Liputan6.com, Jakarta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkap sisi positif atas kinerja perusahaan plat merah yang dipimpin oleh perempuan. Erick menyebut, bahwa penambahan 10 persen direksi perempuan mampu meningkatkan laba kotor sebesar 3,5 persen di perusahaan BUMN.
Â
Baca Juga
"Terbukti bahwa penambahan 10 persen kepemimpinan perempuan di jajaran BOD (dewan direksi) dapat meningkatkan 3,5 persen laba kotor perusahaan," kata Erick dalam acara Peringatan Hari Ibu dan Peluncuran Employee Well-Being Policy di Grha Pertamina, Jakarta Pusat, Rabu (13/12).
Capaian positif ini, mengindikasikan bahwa pemimpin perempuan mampu bersaing dari laki-laki di dunia pekerjaan. Dia pun mencontohkan kemampuan kepemimpinan perempuan dari sosok sang ibu dalam mencari sumber pendapatan baru untuk membantu perekonomian keluarga.
Advertisement
"Ini inspirasi buat saya, saya menyaksikan ibu saya jualan di Pasar Tebet Barat di kios kecil. Ini membuat saya ketika masuk BUMN saya yakin bumn ini bisa berubah kalo ada pemimpin perempuannya," beber Erick.
Selain itu, kinerja positif perusahaan milik negara juga tak lepas dari upaya Kementerian BUMN untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Mengingat, kesejahteraan karyawan menjadi faktor krusial dalam meningkatkan produktivitas, motivasi, dan keterikatan karyawan.
"Karyawan yang bahagia dan sejahtera sangat mempengaruhi kinerja dan produktivitas mereka, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan kinerja perusahaan yang berkelanjutan," ungkap Erick
Ke depan, pihaknya menargetkan sebanyak 25 persen kursi Direksi Perusahaan BUMN di isi oleh perempuan. Saat ini, persentase jumlah perempuan yang menduduki jabatan direksi perusahaan plat merah baru berkisar 21 persen.
"Sekarang 20,88 persen kepemimpinan wanita di BUMN, cukup? belum," tutur ErickÂ
Â
Â
Erick Thohir Pangkas Bandara Internasional Jadi Cuma 13 Airport, Ini Alasannya
Menteri BUMN sekaligus Menko Marves Ad Interim Erick Thohir telah mengajak Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi untuk memangkas jumlah bandara internasional di Indonesia dari 27 airport menjadi 13 airport.
Rencana pemangkasan ini lebih sedikit dibanding usulan awal Erick Thohir, yakni tersisa 14-15 bandara internasional.
Erick Thohir menilai industri penerbangan saat ini telah berubah. Berbagai negara sudah melakukan renovasi bandara miliknya untuk jadi tempat singgah yang nyaman. Menurut dia, Bandara Internasional Ngurah Rai Bali bisa jadi salah satu percontohan.
"Kalau bisa yang ada standarnya itu. Dan kita kemarin mendorong kepada pak Menteri Perhubungan, dari 27 airport internasional cukup 13. Amerika saja dan China cuman 8, tetapi untuk umrah dan haji silakan ke 27 airport, tapi waktu masuknya 13," jelasnya di Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Alasannya, Erick tak ingin jumlah wisatawan Tanah Air yang melancong ke luar negeri lebih tinggi daripada turis luar negeri ke Indonesia. Sebab, itu membuat pendapatan negara di sektor pariwisata cenderung minim.
"Ingat loh, PDB Rp 19.700 triliun. Dari pertambangan itu Rp 2.300 triliun. Pariwisata hanya Rp 701 triliun. Makanya kemarin saya sebagai Menko duduk bersama pak Sandi di Labuan Bajo untuk membikin dobrakan-dobrakan baru untuk mengangkat industri pariwisata ini mencapai Rp 2.000 triliun," paparnya.
Â
Â
Advertisement
Cetak Biru
Oleh karenanya, ia ingin membuat cetak biru mengenai itu. Salah satunya, menargetkan jumlah wisata 2024 menjadi 12,5 juta orang dengan 1,5 miliar perputaran. Untuk itu diperlukan sebuah kebijakan yang friendly.
"Apa contohnya, tadi airport. Kedua, diluncurkan tourism fund, dimana seperti percontohan di Mandalika kemarin, satu event MotoGP menghasilkan Rp 4,5 triliun perputaran ekonomi, dimana Rp 3,8 triliun untuk masyarakat atau pemerintah di Lombok, yang kalau dilihat perbandingan ekonominya per tahun itu naik 1,02 persen. Nasionalnya dapat Rp 700 miliar," terangnya.
"Hal seperti ini kenapa tourism fund itu nanti yang mutusin presiden, untuk event-event besar apa di destinasi wisata prioritas, termasuk juga kota-kota besar yang mau kita dorong pertumbuhan pariwisatanya," pungkas Erick Thohir.