Rupiah Menguat, BI Klaim Jaga Likuiditas Pasar

Bank Indonesia mengklaim berupaya selalu ada di pasar untuk menjaga likuiditas nilai tukar rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Des 2013, 16:16 WIB
Diterbitkan 06 Des 2013, 16:16 WIB
rupiah-131201b.jpg
Kabar baik dari penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi ini (6/12/2013) tak terlepas dari intervensi Bank Indonesia (BI). Bank sentral mengklaim, pihaknya berupaya selalu ada di pasar untuk menjaga likuiditas nilai tukar rupiah.

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengungkapkan, pihaknya terus mengamati pergerakan pasar keuangan sampai saat ini, terutama volatilitas rupiah.

"Selama tiga bulan ini kami menjaga likuiditas apabila diperlukan. Tapi kalau melihat nilai transaksi harian mengalami penurunan," terang dia usai Rakor Inflasi di kantornya, Jakarta, Jumat (6/12/2013).

BI, kata Agus, mengimbau supaya para pemilik dana maupun eksportir secara normal melepas dananya supaya persediaan dan permintaan seimbang karena banjir permintaan dolar AS di akhir tahun.

Dia mengingatkan, agar pembeli dana tidak menggunakan dolar-nya untuk melakukan impor barang-barang mubazir alias tidak diperlukan saat-saat ini.

Serta merekomendasikan pemilik dana melakukan pembelian kembali (forward buy) dan lindung nilai (hedging) sehingga tidak melambungkan permintaan dolar AS.

"Kalau BI diperlukan kami akan turun sebab kami mengupayakan penawaran SWAP, valas dan sedang aktif menyesuaikan mini master repo agreement demi menjaga likuiditas nilai tukar rupiah. Yang terjadi karena ada tekanan persaingan di akhir tahun dan awal 2014 yang harus disikapi waspada supaya pasar tidak panik," ujarnya.

Namun lebih jauh Agus menambahkan, BI melihat dua faktor pelemahan rupiah hingga sempat menembus Rp 12 ribu per dolar AS. Faktor eksternal, yakni terbitnya indikator ekonomi AS yang menunjukkan perbaikan.

Malam ini pun rencananya Bank Sentral AS akan mengumumkan indeks perbaikan ekonomi negara Adidaya itu, terkait realisasi pengangguran yang lebih baik. Jadi dengan kondisi ini membuat berpikir tapering off mungin tidak akan dilaksanakan dalam waktu segera dan mengurangi tekanan pada nilai tukar rupiah," terangnya.

Tekanan lain, tambah Agus, datang dari permintaan valas yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan akhir. Sedangkan faktor internal, meliputi kinerja defisit transaksi berjalan  yang mulai membaik, serta mengendalikan inflasi.

"Ini pengaruh dari eksternal dan banyak permintaan dolar memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Jadi pelemahan rupiah bersifat sementara," tukas Agus.

Sekadar informasi, nilai tukar menguat 57 poin menjadi Rp11.905 dibanding posisi sebelumnya Kamis (5/12/2013) sebesar  Rp 11.962 per dolar AS. (Fik/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya