Liputan6.com, Jakarta Pemerintah telah memberikan golden visa pertama kepada Sam Altman, CEO OpenAI yang merupakan perusahaan dibalik ChatGPT. Desas-desusnya, CEO Tesla Elon Musk juga bakal turut menerima golden visa atau izin tinggal spesial untuk membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Direktur Izin Tinggal Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Pramella Yunidar Pasaribu, membocorkan bahwa sudah ada beberapa nama lainnya yang akan mengantongi golden visa. Namun, ia belum mau memaparkan siapa saja sosoknya.
Baca Juga
"Sudah. Sekarang mereka lagi melengkapi persyaratan itu. Itu banyak sih, dari sektor pertambangan ataupun juga pertanian," ujar Pramella kepada Liputan6.com saat berbincang di Jakarta, dikutip Jumat (15/9/2023).
Pramella pun tak memungkiri, beberapa investor di antaranya memang berkaitan dengan pelaku industri yang mengusung energi baru terbarukan (EBT). Tapi kembali, ia belum ingin memberi tahu apakah sosok yang dimaksud termasuk Elon Musk.
Advertisement
"Kita lihat saja nanti," kata dia singkat.
Apa Itu Golden Visa?
Lebih lanjut, Pramella menjelaskan, golden visa merupakan izin masuk kepada orang asing yang memang berniat untuk melakukan pemulihan perekonomian Indonesia. Pasalnya, ia menilai masih banyak yang harus dibenahi sejak Indonesia terpapar pandemi Covid-19.
Oleh karenanya, Ditjen Imigrasi Kemenkumham menawarkan fasilitas kepada orang asing yang akan berinvestasi di Indonesia untuk bisa layanan golden visa tersebut.
"Selama ini kan kalau orang tinggal di Indonesia cuman sebentar, 2 tahun lalu pulang. Fasilitas yang kami tawarkan adalah mereka bisa tinggal di Indonesia, minimal 5 tahun, paling lama 10 tahun, bahkan bisa diperpanjang unlimited," ungkap dia.
Syaratnya
"Syaratnya, mereka harus menanamkan uangnya di Indonesia. Tidak semudah itu, mereka juga harus memenuhi syarat-syarat, kalau dia untuk berinvestasi minimal dia mempunyai saham obligasi untuk ditanamkan di Indonesia USD 50.000 (untuk 5 tahun izin tinggal). Kalau lebih dari 10 tahun kurang lebih investasi hampir USD 100.000," terangnya.
Secara estimasi waktu, ia pun yakin pemberian fasilitas golden visa ini bisa dirilis pada Oktober 2023 mendatang.
"Nanti kita masih ada jeda waktu tunggu 60 hari sejak peraturan itu diterbitkan (sejak akhir Agustus 2023). 100 persen kita sudah siap untuk bisa mereka mulai masuk dan mengajukan syarat-syarat yang diperuntukan," pungkas dia.
Golden Visa Incar Investor yang Bangun Teknologi AI
Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Silmy Karim terus mempromosikan produk Golden Visa kepada calon investor yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia.
Sam Altman, CEO OpenAI yang merupakan perusahaan dibalik ChatGPT jadi WNA pertama yang mendapatkan Golden Visa sejak aturan itu diundangkan pada akhir Agustus 2023.
Silmy mengatakan, keputusan itu dilakukan lantaran pemerintah saat ini hendak membangun ekosistem bisnis yang ditopang teknologi artificial intelligent (AI). Itu selaras dengan target masa depan Indonesia, menjadi negara kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2050.
"Itu kita berikan kepada founder ChatGPT. Kenapa kita berikan, karena kita ingin environment, ekosistem di AI masuk ke Indonesia. Untuk mewujudkan Indonesia jadi nomor 4 kekuatan ekonomi dunia di 2050, itu membutuhkan teknologi AI," kata Silmy Karim dalam acara Digi-Fest Talk di Ritz Carlton Mega Kuningan Hotel, Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Lebih lanjut, ia juga menyoroti kelompok Gen Z yang akan jadi pemimpin Indonesia di 2050. Namun, Silmy tak ingin terlena dengan prediksi itu sehingga hanya menjadi cita-cita semu.
"Gen Z juga perlu mempersiapkan diri, anggaplah kita ini sebagai sebuah produk. Harus memiliki daya saing. Daya saing yang dimiliki ini adalah bukan hanya terhadap warga negara Indonesia," tegasnya.
"Juga terhadap warga negara asing. Karena dengan adanya globalisasi, kemajuan teknologi komunikasi, semua ya g jauh menjadi dekat. Semua yang lama menjadi cepat," ujar dia.
Â
Advertisement
Penguasaan AI
Oleh karenanya, ia menekankan pentingnya penguasaan AI agar Indonesia jadi negara yang semakin produktif. Di sisi lain, Silmy pun tak ingin masyarakat justru terlena dengan kemudahan yang ditawarkan teknologi digital tersebut.
"Banyak sekali pertanyaan apakah AI bisa mengalahkan manusia. Saya jawab, untuk hal-hal tertentu iya. Tetapi AI itu tidak bisa melakukan hubungan relationship. Kemudian mereka juga tidak bisa menggantikan pejerjaan-pekerjaan," ungkapnya.
"Seperti misalnya pekerjaan dalam hal menjual, marketing, dan masih banyak hal lain. Sehingga lakukan kolaborasi dengan yang namanya teknologi. AI bukan lawan, tetapi adalah alat untuk melengkapi kita menjadi lebih produktif," pungkasnya.