Buntut Resesi, Menkeu Jepang Mulai Pertimbangkan Kenaikan Suku Bunga

Banyak pelaku pasar memperkirakan Bank of Japan akan mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya pada bulan April.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Feb 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2024, 11:00 WIB
Gunung Fuji dari Prefektur Yamanashi
Gunung Fuji terlihat dari kuil Arakura Fuji Sengen di kota Fujiyoshida, prefektur Yamanashi, pada Kamis (22/4/2021). Prefektur Yamanashi terletak di sebelah barat Tokyo yang memiliki spot-spot wisata terkenal, salah satunya gunung tertinggi di Jepang, Gunung Fuji. (Behrouz MEHRI / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengungkapkan, ada kemungkinan suku bunga bank sentral negara akan mulai naik dan mempengaruhi perekonomian melalui berbagai cara.

"Bank of Japan memegang yurisdiksi atas kebijakan moneter. Namun akan ada fase ketika suku bunga naik," kata Suzuki, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (17/2/2024).

Dalam sebuah wawancara dengan Nikkei, Suzuki mengatakan terdapat pro dan kontra terhadap tindakannya yang mempunyai dampak berbeda-beda terhadap eksportir dan perusahaan Jepang, yang bergantung pada impor.

Wawancara itu dipublikasikan menyusul rilis data yang menunjukkan perekonomian Jepang memasuki jurang resesi, menggesernya dari urutan ketiga negara ekonomi terbesar di dunia.

Namun, Suzuki enggan berkomentar apakah yen akan melemah atau justru menguat.

Dengan inflasi yang telah melampaui target Bank of Japan sebesar 2 persen selama beberapa waktu, banyak pelaku pasar memperkirakan bank sentral akan mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya pada bulan April.

Sumber mengatakan bahwa BOJ berada di jalur yang tepat untuk mengakhiri suku bunga negatif dalam beberapa bulan mendatang meskipun data terbaru menunjukkan perekonomian tergelincir ke dalam resesi, meskipun permintaan domestik yang lemah berarti mereka mungkin mencari lebih banyak petunjuk mengenai pertumbuhan upah sebelum mengambil tindakan.

Sebagai bagian dari upaya untuk mengembalikan pertumbuhan dan meningkatkan inflasi Jepang ke target 2 persen, BOJ telah mempertahankan suku bunga jangka pendek di -0,1 persen dan imbal hasil obligasi 10 tahun sekitar 0 persen sejak tahun 2016.


Ekonomi Kontraksi 0,4%, Jepang Masuk Jurang Resesi

Dilanda Hujan Salju Lebat, Tokyo dan Sekitarnya Memutih
Pemandangan umum ini menunjukkan atap-atap yang tertutup salju di sebuah lingkungan di pusat kota Tokyo pada tanggal 6 Februari 2024, setelah ibu kota Jepang ini diguyur salju pada malam sebelumnya. Badan Meteorologi Jepang memprediksi badai salju masih akan terjadi mengingat suhu masih terus turun. (Richard A. Brooks/AFP)

Perekonomian Jepang mengalami resesi teknis, setelah secara tak terduga kontraksi pada kuartal terakhir 2023, data sementara pemerintah menunjukkan.

Melansir CNBC International, Kamis (15/2/2024) resesi terjadi setelah lonjakan inflasi menghambat permintaan domestik dan konsumsi swasta di negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia itu.

Laporan produk domestik bruto terbaru memperumit kasus normalisasi suku bunga bagi Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda dan dukungan kebijakan fiskal untuk Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

Hal ini juga berarti Jerman mengambil alih posisi Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia pada tahun lalu dalam hal dolar.

Data sementara menunjukkan produk domestik bruto Jepang mengalami kontraksi 0,4 persen pada kuartal keempat 2023 dibandingkan dengan tahun lalu, menurun ke 3,3 persen pada periode Juli-September 2023.

Angka PDB Jepang kali ini jauh di bawah perkiraan median pertumbuhan sebesar 1,4 persen dalam jajak pendapat para ekonom.

Namun ekonom menilai, angka PDB Jepang masih mungkin diperdebatkan.

"Apakah Jepang kini telah memasuki resesi masih bisa diperdebatkan," kata Marcel Thieliant, kepala Capital Economics untuk Asia-Pasifik, dalam catatan kliennya.

"Sementara lowongan pekerjaan melemah, tingkat pengangguran turun ke level terendah dalam sebelas bulan sebesar 2,4 persen pada bulan Desember. Terlebih lagi, survei yang dilakukan oleh Bank of Japan menunjukkan bahwa kondisi bisnis di semua industri dan ukuran perusahaan berada dalam kondisi terkuat sejak tahun 2018 pada kuartal keempat,” tambahnya.

"Bagaimanapun, pertumbuhan Jepang diperkirakan akan tetap lamban tahun ini karena tingkat tabungan rumah tangga telah berubah menjadi negatif," jelas Thieliant.


Inflasi Jepang Picu Permintaan Domestik Melemah

Dilanda Hujan Salju Lebat, Tokyo dan Sekitarnya Memutih
Pemandangan umum ini menunjukkan atap-atap yang tertutup salju di sebuah lingkungan di pusat kota Tokyo pada tanggal 6 Februari 2024, setelah ibu kota Jepang ini diguyur salju pada malam sebelumnya. (Richard A. Brooks/AFP)

Konsumsi swasta Jepang turun 0,2 persen pada kuartal keempat dibandingkan kuartal sebelumnya, berbeda dengan perkiraan median yang memperkirakan ekspansi sebesar 0,1 persen.

Sementara itu, inflasi inti Jepang telah melampaui target BOJ sebesar 2 persen selama 15 bulan berturut-turut. Namun, BOJ masih melanjutkan rezim suku bunga negatif terakhir di dunia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya