Kredit Bank di Juni 2024 Tembus Rp 7.478 Triliun, Simak Faktor Pendorongnya

Pada Juni 2024, pertumbuhan penyaluran kredit mencapai Rp 7.478 triliun

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 05 Agu 2024, 19:30 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2024, 19:30 WIB
Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Jakarta Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae mengungkapkan fungsi intermediasi perbankan dalam tren positif. 

Pada Juni 2024, pertumbuhan penyaluran kredit mencapai Rp 7.478 triliun. Ini melanjutkan catatan double digit sebesar 12,36 persen (yoy) yang sebelumnya adalah 12,15 persen atau 1,39 persen secara bulanan.

“Berdasarkan penggunaannya, pertumbuhan kredit ditopang oleh investasi, di mana naik 15,09 persen YoY. Kemudian kredit modal kerja dan kredit konsumsi, masing-masing naik 11,68 persen dan 10,80 persen,” kata Dian dalam konferensi pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan & Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan Juli 2024, Senin (5/8/2024). 

Dian menambahkan untuk dana pihak ketiga (DPK), tumbuh 8,45% YoY menjadi Rp 8.722 triliun. Dengan rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) naik dari 84,8% per Mei 2024 menjadi 85,74% per Juni 2024. 

Adapun untuk rasio permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan secara tahunan sedikit koreksi dari 27,16% menjadi 26,18%. Sedangkan yang menjadi kontributor pertumbuhan terbesar DPK adalah Giro.

Kemudian untuk kualitas kredit masih terjaga dengan rasio NPL gross perbankan sebesar 2,26 persen, di mana Mei lalu tercatat 2,34 persen dan NPL nett sebesar 2,76 persen dari bulan sebelumnya tercatat 0,79 persen.

Kemudian Loan at Risk (LaR) menunjukkan tren penurunan sebesar 10,51 persen dibandingkan Mei 2024 sebesar 10,75 persen dan Loan at Risk (LaR) menunjukkan tren penurunan sebesar 10,51 persen dibandingkan Mei 2024 sebesar 10,75 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Suku Bunga Bank Sekarang Berapa?

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di angka 6,25  persen.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16 dan 17 Juli 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility juga tetap sebesar 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 7 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam pengumuman Hasil RDG Juli 2024, disiarkan pada Rabu (17/7/2024).

Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter yang pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1% pada tahun 2024 dan 2025.

Fokus kebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas, stabilisasi nilai tukar rupiah, termasuk menjaga aliran masuk portofolio asing dan stabilitas nilai tukar rupiah.

Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, lanjut Perry.

"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga, kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran," imbuhnya.

Gubernur BI juga memastikan, bahwa pihaknya terus memperkuat kebijakan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya