Nilai Aset PLN Tembus Rp 1.691 Triliun di Semester I 2024

PT PLN (Persero) terus mengalami peningkatan nilai aset setelah menjalankan transformasi proses bisnis perusahaan selama empat tahun terakhir.

oleh Septian Deny diperbarui 28 Sep 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2024, 16:00 WIB
(Foto: PLN UP 3 Pasuruan)
Petugas perbaiki tiang listrik di Bundaran Apolo, Pasuruan, Jawa Timur (Foto: PLN UP 3 Pasuruan)

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) terus mengalami peningkatan nilai aset setelah menjalankan transformasi proses bisnis perusahaan selama empat tahun terakhir.

Terhitung sejak 2020, aset PLN yang awalnya bernilai Rp 1.588 triliun menjadi Rp 1.691 triliun di semester I 2024, atau naik Rp 102 triliun.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, pertumbuhan aset ini menjadikan PLN sebagai BUMN utilitas terbesar di Indonesia, dimana perseroan terus melakukan manajemen aset perusahaan.

Hal ini berdampak pada penambahan jumlah pelanggan sebesar 15,3 persen dari 2020 sebesar 79 juta pelanggan menjadi sebesar 91,1 juta pelanggan di pertengahan 2024.

"Ini adalah buah manis dari transformasi yang kami lakukan. Kami mengubah cara pandang pengembangan bisnis yang dulunya stagnan dan backward-looking, sekarang menjadi lebih ekspansif, dinamis, dan forward-looking. Kami sukses meningkatkan pendapatan, melakukan efisiensi, sekaligus mengoptimalisasi aset yang yang kami miliki," terang Darmawan, Sabtu (28/9/2024).

Selain itu, Darmawan mengungkapkan, pihaknya terus meningkatkan pemanfaatan aset yang sudah ada. Termasuk melalui inovasi bisnis di luar kelistrikan atau Beyond kWh yang menjadi sumber pendapatan baru bagi PLN.

"Aset-aset kelistrikan yang tadinya digunakan hanya untuk layanan kelistrikan, dikembangkan untuk layanan Beyond kWh. Ada layanan internet, ada PLN marketplace, ada EV Charging, battery swap, sistem Charge-in, rooftop panel, hingga ListriQu. Super App kami New PLN Mobile, menjadi ujung tombaknya," paparnya.

Target Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Angin Meningkat pada 2030

Petugas PLN dalam keadaan bertegangan melakukan pemeliharaan tenaga listrik jaringan 20 kiloVolt tanpa padam di Indramayu, Jawa Barat. (Dok PLN)
Petugas PLN dalam keadaan bertegangan melakukan pemeliharaan tenaga listrik jaringan 20 kiloVolt tanpa padam di Indramayu, Jawa Barat. (Dok PLN)

Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) bersama dengan PT PLN (Persero) tengah menyusun Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2025-2035, serta Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).

Dalam rancangan kebijakan yang tengah digodok tersebut, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi menargetkan akan menambah kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sebanyak 5 GW hingga 2030.

"Saat ini RUKN sedang dibahas, selanjutnya dibuat RUPTL baru dan didalamnya target 5 tahun ke depan. Kita sudah tahu langkahnya 5 GW, jadi sampai dengan tahun 2030 kita butuh 5 GW dari angin," ungkap Eniya dalam keterangan resmi Kementerian ESDM, Jumat (27/9/2024).

Menurut dia, Indonesia memiliki potensi sumber daya angin (bayu) sangat besar, yang menjadikan potensi angin sebagai sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) terbesar kedua setelah energi surya. 

Selain sebagai sumber energi, PLTB nantinya juga bisa dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata, seperti yang ada di Eropa, khususnya Belanda. Potensi angin di Indonesia juga berada di daerah-daerah wisata seperti di wilayah Indonesia Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Jawa Bagian Timur dan Jawa Bagian Selatan.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi angin di Indonesia yakni sebesar 154,6 GW dengan rincian potensi angin onshore sebesar 60,4 GW dan potensi angin offshore sebesar 94,2 GW. 

Jika dirincikan lebih detil, wilayah timur Indonesia (Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara) memiliki potensi mencapai 40 persen dari potensi angin nasional. Namun, potensi angin yang dimanfaatkan menjadi PLTB hingga tahun 2024 ini masih sangat kecil, yakni hanya sebesar 152,3 MW. 

 

 

Kapasitas Terpasang PLTB

Keren, Satu Lagi Kebun Angin Raksasa di Sulsel
Bentuk turbin di area Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo 1 di Jeneponto, Sulawesi Selatan, Jumat (21/9). Turbin PLTB Tolo 1 memiliki tinggi tiang 133 meter dengan panjang bilah (blade) 63 meter. (Liputan6.com/Pool/ESDM)

Di sisi lain, pemerintah menargetkan pada 2060 nanti, kapasitas terpasang PLTB akan menjadi 37 GW.

Oleh sebab itu, Eniya menekankan, diperlukan kolaborasi dan kerja sama dengan dunia internasional. Sehingga bisa menjadi kunci dalam pengelolaan investasi penyediaan tenaga listrik berbasis EBT, khususnya yang berasal dari angin. 

Ia mengapresiasi kerja sama antara Kementerian ESDM bersama Energy Transition Partnership-United Nations Office for Project Services (ETP-UNOPS). Untuk memfasilitasi pengembangan serangkaian studi dalam mengembangkan PLTB di Indonesia.

"Saya memberikan ucapan terima kasih atas dukungan yang tinggi untuk rekomendasi yang akan diberikan oleh UNOPS sebagai upaya strategis untuk mempercepat pengembangan energi angin di Indonesia, dan kita bersama bisa mewujudkan dan memajukan sektor energi terbarukan di Indonesia," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya