Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 20 poin atau 0,13 persen pada Senin, (2/12/2024). Pergerakan rupiah dibayangi sejumlah data ekonomi.
Mengutip Antara, rupiah berada di posisi 15.868 per dolar AS dari sebelumnya 15.848 per dolar AS.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, Analis Bank Woori Saudara Rully Nova prediksi, kurs rupiah akan naik terhadap dolar AS jelang rilis inflasi domestik dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada November 2024.
Advertisement
“BPS akan merilis data inflasi November yang diperkirakan masih sesuai dengan ekspektasi pasar,” ujar Rully kepada Antara.
Dia menuturkan, perkiraan inflasi Indonesia bulanan November 2024 sebesar 0,30 persen secara month on month (mom).
Ia prediksi, rupiah menguat pada kisaran Rp 15.830 hingga Rp15.890 per dolar AS dipengaruhi oleh faktor indeks dolar AS dan imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menurun.
Rully menuturkan, imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat tenor 10 tahun turun menjadi 4,1 persen.
Nasib Kurs Rupiah Hari Ini, Menguat atau Makin Loyo?
Sebelumnya, analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan nilai tukar rupiah cenderung menguat terbatas pada perdagangan Jumat seiring meredanya ketegangan di Timur Tengah.
Pada awal perdagangan Jumat, kurs rupiah meningkat 20 poin atau 0,12 persen menjadi Rp15.852 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.872 per dolar AS.
"Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas terhadap dolar AS di tengah absennya data-data ekonomi penting serta liburan Thanksgiving di Amerika Serikat," kata Lukman dikutip dari Antara di Jakarta, Jumat (29/11/2024).
Lukman menuturkan, dolar AS terpantau masih terkoreksi oleh meredanya ketegangan di Timur Tengah serta probabilitas pemangkasan suku bunga AS pada Desember yang naik, dari sebelumnya 55,9 persen pada pekan lalu menjadi 66,5 persen sekarang ini.
Ia memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran 15.800 per USD sampai dengan 15.900 per USD.
Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS Kemarin
Rupiah akhirnya memasuki zona hijau pada Kamis, 28 November 2024. Pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen global seiring investor menahan diri jelang libur Thanksgiving.
Rupiah ditutup menguat 63 poin terhadap dolar AS (USD), setelah menguat 80 poin di level Rp 15.871,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15,934,5.
"Sedangkan untuk besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.810 - Rp 15.890,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Dolar AS melemah ketika investor menahan diri untuk tidak memasang taruhan besar sebelum libur Thanksgiving di AS, yang kemungkinan akan terus diperdagangkan tipis selama sisa pekan ini.
Data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang menjadi ukuran inflasi dasar acuan Federal Reserve (The Fed) juga meningkat sesuai dengan perkiraan.
Advertisement
Ekonomi AS
Data lain juga menunjukkan ekonomi AS di kuartal ketiga 2024 tumbuh stabil dan solid, serta data klaim pengangguran mingguan yang sedikit lebih kuat dari yang diharapkan.
"Ketidakmampuan untuk mencapai target inflasi 2% Federal Reserve, dikombinasikan dengan kemungkinan peningkatan tarif impor, dapat membatasi kemampuan bank sentral untuk menurunkan suku bunga tahun depan,” papar Ibrahim.
"Meskipun pembacaan tersebut tidak banyak menghalangi ekspektasi untuk penurunan suku bunga pada bulan Desember, para pedagang terlihat semakin tidak yakin atas prospek suku bunga pada tahun 2025,” lanjutnya.
Ketidakpastian Pemerintahan Trump
Adapun ketidakpastian seputar pemerintahan baru Presiden Terpilih AS Donald Trump yang diperkirakan akan mengeluarkan lebih banyak kebijakan ekspansif dan tarif perdagangan yang akan mendorong inflasi.
“Tren ini diperkirakan akan membatasi siklus pelonggaran Fed,” Ibrahim menambahkan.
Sementara itu, masih ada kekhawatiran terkait perang dagang Tiongkok-AS, dan para pedagang menunggu untuk melihat langkah-langkah stimulus yang akan diberlakukan Beijing untuk mengimbangi tekanan ekonomi dari setiap kenaikan tarif AS.
Advertisement