Kilang Pertamina Catatkan Kinerja Tertinggi, Produksi Minyak Berapa?

PT Pertamina (Persero) mencatat kinerja kilang mengalami peningkatan sepanjang 2023.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Jun 2024, 14:45 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2024, 14:45 WIB
Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) tengah melakukan upaya meningkatkan kapasitas produksi kilang. (Dok Pertamina)
Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) tengah melakukan upaya meningkatkan kapasitas produksi kilang. (Dok Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) mencatat kinerja kilang mengalami peningkatan sepanjang 2023. Hal ini ditopang oleh rampungnya sejumlah proyek kilang dalam 5 tahun terakhir.

Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro menyampaikan peningkatan kinerja terlihat dari suplai bahan baku atau volume intake kilang yang meningkat sebesar 8 juta barel sepanjang 2023. Tercatat pada 2023 volume intake kilang mencapai 341 juta barel dari 333 juta barel di 2022.

"Ini kinerja dari kilang, kami highlight volume intake kilang meningkat mencapai 341 juta barel. Ini tertinggi sejak berdirinya holding subholding atau meningkat 2 persen," kata Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (12/6/2024).

Tak berhenti disitu, Wiko mengatakan yield valuable product Pertamina juga naik 2 persen. Dari 80 persen di 2022 menjadi 82 persen di 2023.

Bukan tanpa alasan, peningkatan kinerja ini ditopang oleh rampungnya 9 proyek di sektor kilang Pertamina dalam 5 tahun terakhir.

"Kinerja ini didukung oleh selesainya 9 proyek utama dalam 5 tahun terakhir," katanya.

Daftar Proyek

Diantaranya, ada proyek kilang minyak PLBC Langit Biru Cilacap, Revamp TPPI OSBL, Green Refinery Cilacap Fase I, RDMP Balongan, RCC Balongan, Ultra Low Sulphur Diesel, Platformer Dumai, Pipa Senipah Balikpapan, serta Revamp TPPI ISBL.

"Onstream pipa Senipah Balikpapan yang mana ini menghemat pemakaian LPG di kilang sekaligus memonetasi potensi upstream," pungkasnya.

 

Berapa Produksi Minyak Pertamina?

Kilang milik PT Pertamina. Harga minyak imbas Perang Israel Iran
Kilang milik PT Pertamina. Harga minyak mentah jenis Brent berjangka diperdagangkan di atas USD 90 setelah ditutup 1,1% lebih tinggi pada Rabu 10 April 2024, sementara harga West Texas Intermediate (WTI) mendekati USD 86 per barel. Ini terkait perang Israel Iran.

Sebelumnya, produksi minyak Pertamina menorehkan kenaikan 10%, dari 514.000 Barel per Hari (BOPD) pada 2022 menjadi 566.000 BOPD di tahun 2023. Capaian ini diraih berkat peningkatan produksi domestik Pertamina sebesar 415 MBOPD dan kontribusi 151 MBOPD dari operasi internasional.

“Pertamina berhasil mengelola penurunan produksi minyak (decline rate) dari 19% menjadi 2% melalui program kerja yang produktif,” ujar Wiko Migantoro, Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, ditulis Jumat (7/6/2024).

Kinerja gemilang ini tak hanya di hulu minyak. Produksi gas domestik Pertamina pun meningkat 3%, dari 2.241 MMSCFD pada tahun 2022 menjadi 2.388 MMSCFD di tahun 2023.

Upaya masif Pertamina dalam mengembangkan hulu migas tak henti-hentinya. Sepanjang tahun 2023, Pertamina telah melakukan pemboran sumur secara massif sebanyak 799 sumur, lebih tinggi 16% dibandingkan tahun 2022.

Pertamina juga melakukan kerja ulang sebanyak 835 pekerjaan (meningkat 31% dibandingkan 2022) dan perawatan sumur sebanyak 32.589 pekerjaan (meningkat 11% dibandingkan 2022).

 

Berapa Penerimaan negara?

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) akan memproduksi produk petrokimia, melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan. Photo dok. PT Kilang Pertamina Internasional.
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) akan memproduksi produk petrokimia, melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan. Photo dok. PT Kilang Pertamina Internasional.

Dedikasi Pertamina tak hanya untuk meningkatkan produksi, namun juga memberikan kontribusi signifikan bagi penerimaan negara. Kegiatan hulu migas Pertamina berkontribusi sebesar USD 3 miliar dari pajak dan USD 4,2 miliar dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Hal ini menjadikan Pertamina kontributor terbesar sebesar 69% untuk lifting nasional minyak dan 34% untuk gas nasional.

Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication Pertamina, menjelaskan bahwa Pertamina mengalokasikan investasi besar di hulu migas untuk menjaga decline rate dan meningkatkan produksi migas.

“Sekitar 60% Capex Pertamina difokuskan di hulu migas untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional,” ujar Fadjar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya