Mendag Zulkifli Hasan Optimistis Tren Surplus Perdagangan Dapat Bertahan

Mendag Zulkifli Hasan menuturkan, pihaknya memperkuat transformasi struktur ekspor serta memperluas pasar ekspor ke ASEAN, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin di tengah surplus menurun.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Jul 2024, 22:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2024, 22:00 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan makanan atau barang jasa titipan (Jastip) yang berasal dari luar negeri yang tidak memiliki sertifikasi halal
Neraca perdagangan Indonesia Juni 2024 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 2,39 miliar. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia Juni 2024 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 2,39 miliar. Surplus ini terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD 4,43 miliar dan defisit migas sebesar USD 2,04 miliar. Surplus ini melanjutkan tren surplus secara beruntun selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Secara kumulatif pada semester I 2024, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 15,45 miliar. Surplus ini lebih rendah dari surplus periode yang sama tahun sebelumnya dengan nilai USD 19,92 miliar. Surplus semester I 2024 terdiri dari surplus nonmigas sebesar USD 25,55 miliar dan defisit migas sebesar USD 10,11 miliar.

“Kemendag optimis tren surplus ini dapat dipertahankan meskipun surplus neraca perdagangan Indonesia Semester I 2024 turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor melalui sejumlah strategi," ujar Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan seperti dikutip dari keterangan resmi, Rabu (17/7/2024).

Zulkifli Hasan menuturkan, beberapa strategi tersebut, di antaranya dengan memperkuat transformasi struktur ekspor serta memperluas pasar ekspor ke ASEAN, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. "Kemendag juga memperkuat peran perwakilan perdagangan luar negeri dan digitalisasi perdagangan,” ujar dia.

Mendag Zulkifli Hasan menuturkan, selama Juni 2024, negara-negara mitra dagang utama antara lain India, Amerika Serikat (AS), dan Filipina masih menyumbang surplus perdagangan terbesar dengan total mencapai USD 3,16 miliar. Sementara penyumbang defisit perdagangan terdalam adalah Singapura, Tiongkok, dan Australia dengan total defisit sebesar USD 2,27 miliar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harga Komoditas Turun, Ekspor Melemah

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan kembali melakukan sidak harga barang kebutuhan pokok di pasar tradisional. Kali ini di Pasar Tanjungsari, Sumedang.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan kembali melakukan sidak harga barang kebutuhan pokok di pasar tradisional. Kali ini di Pasar Tanjungsari, Sumedang. Harga pangan terpantau stabil cenderung turun antara lain cabai merah kriting Rp 40.000, Ayam Rp 32.000, Bawang Merah Rp 35.000, dan MinyaKita dijual dengan harga Rp 13.500.

Pada Juni 2024, ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 20,84 miliar. Nilai ini turun 6,65 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM), tetapi tetap mengalami peningkatkan sebesar 1,17 persen dibanding Juni tahun sebelumnya (YoY). Pelemahan ekspor pada Juni 2024 dipicu pelemahan ekspor nonmigas sebesar 6,20 persen dan migas sebesar 13,24 persen dibandingkan Mei 2024 (MoM).

Secara rinci, Mendag Zulkifli Hasan mengatakan, pelemahan kinerja ekspor terjadi pada seluruh sektor. Pertambangan menjadi sektor yang mengalami kontraksi terdalam sebesar 25,09 persen, diikuti pertanian sebesar 1,49 persen, dan industri pengolahan sebesar 1,44 persen (MoM).

“Penurunan harga komoditas global, terutama komoditas ekspor utama Indonesia, mempengaruhi dinamika ekspor Juni 2024. Dibanding bulan sebelumnya (MoM), harga komoditas batu bara turun 4,87 persen; nikel 10,67 persen; tembaga 4,84 persen; serta emas 1,05 persen," ungkap Mendag Zulkifli Hasan.

Beberapa produk dengan penurunan ekspor terdalam pada Juni 2024, di antaranya logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) turun 45,76 persen; nikel dan barang daripadanya (HS 75) 25,20 persen; ampas/sisa industri makanan (HS 23) 19,56 persen; alas kaki (HS 64) 18,96 persen; serta berbagai produk kimia (HS 38) 14,43 persen (MoM).


Pasar Utama Ekspor Nonmigas

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di tengah penurunan tersebut, ekspor beberapa produk nonmigas Indonesia justru mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya (MoM).

Beberapa produk tersebut di antaranya lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang naik signifikan sebesar 68,06 persen; barang dari besi dan baja (HS 73) 46,33 persen; timah dan barang daripadanya (HS 80) 38,82 persen; pulp dari kayu (HS 47) 22,70 persen; serta pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) 7,67 persen.

Mendag Zulkifli Hasan mengungkapkan, Tiongkok, AS, dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Juni 2024 dengan total mencapai USD 8,46 miliar. Ketiga negara ini memiliki kontribusi sebesar 43,14 persen terhadap total ekspor nonmigas nasional.

Dari segi tujuan ekspor nonmigas, pada Juni 2024 terjadi peningkatan signifikan untuk beberapa negara dibanding bulan sebelumnya (MoM). Beberapa mitra dagang tersebut yakni Inggris yang naik 113,29 persen, Mesir (97,73 persen), Pakistan (66,92 persen), Taiwan (34,21 persen), dan Arab Saudi (23,11 persen).

Di sisi lain, penurunan kinerja ekspor nonmigas Indonesia terjadi ke sejumlah negara mitra dagang seperti Spanyol yang turun 51,92 persen, Jerman turun 34,87 persen, Jepang turun 30,14 persen, Turki turun 26,68 persen, dan Kanada turun 23,76 persen.

“Penurunan kinerja ekspor Indonesia Juni 2024 juga dipicu tren ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Pada Januari 2023-Juni 2024, tren ekspor ke Tiongkok turun 0,71 persen per bulan; Jepang turun 0,92 persen; Malaysia turun 0,95 persen; Thailand turun 0,47 persen; dan Singapura turun 1,89 persen," papar Mendag Zulkifli Hasan.


Tujuan Ekspor Nonmigas

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dari segi kawasan, beberapa tujuan ekspor menunjukkan penurunan ekspor nonmigas. Penurunan terdalam dibanding bulan sebelumnya (MoM) terjadi di Eropa Selatan yang turun 28,38 persen, diikuti Asia Barat (21,97 persen), Eropa Barat (20,19 persen), Eropa Timur (19,04 persen), dan Afrika Barat (15,73 persen).

Namun demikian, beberapa kawasan tetap menunjukkan peningkatan pada Juni 2024 dibanding bulan sebelumnya (MoM). Peningkatan ekspor nonmigas tertinggi terjadi di kawasan Afrika Selatan yang baik 62,44 persen, diikuti Afrika Timur (57,73 persen), Asia Tengah (50,72 persen), Eropa Utara (49,29 persen), dan Afrika Utara (41,32 persen).

Sementara, pada semester I 2024, total ekspor Indonesia mencapai USD 125,09 miliar, turun 2,77 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (YoY). Penurunan ini disebabkan pelemahan ekspor nonmigas sebesar 3 persen dan penguatan ekspor migas sebesar 0,77 persen.

Impor Bahan Baku/Penolong dan Barang Modal Turun

Dari sisi impor, nilai impor Juni 2024 tercatat sebesar USD 18,45 miliar, turun 4,89 persen dibandingkan Mei 2024 (MoM) namun meningkat 7,58 persen dibandingkan Juni 2023 (YoY). Penurunan dibanding Mei didorong penurunan impor nonmigas sebesar 8,83 persen dan kenaikan impor migas sebesar 19,01 persen (MoM).

Kenaikan impor yang cukup tinggi disebabkan peningkatan impor minyak mentah sebesar 34,64 persen dan hasil minyak sebesar 12,17 persen. Penurunan impor Juni 2024 terjadi pada bahan baku/penolong sebesar 3,41 persen dan barang modal sebesar 14,51 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM).

Sedangkan, impor barang konsumsi naik sebesar 2,48 persen. Secara rinci, barang modal dengan penurunan impor terbesar terjadi pada telepon pintar (smartphone), pesawat udara, unit penyimpanan, penerima portabel (portable receiver), serta mesin untuk membuat pulp dari bahan serat selulosa.


Bahan Baku Penolong

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, bahan baku/penolong dengan penurunan impor signifikan di antaranya terjadi pada gula tebu lainnya, bahan bakar minyak, bungkil dan residu padat lainnya, p-silena, serta bagian dari peralatan transmisi telepon seluler. Sedangkan, kenaikan terbesar pada impor barang konsumsi terutama berasal dari bahan bakar kendaraan bermesin diesel, vaksin untuk manusia, sepatu dengan sol luar dan bagian atas dari karet atau plastik, mesin pendingin ruangan, serta sedan.

“Kontraksi impor secara bulanan dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dalam negeri pada Juni 2024. Hal ini tecermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) yang turun menjadi 50,70 pada Juni 2024 dari bulan sebelumnya sebesar 52,1,” kata Mendag Zulkifli Hasan.

Produk Utama Impor

Beberapa produk utama impor nonmigas Indonesia dengan kontraksi terdalam secara bulanan pada Juni 2024 ini, antara lain gula dan kembang gula (HS 17) yang turun 35,72 persen; ampas/sisa industri makanan (HS 23) 28,31 persen; filamen buatan (HS 54) 22,93 persen; kertas, karton, dan barang daripadanya (HS 48) 20,15 persen; serta pupuk (HS 31) 17,76 persen (MoM).

Sedangkan, produk impor dengan kenaikan tertinggi pada Juni 2024, di antaranya perangkat optik, fotografi, sinematograf (HS 90) yang naik 64,69 persen; susu, mentega, dan telur (HS 04) 14,75 persen; karet dan barang dari karet (HS 40) 10,58 persen; biji dan buah mengandung minyak (HS 12) 5,50 persen; serta minyak atsiri, kosmetik, dan wangi-wangian (HS 33) 5,16 persen (MoM).


Negara Asal Impor

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan negara asal, pada Juni 2024, impor nonmigas Indonesia didominasi Tiongkok, Jepang, dan Singapura dengan nilai mencapai USD 7,40 miliar atau 48,75 persen dari total impor Indonesia.

Sementara itu, negara asal impor nonmigas dengan penurunan terdalam pada Juni 2024 dibanding bulan sebelumnya (MoM), antara lain, Australia yang turun 28,43 persen, diikuti Argentina turun 24,43 persen, Taiwan turun 24,07 persen, AS turun 23,51 persen, dan Inggris turun 20,13 persen.

Sebaliknya, negara asal impor nonmigas dengan peningkatan signifikan yaitu Prancis sebesar 50,36 persen, Oman (33,82 persen), Hong Kong (32,78 persen), Ukraina (20,75 persen), dan Singapura (14,63 persen). Selama semester I 2024, total impor Indonesia tercatat sebesar USD 109,64 miliar atau naik tipis 0,84 persen dibanding periode sebelumnya. Kenaikan tersebut ditopang naiknya impor migas sebesar 8,22 persen di tengah kontraksi impor nonmigas sebesar 0,49 persen (YoY)

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya