Pelita Air Ikut Berpartisipasi di Bursa Karbon

Sebagai maskapai milik PT Pertamina (Persero), Pelita Air memiliki komitmen penuh untuk mendukung pengurangan emisi karbon dan pengembangan proyek energi bersih untuk operasi penerbangan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 06 Okt 2023, 14:18 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2023, 14:15 WIB
PT Pelita Air Service (PAS) masuk ke segmen penerbangan komersial berjadwal (regular flight) dengan mendatang dua pesawat Airbus A320. (Dok Pertamina)
PT Pelita Air Service (PAS) masuk ke segmen penerbangan komersial berjadwal (regular flight) dengan mendatang dua pesawat Airbus A320. (Dok Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pelita Air Service (Pelita Air) ikut berpartisipasi dalam pembelian transaksi perdana carbon trading atau bursa karbon. Langkah yang dilakukan oleh maskapai anak usaha dari PT Pertamina (Persero) ini untuk mendukung program pemerintah mencapai target net zero emission.

"Perusahaan sangat mendukung kebijakan Pemerintah Indonesia dalam dalam upaya mengelola risiko perubahan iklim dengan mendukung transisi energi serta mencapai target Net Zero Emission Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat," ujar Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan, dikutip dari Antara, Jumat (6/10/2023).

Salah satu inisiatif yang dilakukan, lanjutnya, adalah melalui pengembangan bisnis pasar karbon.

Sebagai maskapai milik PT Pertamina (Persero), menurut dia, perusahaan memiliki komitmen penuh untuk mendukung pengurangan emisi karbon dan pengembangan proyek energi bersih untuk operasi penerbangan.

Hal tersebut dibuktikan dengan rencana dan realisasi beberapa program perusahaan sebagai implementasi aksi Net Zero Industri Aviasi.

Dendy menambahkan selain transaksi perdagangan kredit karbon, perusahaan juga menjalankan “Green Operating Procedure” yang telah diterapkan di dalam operasional penerbangan pesawat agar penggunaan bahan bakar dapat lebih efisien dan dapat berkontribusi di dalam kebijakan carbon reduction.

Penerapan teknologi yang terintegrasi di dalam navigasi dan aircraft performance yang diterapkan oleh perusahaan juga menjadikan Pelita Air menjadi maskapai pertama di Indonesia yang lolos sertifikasi Electronic Flight Bag (EFB) level 2 dan Paket Penerbangan Digital (paper less operation).

EFB adalah sebuah perangkat digital yang diintegrasikan dengan sistem operasi dan pesawat yang memandu dan menyediakan data khususnya pada saat take off dan landing yang berhubungan dalam hal keselamatan penerbangan.

Dengan menggunakan perangkat digital ini, tambahnya, perusahaan dapat menerapkan paperless operation yang berkontribusi dalam pengurangan penggunaan kertas di operation yang mendukung kebijakan carbon reduction sejalan dengan komitmen kepada penerbangan yang aman dan berkelanjutan.

Bank Mandiri Beli 3.000 Ton Karbon pada Perdagangan Perdana

Dari Dirut Bank hingga Menteri, Ini Jebolan Bank Mandiri yang Ada di Pucuk Tertinggi
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Sebelumnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berkomitmen menerapkan prinsip environmental, social and governance (ESG). Salah satunya Bank Mandiri menjadi pionir di Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) dengan membeli 3.000 ton karbon pada perdagangan perdana, Selasa 26 September 2023.

Perdagangan pertama tersebut digelar setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meluncurkan bursa karbon pertama di Indonesia.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar menuturkan, pembelian kredit karbon merupakan bentuk dukungan Bank Mandiri terhadap perdagangan Karbon Indonesia dan upaya Bank Mandiri untuk menurunkan emisi karbon.

“Keberadaan bursa karbon penting bagi Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), demi tercapainya Net Zero Emissions pada tahun 2060 atau lebih cepat,” tutur Alexandra dalam keterangan resmi dikutip Selasa (3/10/2023).

Keberadaan bursa karbon dapat mendukung tercapainya target Net Zero Emission (NZE) 2060 yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Merespons target pemerintah tersebut, Bank Mandiri pun telah menetapkan komitmen untuk mencapai NZE Operations pada 2030 dan NZE Financed Emissions (scope 3) pada 2060.

Alexandra memaparkan, Bank Mandiri terlibat langsung dalam proses persiapan peluncuran Bursa Karbon Indonesia. Bank Mandiri secara aktif berdiskusi dengan regulator dan pelaku pasar, serta menjadi satu-satunya pembicara dalam bidang perbankan dalam Seminar Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peluang Perdagangan Karbon di Indonesia yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Seminar ini berlangsung pada bulan Juli sampai dengan September 2023 di 5 kota, yakni Surabaya, Balikpapan, Makassar, Medan, dan Jambi.

Setelah bursa karbon beroperasi, Bank Mandiri menanti terbitnya peraturan teknis yang mengatur peran lembaga keuangan dan perbankan dalam perdagangan karbon.

Peraturan teknis tersebut merupakan turunan dari Peraturan OJK (POJK) Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perdagangan Karbon melalui Bursa Karbon.

"Kami dengan aktif melakukan koordinasi bersama OJK untuk mempersiapkan keikutsertaan Bank Mandiri dalam pasar karbon,” ujarnya. Harapannya, Bank Mandiri dapat berperan sebagai katalisator bagi sektor riil dan bertindak nyata dalam pengurangan emisi operasional.

BNI Borong 40 Ribu Unit Karbon untuk Turunkan Emisi

Gedung BNI (Dok: BNI)
Gedung BNI (Dok: BNI)

Setelah peresmian Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) pada 26 September 2023, perbankan semakin proaktif dalam implementasi green banking dengan berpartisipasi dalam perdagangan bursa karbon.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) (BBNI) atau BNI melalui perusahaan anak PT BNI Sekuritas (BNI Sekuritas) telah melakukan pembelian sebesar 40.000 unit karbon pada tahap awal sebagai bentuk dukungan dalam upaya pemerintah menurunkan emisi nasional.

 BNI telah membeli unit karbon Indonesia Technology Based Solution (IDTBS), yang termasuk dalam sektor Energi, Limbah, dan Proses Industri dan Penggunaan Produk, yang dijual oleh Pertamina. 

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar berharap keterlibatan BNI ini dapat mendorong bursa karbon Indonesia semakin berkembang. Perseroan mendukung target pemerintah Net Zero Emission pada 2030 sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim.

"Tentunya hal ini merupakan langkah lanjutan kami dalam implementasi keuangan berkelanjutan. Sebagai pionir green banking di Indonesia kami akan selalu proaktif bersama Kementerian BUMN untuk terus menyosialisasikan berbagai praktik green economy di Tanah Air," ujar dia dalam keterangan resminya, Selasa (2/10/2023).

Dia mengatakan, BNI juga telah melakukan perhitungan jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh kegiatan operasional perusahaan. 

Dengan demikian, Perseroan pun terus mendorong pelaku bisnis mengimplementasikan praktik green economy melalui penyaluran pembiayaan hijau. 

"Portofolio pembiayaan hijau BNI telah mencapai Rp57 triliun pada semester pertama 2023, dan ditargetkan mampu mencapai Rp62,9 triliun hingga akhir tahun ini, dan tentunya terus kami tingkatkan ke depannya," tandasnya.

INFOGRAFIS JOURNAL_ Berbagai Polusi Berdampak pada Perubahan Iklim
INFOGRAFIS JOURNAL_ Berbagai Polusi Berdampak pada Perubahan Iklim (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya