Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan bahwa pihaknya yakin Federal Reserve (The Fed) dapat mulai memotong suku bunga pada akhir tahun ini.
Tetapi IMF juga mengingatkan The Fed tetap harus tetap berhati-hati, setelah penurunan inflasi AS pada bulan Juni meningkatkan ekspektasi untuk penurunan suku bunga lebih awal.
Baca Juga
Mengutip US News, Jumat (12/7/2024) juru bicara IMF Julie Kozack mengatakan bahwa proses disinflasi sedang berlangsung di Amerika Serikat.
Advertisement
Kozack berbicara setelah rilis laporan yang menunjukkan Indeks Harga Konsumen AS turun 0,1% pada bulan Juni, menandai penurunan bulanan pertama dalam empat tahun.
"Kami mendukung pendekatan kebijakan moneter The Fed yang bergantung pada data dan hati-hati. Kami juga memperkirakan bahwa The Fed akan berada dalam posisi untuk menurunkan suku bunganya pada akhir tahun ini, dan penilaian tersebut terus dipertahankan,” kata Kozack dalam sebuah konferensi pers.
Kozack juga mencatat bahwa pertumbuhan AS sangat kuat dan belanja federal yang besar untuk bantuan COVID-19 dan investasi di bidang infrastruktur, energi ramah lingkungan, dan semikonduktor akan memberikan dampak positif yang bertahan lama terhadap perekonomian negara itu.
Saran IMF
Namun Kozack mengulangi saran kebijakan tahunan IMF baru-baru ini agar Amerika Serikat mengendalikan tumpukan utangnya, sebuah rekomendasi yang sudah lama ada.
"Saat ini defisit fiskal terlalu tinggi, dan inilah saatnya, terutama ketika perekonomian sedang kuat, untuk mengambil tindakan agar rasio utang terhadap PDB berada pada jalur penurunan yang signifikan. Dan hal ini memerlukan serangkaian langkah fiskal yang luas," ucap Kozack.
IMF kini memperkirakan pembayaran bunga bersih AS atas utang federal diperkirakan mencapai 3,2% dari produk domestik bruto pada tahun fiskal 2024, yang berakhir pada 30 September, naik dari 2,4% pada tahun fiskal 2023 karena suku bunga yang lebih tinggi.
Rasio ini akan tetap tinggi bahkan dalam jangka menengah karena defisit dan tingkat utang yang lebih tinggi, tambah Kozack.
Bos The Fed: Suku Bunga Tinggi Terlalu Lama Bahaya bagi Ekonomi AS
Ketua Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell menyatakan kekhawatirannya mempertahankan suku bunga terlalu tinggi dalam jangka waktu lama dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Mengutip CNBC International, Rabu (10/7/2024) Powell mengatakan ekonomi AS tetap kuat seperti halnya pasar tenaga kerja, meskipun terjadi penurunan baru-baru ini.
Bos bank sentral AS itu mengutip beberapa pelonggaran inflasi, yang menurut dia para pengambil kebijakan tetap tegas dalam menurunkan target mereka sebesar 2%.
"Pada saat yang sama, mengingat kemajuan yang dicapai dalam menurunkan inflasi dan mendinginkan pasar tenaga kerja selama dua tahun terakhir, peningkatan inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang kita hadapi,” katanya dalam pidato di Capitol Hill.
"Mengurangi pembatasan kebijakan yang terlambat atau terlalu sedikit dapat melemahkan aktivitas ekonomi dan lapangan kerja,” ia menambahkan.
Komentar tersebut bertepatan dengan peringatan satu tahun terakhir kali Komite Pasar Terbuka Federal menaikkan suku bunga acuan.Suku bunga pinjaman The Fed saat ini berada pada kisaran 5,25%-5,50%, level tertinggi dalam 23 tahun terakhir.
Pasar memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada September mendatang, dan kemungkinan akan menindaklanjuti penurunan suku bunga sebesar seperempat poin persentase pada akhir tahun. Namun, anggota FOMC pada pertemuan Juni mengindikasikan hanya satu pemangkasan.
Inflasi AS Tunjukkan Kemajuan
Dalam beberapa hari terakhir, Powell dan rekan-rekannya telah mengindikasikan data inflasi cukup menggembirakan setelah terjadi lonjakan yang mengejutkan pada awal tahun.
Advertisement
Perkuat Keyakinan
Inflasi AS sebagaimana dinilai oleh indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi pilihan The Fed berada di angka 2,6% pada Mei 2024, setelah mencapai puncaknya di atas 7% pada Juni 2022.
"Setelah tidak ada kemajuan dalam mencapai sasaran inflasi 2 persen pada awal tahun ini, data bulanan terbaru menunjukkan sedikit kemajuan lebih lanjut," kata Powell.
"Data yang lebih baik akan memperkuat keyakinan kami bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju angka 2 persen," terangnya.