Kekayaan 5 Orang Terkaya di Dunia Melambung 114% Sejak 2020

Lima orang terkaya di dunia catat kenaikan kekayaan. Namun, pada saat yang sama, hampir lima miliar orang di seluruh dunia menjadi lebih miskin karena hadapi inflasi, perang, dan krisis iklim

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Jan 2024, 16:07 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2024, 16:07 WIB
Kekayaan 5 Orang Terkaya di Dunia Melambung 114% Sejak 2020
Lima orang terkaya di dunia bertambah kaya dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2020, kekayaan bersih para miliarder ini meroket 114 persen menjadi USD 869 miliar atau sekitar Rp 13.520 triliun(AP Photo/Susan Walsh, File)

Liputan6.com, Jakarta - Lima orang terkaya di dunia bertambah kaya dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2020, kekayaan bersih para miliarder ini meroket 114 persen menjadi USD 869 miliar atau sekitar Rp 13.520 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.558).

Jumlah kekayaan itu setelah memperhitungkan inflasi, menurut laporan Oxfam yang rilis Minggu, 14 Januari 2024. Jika tren yang ada saat ini terus berlanjut, dunia akan memiliki triliuner pertama dalam satu dekade, demikian dikutip dari CNN, Senin (15/1/2024).

Pada saat yang sama, hampir lima miliar orang di seluruh dunia menjadi lebih miskin karena hadapi inflasi, perang, dan krisis iklim. Dibutuhkan waktu hampir 230 tahun untuk mengentaskan kemiskinan berdasarkan kondisi saat ini.

Laporan tersebut yang mengacu pada data yang dikumpulkan oleh Forbes, bertepatan dengan dimulainya pertemuan tahunan World Economic Forum atau Forum Ekonomi Dunia di Davos, sebuah pertemuan elit yang dihadiri oleh beberapa orang terkaya dan pemimpin dunia.

Kesenjangan meski meningkat, menurut Direktur Oxfam, Nabil Ahmed ada beberapa titik terang. Pekerja telah mengerahkan kekuatan melalui pemogokan dan kesepakatan yang memperbaiki kompensasi dan kondisi kerja mereka. Selain itu, beberapa negara juga berpihak pada mereka dengan mendorong kebijakan yang bertujuan memperkuat hak-hak pekerja.

"Kita berada di era emas yang baru, tetapi pekerja, regulator, serikat pekerja dan pengorganisir komunitas mulai membuat terobosan di dalamnya,” ujar Ahmed.

Kekayaan Meningkat

Bernard Arnault
CEO LVMH Bernard Arnault mengumumkan hasil grup tahun 2022 di markas LVMH di Paris pada 26 Januari 2023. (Stefano Rellandini/AFP)

Miliarder Elon Musk yang menjalankan beberapa perusahaan termasuk Tesla dan Space X adalah pemenang besar dalam beberapa tahun terakhir.  Kekayaan Elon Musk melonjak menjadi USD 245,5 miliar pada akhir November. Kekayaannya naik 737 persen dari Maret 2020, setelah memperhitungkan inflasi.

Selanjutnya, Bernard Arnault, Chairman LVMH, perusahaan barang mewah asal Prancis memiliki kekayaan USD 181,3 miliar, naik 111 persen.

Pendiri Amazon Jeff Bezos memiliki kekayaan USD 167,4 miliar, naik 24 persen. Sementara itu, kekayaan pendiri Oracle Larry Ellison mencapai USD 145,5 miliar, bertambaj 107 persen.Kemudian CEO Berkshire Hathaway Warren Buffett yang mencatat kekayaan USD 119,2 miliar, melesat 48 persen.

Secara keseluruhan, kekayaan miliarder telah melonjak USD 3,3 trilun atau 34 persen sejak 2020 dengan kekayaan meningkat tiga kali lebih cepat dibandingkan inflasi, menurut Oxfam.

Miliarder Amerika Serikat yang sebagian besar memperoleh kekayaan dari saham perusahaan yang mereka pimpin, memiliki kekayaan USD 1,6 triliun.

Kekuatan Perusahaan

Dalam laporan 2024, Oxfam berargumentasi dunia usaha memperoleh keuntungan besar sehingga membantu kesejahteraan orang kaya. Tujuh dari 10 perusahaan publik terbesar di dunia memiliki CEO miliarder atau miliarder sebagai pemegang saham utamanya.

Keuntungan Perusahaan

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Terlebih lagi, kelompok 1 persen teratas menguasai 43 persen aset keuangan dunia, menurut Oxfam berdasarkan data dari Wealth X. Di Amerika Serikat, kelompok ini memiliki 32 persen, di Asia, 50 persen. Di Timur Tengah, kelompok 1 persen teratas menguasai 48 persen kekayaan finansial, sedangkan di Eropa sebesar 47 persen.

Sekitar 148 perusahaan terbesar di dunia hasilkan keuntungan hampir USD 1,8 triliun dalam 12 bulan jelang Juni 2023. Angka tersebut 52,5 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata keuntungan yang diperoleh antara 2018-2021.

Oxfam juga menyebutkan industri minyak dan gas, perusahaan farmasi, dan industri keuangan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dalam satu atau dua tahun terakhir dibandingkan rata-rata keuntungan mereka pada tahun-tahun sebelumnya.

“Kami mengabaikan peran kekuatan monopoli dalam mendistribusikan kembali kekayaannya kepada kalangan atas,” ujar Ahmed.

Oxfam pun menyerukan pemerintah untuk ambil tindakan. Direktur Oxfam International, Amitabh Behar menuturkan, kekuasaan publik dapat mengekang kekuasaan korporasi dan ketidaksetaraan membentuk pasar menjadi lebih adil dan bebas dari kendali miliarder. “Pemerintah harus melakukan intervensi untuk hentikan monopoli, memberdayakan pekerja, mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan yang sangat besar, dan yang terpenting investasi pada era baru di barang dan jasa publik,” kata dia.

Platform X, Perusahaan Media Sosial Milik Elon Musk Berpotensi Kehilangan Pendapatan Iklan Rp 1,16 Triliun

FOTO: Elon Musk Jadi Saksi Sidang Akuisisi SolarCity
Elon Musk berjalan dari pusat peradilan di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Senin (12/7/2021). Pemegang saham menuduh Elon Musk memperkaya dirinya serta keluarganya dengan kesepakatan yang terjadi pada 2016 terkait masalah akuisisi SolarCity. (AP Photo/Matt Rourke)

Sebelumnya diberitakan, Perusahaan media sosial milik platform X dapat kehilangan pendapatan iklan USD 75 juta atau sekitar Rp 1,16 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.578) pada akhir 2023 karena banyak merek besar yang hentikan kampanye pemasarannya.

Hal itu berdasarkan laporan New York Times, dikutip dari Channel News Asia, Minggu (26/11/2023). Elon Musk mendukung unggahan antisemite di platform X pekan lalu telah menyebabkan beberapa perusahaan termasuk Walt Diseny dan Warner Bros Discovery menghentikan sementara iklan di situs yang sebelumnya bernama Twitter.

Platform X pun membalas dan menggugat kelompok pengawas Media Matters. Perseroan menuduh organisasi tersebut mencemarkan nama baik platform itu dengan laporan yang mengatakan iklan untuk merek besar termasuk Apple dan Oracle muncul di sebelah unggahan yang menggembar-gemborkan Nazi.

Dokumen internal yang dilihat New York Times pekan ini, mencantumkan lebih dari 200 unit iklan perusahaan yakni Airbnb, Amazon, Coca-Cola dan Microsoft, banyak di antaranya telah menghentikan dan sedang mempertimbangkan untuk menjeda iklan di jejaring sosial.

Platform X pada Jumat, 24 November 2023 mengatakan, pendapatan sebesar USD 11 juta atau sekitar Rp 171,39 miliar berada dalam risiko dan angka pastinya berfluktuasi karena beberapa pengiklan kembali ke platform dan yang lainnya meningkatkan pengeluaran, menurut laporan itu. Perseroan belum menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Pengiklan telah tinggalkan platform X sejak Elon Musk membelinya pada Oktober 2022 dan kurangi moderasi konten yang akibatkan peningkatan tajam ujaran kebencian di situs itu, menurut kelompok hak sipil.

 

 

infografis miliarder dunia
Pendatang baru miliarder dunia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya