Thailand masih menjadi pilihan utama para produsen otomotif khususnya asal Jepang dalam memproduksi mobil jenis sedan. Hal ini jauh berbeda dengan di Indonesia yang kebanyakan produsen masih enggan untuk membuat mobil jenis sedan.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Noegardjito mengatakan, hal tersebut lantaran pajak yang dikenakan untuk mobil sedan di Indonesia jauh lebih tinggi dibanding dengan di negara gajah putih tersebut.
"Karena di sini pajaknya mahal. Ini untuk mobil di bawah 1.500 cc, kalau jenis MPV PPnBM-nya 10%, kalau sedan 30%," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Bandung, Jawa Barat, seperti ditulis Rabu (4/12/13).
Sedangkan di Thailand sendiri, lanjutnya, meskipun tidak menerapkan pajak 0% alias tidak membebaskan pajak atas kendaraan tersebut, namun menetapkan pajak yang cukup rendah sehingga ketika diekspor harganya tidak meningkat jauh.
"Karena Thailand sendiri, supaya bisa menembus pasar dengan cara perpajakan PPnBM. PPnBM di sana memang tidak 0% tapi bedanya jauh dengan di sini. Mungkin ini paling tidak bisa terpaut 10%," tutur Noegardjito.
Menurut Noegardjito, meskipun pemerintah nantinya menurunkan besaran pajak untuk kendaraan jenis tersebut, namun tidak serta merta membuat para produsen untuk memproduksi sedannyadi Indonesia.
Masih ada pertimbangan ekonomi bila para produsen tersebut ingin memperluas investasinya di Indonesia.
"Itu tidak bisa dijawab dadakan karena kan butuh analisa, bisa ya bisa tidak. Yang jadi pertimbangan saat ini adalah kondisi ekonominya bagai mana, bagus atau tidak," tandasnya. (Dny/Ahm)
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Noegardjito mengatakan, hal tersebut lantaran pajak yang dikenakan untuk mobil sedan di Indonesia jauh lebih tinggi dibanding dengan di negara gajah putih tersebut.
"Karena di sini pajaknya mahal. Ini untuk mobil di bawah 1.500 cc, kalau jenis MPV PPnBM-nya 10%, kalau sedan 30%," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Bandung, Jawa Barat, seperti ditulis Rabu (4/12/13).
Sedangkan di Thailand sendiri, lanjutnya, meskipun tidak menerapkan pajak 0% alias tidak membebaskan pajak atas kendaraan tersebut, namun menetapkan pajak yang cukup rendah sehingga ketika diekspor harganya tidak meningkat jauh.
"Karena Thailand sendiri, supaya bisa menembus pasar dengan cara perpajakan PPnBM. PPnBM di sana memang tidak 0% tapi bedanya jauh dengan di sini. Mungkin ini paling tidak bisa terpaut 10%," tutur Noegardjito.
Menurut Noegardjito, meskipun pemerintah nantinya menurunkan besaran pajak untuk kendaraan jenis tersebut, namun tidak serta merta membuat para produsen untuk memproduksi sedannyadi Indonesia.
Masih ada pertimbangan ekonomi bila para produsen tersebut ingin memperluas investasinya di Indonesia.
"Itu tidak bisa dijawab dadakan karena kan butuh analisa, bisa ya bisa tidak. Yang jadi pertimbangan saat ini adalah kondisi ekonominya bagai mana, bagus atau tidak," tandasnya. (Dny/Ahm)