Harga Nikel Terancam Janji Donald Trump, Apa Itu?

Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mencermati pernyataan Calon Presiden (Capres) Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump yang bakal membatalkan mandatori kendaraan listrik pemerintahan Joe Biden.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 22 Jul 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 20:30 WIB
Harita Nickel di Pulau Obi sudah menggelontorkan investasi lebih dari USD 1 miliar untuk membangun industri hilirisasi nikel
Harita Nickel di Pulau Obi sudah menggelontorkan investasi lebih dari USD 1 miliar untuk membangun industri hilirisasi nikel (dok: Ilyas)

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mencermati pernyataan Calon Presiden (Capres) Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump yang bakal membatalkan mandatori kendaraan listrik pemerintahan Joe Biden. 

Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey mengungkapkan, janji Donald Trump terhadap kendaraan listrik tersebut bakal sangat berdampak pada harga nikel

"Ini akan berdampak nih, yakin berdampak banget. Kita enggak bisa prediksi ya (seberapa jauh harga nikel akan anjlok), karena ini kan konsumsi dunia. Tapi yang pasti akan menurun," ujar Meidy saat ditemuin di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (22/7/2024).

Menurut dia, Trump yang juga seorang pengusaha pasti memperhitungkan manfaat ekonomi dari pengembangan EV untuk Negeri Paman Sam. Meskipun, ia memandang mantan Presiden AS 2017-2021 juga tak akan serta merta abai terhadap potensi industri itu. 

"Kalau saya melihat secara pribadi, Trump itu pengusaha loh. Artinya kan dia akan memikirkan cuan untuk negaranya. Nah kalau kondisi EV ini hanya tidak memberikan benefit untuk negaranya, untuk apa?" ungkapnya. 

"Tapi mungkin Trump akan berpikir, oke pelan-pelan, jangan hari ini butuh, hari ini ada. Kita belum siap. Tapi dengan ke depannya, dia akan pasti ngikut. Green energy mau enggak mau wajib," kata Meidy. 

Menyikapi hal tersebut, ia berharap Indonesia tidak hanya berpaku terhadap satu negara saja dalam memperdagangkan komoditas mineral untuk industri kendaraan listrik semisal nikel. 

Dalam hal ini, ia menyoroti potensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China, negara mitra utama dagang Indonesia. Meidy berharap pemerintah turut melirik potensi kerjasama dengan mitra strategis lain. 

"Perang dagang antara Amerika sama China, kita berharap mereka yang perang, kita saat ini juga jangan cuma menggandeng China. Kita harus menggandeng negara lain, contoh misalnya Eropa, Australia, Asia yang lain juga masih banyak," tuturnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Promosi Kendaraan Listrik

Ragam Mobil Listrik China Bersaing Ketat di Auto Shanghai 2023
Pasar kendaraan listrik China sendiri berkembang pesat setelah Partai Komunis yang berkuasa menggelontorkan miliaran dolar untuk mempromosikan teknologi. (AP Photo/Ng Han Guan)

Donald Trump sendiri telah berjanji untuk membatalkan puluhan peraturan dan kebijakan terkait upaya afirmatif pemerintahan Joe Biden terhadap perubahan iklim, termasuk aturan emisi dan promosi kendaraan listrik.

Pernyataan itu digaungkan Trump pada sebuah pertemuan dengan para eksekutif perusahaan minyak AS beberapa waktu lalu. 

Trump berjanji akan meruntuhkan aturan emisi kendaraan bermotor Presiden Joe Biden yang mempromosikan kendaraan listrik dan menghentikan pembekuan izin ekspor gas alam cair (liquefied natural gas).

Pada pertemuan itu pula, Trump mengatakan kepada para kepala eksekutif bahwa pemberian USD 1 miliar kepadanya menjadi simbol persetujuan akan tekad Trump menggagalkan langkah afirmatif pada perubahan iklim tadi.

Menjelang pemilu AS pada 5 November 2024, Trump terus melontarkan janji-janji untuk membatalkan sebagian besar upaya Joe Biden dalam melawan perubahan iklim.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya