Menko Airlangga: Jumlah Startup Indonesia Terbanyak ke-6 di Dunia

Menko Airlangga mengatakan jumlah startup Indonesia berada di peringkat ke-6 secara global dengan startup inovatif terbanyak atau peringkat ke-1 di Asean

oleh Tira Santia diperbarui 01 Agu 2024, 11:49 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2024, 10:15 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pembukaan Karya Kreatif Indonesia (KKI) dan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital (FEKDI) 2024, di Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pembukaan Karya Kreatif Indonesia (KKI) dan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital (FEKDI) 2024, di Jakarta, Kamis (1/8/2024). (dok: Tira)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan daya saing digital Indonesia dilaporkan naik ke posisi 45 dunia.

Hal itu berdasarkan riset World Competitiveness Ranking (WCDR 2023). Riset ini dilakukan oleh IMD (International Institute for Management Development) asal Swiss.

"Indonesia menunjukkan kemajuan pesat di ekosistem dan keuangan digital ini tercermin dari peningkatan world digital Competitiveness di tahun 2019 kita masih di nomor 56 dan menjadi peringkat ke-45 di tahun 2023. Jadi, naik 11 tingkat," kata Airlangga dalam pembukaan Karya Kreatif Indonesia (KKI) dan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital (FEKDI) 2024, di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Sebagai informasi, riset IMD WCC 2023 ini membandingkan peringkat kemapanan daya saing digital dari 64 negara. Riset ini menyebut lima negara dengan saing digital terbaik di 2023 adalah Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Denmark, dan Swiss.

Dalam riset ini, Indonesia juga tercatat menunjukkan daya saing digital yang lebih unggul dibandingkan negara Asia lain, seperti India (peringkat 49), Filipina (peringkat 59), dan Mongolia (peringkat 63).

Kendati demikian, untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia masih kalah dari sejumlah negara tetangga, seperti Singapura (peringkat 3), Malaysia (peringkat 33), dan Thailand (peringkat 35).

Jumlah Startup

Dari peningkatan daya saing digital tersebut, jumlah startup Indonesia juga berada di peringkat ke-6 secara global dengan startup inovatif terbanyak atau peringkat ke-1 di Asean, bahkan Indonesia lebih tinggi daripada Jerman.

"Pak (Jokowi) jadi kita di Asean nomor satu. Singapura di peringkat ke-11," ujarnya.

Airlangga menyampaikan, saat ini jumlah startup unicorn Indonesia berjumlah 15 unicorn, dan terdapat 2 decacorn yang sudah masuk kancah global, diantaranya Goto dan J&TExpress.

"Kita juga memiliki 15 unicorn dan 2 decacorn yang sudah global adalah Goto, dia beroperasi di Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, India dan Tiongkok. Dan juga J&TExpress untuk pengiriman logistik di 13 negara," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Apa Itu Ekonomi Digital?

Ilustrasi ekonomi digital. Freepik
Ilustrasi ekonomi digital. Freepik

Ekonomi digital merujuk pada aktivitas ekonomi yang utamanya didorong oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam ekonomi ini, penggunaan internet, perangkat digital, dan teknologi canggih lainnya menjadi inti dari proses produksi, distribusi, dan konsumsi barang serta jasa.

Ekonomi digital mencakup berbagai sektor seperti e-commerce, fintech, media sosial, dan layanan berbasis platform digital. Contohnya, e-commerce memungkinkan konsumen untuk membeli produk secara online, sementara fintech menyediakan solusi keuangan melalui aplikasi dan platform digital.

Peran teknologi dalam ekonomi digital tidak hanya terbatas pada perdagangan dan layanan keuangan. Teknologi juga memengaruhi sektor pendidikan dengan munculnya e-learning, sektor kesehatan dengan telemedicine, serta sektor transportasi dengan hadirnya layanan ride-hailing.

 


Apa Untungnya Ekonomi Digital?

Ilustrasi ekonomi digital.Unpslash/Adeolu Eletu
Ilustrasi ekonomi digital.Unpslash/Adeolu Eletu

Transformasi ke arah ekonomi digital membawa banyak keuntungan, termasuk efisiensi yang lebih tinggi, akses pasar yang lebih luas, dan inovasi yang cepat.

Namun, tantangan juga ada, seperti masalah keamanan siber, perlindungan data pribadi, dan kesenjangan digital yang terjadi antara daerah yang memiliki akses teknologi tinggi dengan yang tidak.

Secara keseluruhan, ekonomi digital mengubah cara bisnis beroperasi dan individu berinteraksi, menciptakan peluang baru sekaligus menuntut penyesuaian regulasi dan kebijakan yang tepat untuk mengelola pertumbuhan dan dampaknya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya