Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah AS turun menjadi level USD 74 per barel pada hari Selasa, setelah aksi jual pada sesi sebelumnya di tengah kekhawatiran permintaan di Asia dan pembicaraan gencatan senjata di Timur Tengah.
Dikutip dari CNBC, Rabu (21/8/2024), harga minyak dunia West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September dipatok USD 74,04 per barel, turun 33 sen atau 0,44%. Sepanjang tahun ini, harga minyak mentah AS naik 3,2%.
Baca Juga
Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak Oktober dibanderol USD 77,20 per barel, turun 46 sen atau 0,59%. Sepanjanga tahun ini, patokan global tetap datar naik hanya 0,2%.
Advertisement
“Kami melihat harga minyak berbalik arah karena pasokan yang jauh lebih banyak tetapi juga permintaan yang lebih lemah,” Ahli Strategi Komoditas Bank of America Francisco Blanch.
“Harga minyak benar-benar diperdagangkan berdasarkan fundamental penawaran dan permintaan dan saat ini kita memiliki sedikit hambatan karena Tiongkok melambat di sini,” lanjut Blanch.
Harga minyak mentah AS dan Brent
Harga minyak mentah AS dan Brent telah turun 9,2% sejauh kuartal ini.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berada di Timur Tengah, di mana ia berupaya keras untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan memulangkan sandera yang ditahan Hamas. Blinken mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menerima proposal penghubung dan meminta Hamas untuk melakukan hal yang sama.
Namun pemimpin Hamas Yahya Sinwar memandang putaran terakhir perundingan gencatan senjata sebagai gertakan untuk memberi Israel waktu tambahan untuk melancarkan perang di Gaza, kata mediator Arab kepada The Wall Street Journal. Ia berharap dapat menekan Israel dengan melancarkan serangan dari Tepi Barat, kata mediator kepada The Journal.
Harga minyak turun karena Iran sejauh ini menahan diri untuk tidak menyerang Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Teheran pada akhir Juli. AS berharap kesepakatan gencatan senjata di Gaza dapat mencegah perang yang lebih luas di wilayah tersebut. “Pasar benar-benar sampai batas tertentu salah berasumsi bahwa risiko geopolitik ini telah hilang,” kata Peneliti Senior di Energy Intel Amena Bakr.
Harga Minyak Mentah Turun Dampak AS Paksa Gencatan Senjata di Gaza
Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) turun hampir 3% pada penutupan perdagangan Senin. Harga minyak mentah AS ditutup di bawah level USD 75 per barel.
Penurunan harga minyak mentah AS ini dikarenakan AS mendorong adanya kesepakatan gencatan senjata guna mengakhiri pertempuran di Gaza. Selain itu, kekhawatiran tentang melemahnya permintaan juga membebani pasar minyak mentah.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berada di Israel, di mana ia memperingatkan bahwa ini mungkin merupakan kesempatan terakhir untuk mengamankan kesepakatan yang mengakhiri pertempuran dan membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Pembicaraan gencatan senjata dijadwalkan akan berlanjut minggu ini di Kairo, Mesir.
Mengutip CNBC, Selasa (20/8/2024), berikut ni adalah harga energi penutupan hari Senin:
- Harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak September ditutup USD 74,37 per barel, turun USD 2,28 atau 2,97%. Sepanjang hahun ini harga minyak AS telah naik 3,8%.
- Harga minyak Brent untuk kontrak Oktober ditutup USD 77,66 per barel, turun USD 2,02 atau 2,54%. Dari awal tahun sampai hari ini harga patokan global ini naik 0,8%.
- Harga Bensin untuk lontrak September ditutup USD 2,26 per galon, turun lebih dari 4 sen atau 2%. Tahun ini harga bensin naik 7,7%.
- Harga gas alam lontrak September ditutup USD 2,23 per seribu kaki kubik, naik 11 sen atau 5,3%. Tahun ini harga gas turun 11,1%.
Advertisement
Premi Risiko Geopolitik
Minyak mentah AS telah diperdagangkan dalam kisaran antara USD 75 dan USD 80 per barel dalam sepekan terakhir, dengan pasar terjebak di antara ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang dapat mengganggu pasokan dan mendorong harga lebih tinggi, dan fundamental penawaran dan permintaan yang mengarah ke arah sebaliknya.
Pendiri Energy Aspects Amrita Sen mengatakan kepada CNBC bahwa permintaan sedang mendorong pasar saat ini, dengan harga merespons data yang sangat lemah dari China.
Para pedagang sebagian besar telah memudarkan premi risiko geopolitik karena tidak ada gangguan pasokan, kata Sen.
"Pandangan bearish itu sederhana, dan dalam jangka menengah, aktivitas ekonomi yang melambat, pelemahan di Asia, dan margin kilang yang lebih rendah semuanya bukan pertanda baik bagi harga minyak mentah menjelang akhir tahun," Brian Leisen, analis minyak global di RBC Capital Markets, mengatakan kepada klien dalam sebuah catatan pada hari Minggu.