Liputan6.com, Jakarta Presiden Prabowo Subianto menargetkan lifting minyak nasional mencapai 1 juta barel per hari (bopd) pada 2028. Target ambisius Prabowo ini ditetapkan di tengah tren penurunan produksi minyak dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, muncul pertanyaan: Apakah target lifting minyak 1 juta barel per hari realistis?
Baca Juga
Pasalnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, dalam pelantikan Dirjen Migas baru pada Kamis (16/1/2025), mengungkapkan bahwa realisasi lifting minyak saat ini terus menurun dan belum mencapai target yang ditetapkan.
Advertisement
Pada 2024, misalnya, lifting minyak hanya mencapai sekitar 571,7 ribu barel per hari, jauh di bawah target APBN 2024 sebesar 635 ribu barel per hari.
Mengacu pada proyeksi Kementerian ESDM sebelumnya, lifting minyak nasional pada akhir masa jabatan Prabowo diperkirakan belum mencapai 1 juta barel per hari. Angka tersebut baru bisa mendekati 900 ribu barel per hari pada 2029.
Optimisme Bahlil
Meski demikian, Bahlil tetap optimistis bahwa target lifting minyak bisa meningkat di tahun-tahun mendatang, mendekati 1 juta barel per hari pada 2030.
"Kalau lifting minyak, duitnya ada kita bor dulu. Ada hasil baru kita bicara. Tapi Insya Allah, kita targetkan sampai dengan 2029 harus lebih baik. Rencana kita di angka sekitar 800-900 ribu barel," ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Â
Realisme dan Upaya Maksimal
Dirjen Migas Kementerian ESDM yang baru dilantik, Achmad Muchtasyar, memilih pendekatan realistis terkait proyeksi lifting minyak. Meski begitu, ia menegaskan pentingnya upaya maksimal untuk mencapai target Presiden.
"Kita harus menargetkan yang realistis, tetapi tetap harus memaksimalkan upaya. Jangan setelah realistis, malah kita kurangi targetnya. Kalau bisa melampaui, syukur-syukur impian 1 juta barel tercapai," ujar Achmad.
Namun, ia belum merinci angka realistis untuk lifting minyak dalam waktu dekat.
Â
Advertisement
Mendukung Asta Cita Prabowo
Achmad juga menekankan bahwa peningkatan lifting minyak merupakan bagian integral dari Asta Cita pemerintahan Prabowo-Gibran untuk mencapai kedaulatan energi.
"Peningkatan lifting menjadi program utama yang harus kita realisasikan," kata Achmad.
Selain itu, ia menambahkan bahwa swasembada energi tidak hanya bergantung pada produksi minyak. Pemerintah juga fokus pada transisi energi baru terbarukan (EBT) melalui penggunaan biosolar, biodiesel, serta pengembangan sumur migas yang sudah tidak berproduksi (idle well).
"Langkah-langkah efisiensi, percepatan proses, dan evaluasi kendala pengembangan migas menjadi detail penting untuk mendukung Asta Cita menuju kemandirian energi," pungkasnya.