat polusi udara di Jakarta, harapan hidup masyarakat Jakarta akan berkurang selama 2-3 tahun jika tingkat polusi bertahan seperti sekarang. Polusi udara di Jakarta dan sekitarnya masih menjadi masalah belum terselesaikan hingga kini.
“Pilihan menggunakan transportasi adalah pilihan yang bijak. Kelompok warga menengah ke atas diharapkan mau meninggalkan kendraan pribadi untuk beralih menggunakan LRT Jabodebek,” kata dia.
Djoko menegaskan, masalah kemacetan lalu lintas harus dituntaskan dengan menyeluruh dan multi sektoral. Ia menuturkan, penyelesaian harus lintas sektor.
"Jika tidak dilakukan mulai sekarang, dipastikan Kota Jakarta dan sekitarnya akan terus didera kemacetan lalu lintas yang parah dan pada akhirnya memicu perlambatan ekonomi,” tutur dia.
Selain layanan feeder dan polusi udara, Djoko juga menyoroti kemungkinan macet di Stasiun Taman Mini Indonesiah Indah (TMII).
“Kemungkinan kemacetan di Stasiun TMII dapat terjadi, mengingat proses naik turun penumpang yang menggunakan angkutan umum masih memanfaatkan lahan tetapi jalan tanpa tersedia celukan.
“Lain halnya, jika aktivitas itu dilakukan di dalam halaman stasiun, akan sangat membantu. Terlebih jika sudah terbangun jembatan penyeberangan orang (JPO) yang menghubungkan halaman parkir Taman Anggrek Indonesia Permai, turut mengurangi menyeberang,” kata dia.