Harga Minyak Dunia Naik Hampir Sentuh USD 95 per Barel di Tengah Pasokan Makin Terbatas

Kenaikan harga minyak dunia ini dipengaruhi oleh ekspektasi defisit pasokan yang berasal dari pengurangan produksi yang berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia serta lemahnya produksi minyak.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Sep 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2023, 08:00 WIB
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Atlascompany
Selasa (19/9/2023), harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan global naik 64 sen menjadi USD 94,57 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik USD 1,24 menjadi USD 92,02 per barel. Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Atlascompany

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia pada perdagangan Senin mendekati level USD 95 per barel di awal sesi perdagangan. Kenaikan harga minyak dunia ini dipengaruhi oleh ekspektasi defisit pasokan yang berasal dari pengurangan produksi yang berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia serta lemahnya produksi minyak.

Mengutip CNBC, Selasa (19/9/2023), harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan global naik 64 sen menjadi USD 94,57 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik USD 1,24 menjadi USD 92,02 per barel.

Arab Saudi dan Rusia bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun.

Sementara itu, Badan Informasi Energi AS dalam laporannya menyebutkan bahwa produksi minyak AS dari wilayah penghasil serpih terbesar juga diperkirakan turun selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Oktober ke level terendah sejak Mei 2023.

Pembelaaan Arab Saudi

Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman pada hari Senin membela pemotongan pasokan pasar minyak oleh OPEC+, dengan mengatakan bahwa pasar energi internasional memerlukan regulasi yang lebih ringan untuk membatasi volatilitas.

Ia juga memperingatkan ketidakpastian mengenai permintaan Tiongkok, pertumbuhan Eropa, dan tindakan bank sentral untuk mengatasi inflasi.

Harga minyak Brent dan WTI telah naik selama tiga minggu berturut-turut dan menyentuh level tertinggi sejak November dan berada di jalur kenaikan kuartalan terbesar sejak invasi Rusia ke Ukraina pada kuartal I 2022.

Harga minyak Brent diperdagangkan di wilayah overbought selama tujuh sesi berturut-turut, sementara WTI diperdagangkan di wilayah overbought untuk sesi kelima berturut-turut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Aksi Ambil Untung Pelaku Pasar

Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

Wakil Presiden BOK Financial Dennis Kissler menjelaskan, pelaku pasar juga melakukan beberapa aksi ambil untung.

Citi pada hari Senin menjadi bank terbaru yang memperkirakan bahwa harga Brent bisa melebihi USD 100 per barel tahun ini.

Chief Executive Chevron Mike Wirth juga mengatakan dalam wawancara dengan Bloomberg News bahwa menurutnya harga minyak akan melampaui USD 100 per barel.

Pemangkasan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia dapat menyebabkan defisit 2 juta barel per hari pada kuartal IV, dan penurunan persediaan selanjutnya dapat menyebabkan pasar terkena lonjakan harga lebih lanjut pada tahun 2024, kata analis ANZ.

 


Pemulihan Ekonomi China

Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock

Tiongkok merupakan risiko utama karena lambatnya pemulihan ekonomi pascapandemi, meskipun impor minyaknya tetap kuat.

Serangkaian langkah-langkah stimulus dan lonjakan perjalanan di musim panas membantu output industri dan belanja konsumen meningkat pada bulan lalu dan kilang-kilang Tiongkok meningkatkan produksi, didorong oleh margin ekspor yang kuat.

Perhatian juga akan tertuju pada bank sentral pada minggu ini, termasuk keputusan suku bunga dari Federal Reserve AS.

Bank of England kemungkinan akan menaikkan suku bunga sekali lagi pada minggu ini, yang mungkin merupakan langkah terakhir dari salah satu siklus pengetatan paling agresif dalam 100 tahun terakhir karena melemahnya perekonomian mulai mengkhawatirkan para pembuat kebijakan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya