Balada Venezuela yang Kelimpungan Jadi Negeri Minyak

Negara yang satu ini cukup unik. Meski telah dilanda krisis, pemerintahnya tetap jorjoran memberikan subsidi bahan bakar dalam jumlah besar.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 23 Des 2013, 19:51 WIB
Diterbitkan 23 Des 2013, 19:51 WIB
venezuela-131223c.jpg
Bicara soal produksi dan subsidi minyak, negara yang satu ini cukup unik. Meski telah dilanda krisis, pemerintahnya tetap jorjoran memberikan subsidi bahan bakar dalam jumlah besar. Bayangkan saja, harga bensin premium di Venezuela dijual seharga US$ 0,6 per galon.

Bahkan harganya bisa lebih murah hingga mencapai US$ 0,015 per galon atau Rp 48 per liter (kurs: 12.195 per dolar AS). Jelas saja, di tengah krisis dan kelangkaan barang yang melanda Venezuela, minyak tetap menjadi barang murah dan melimpah.

Sejauh ini, pemerintah semakin kesulitan menngendalikan jumlah impor minyak olahan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, subsidi dalam jumlah terlalu besar membuat pemerintahnya kewalahan mengendalikan pengeluaran yang berakibat krisis.

Terlebih lagi, jumlah produksi minyaknya terus merosot sejak 2000. Lantas, bagaimana lika-liku negara kaya minyak ini memompa produksi minyaknya? Berikut kisahnya seperti dikutip dari Quartz, situs resmi EIA, Eluniversal, dan sumber lainnya, Senin (23/12/2013):

venezuela-5-131223c.jpg

Venezuela, dituding berbohong soal laporan produksi minyaknya

Pada September 2013, menurut laporan yang dirilis Organisasi minyak dunia (OPEC), Venezuela terbiasa memberikan laporan tingkat produksi di atas estimasi. Sepanjang Agustus, perusahaan minyak milik negara di Venezuela Petróleos de Venezuela S.A. (PDVSA) melaporkan jumlah produksi 2,8 juta per hari.

Produksinya berjumlah lebih banyak dari prediksi sekitar 2,35 juta barel per hari. OPEC lalu menemukan kejanggalan dalam laporan produksi minyak Venezuela.

Meskipun Venezuela bukan satu-satunya negara yang memiliki perbedaan antara prediksi dan laporan produksinya, tapi kebohongannya merupakan salah satu hal yang paling memalukan di dunia.

Sejauh ini, Iran yang melebihkan laporan produksinya hingga mendekati satu juta barel per hari telah terbukti sebagai pembohong besar. Kenyatannya, jumlah produksinya tak sebesar yang telah dilaporkan.

venezuela-4-131223c.jpg


Minyak jadi penyumbang sebagian besar pendapatan Venezuela

Pada 2011, Venezuela menempati peringkat ketiga sebagai produsen minyak mentah terbesar di dunia. Sayangnya, hanya dalam waktu dua tahun, Venezuela turun empat peringkat ke posisi ke-6 disusul Irak, Kuwait dan Uni Emirat Arab.

Hingga saat ini, Venezuela terus berupaya memompa produksi minyaknya mengingat sebagian besar pendapatan pemerintah datang dari sektor tersebut. Menambah 400 ribu barel dalam produksi minyaknya setara dengan masukan dana senilai miliaran dolar ke kas negara.

venezuela-3-131223c.jpg

Jumlah produksi minyak Venezuela terus merosot dalam 13 tahun gara-gara kebanyakan impor


Sejak 2000, produksi minyak harian Venezuela tercatat terus anjlok secara dramatis. Bahkan kondisi produksinya dapat menjadi lebih buruk dari sebelumnya mengingat negara-negara berkembang seperti China, Brasil dan India semakin meningkatkan permintaan minyaknya.

Terlebih lagi, Brasil yang bukan merupakan anggota OPEC akan segera menggeser posisi Venezuela di organisasi minyak dunia tersebut. Pasalnya, negara berkembang yang tumbuh dengan cepat itu diprediksi mampu memproduksi sekitar 2,6 juta barel per hari hingga akhir tahun ini.

Selain itu, kondisinya juga diperburuk dengan jumlah impor minyak Venezuela yang semakin tak terkendali. Sebagai produsen minyak mentah besar, impor minyak olahan Venezuela telah melonjak sekitar 43% dalam 12 bulan terakhir hingga September 2013.

Tingginya jumlah impor minyak membuat pemerintah  Venezuela semakin kesulitan menjualnya ke investor asing. Sementara kebutuhan minyak Venezuela yang juga meningkat perlu disesuaikan dengan peningkatan produksi.

venezuela-2-131223c.jpg

Subsidi pemerintah terlalu tinggi, harga minyak cuma Rp 48 per liter


Bensin atau premiun di Venezuela dijual seharga US$ 0,06 per galon, jika dihitung berdasarkan nilai tukar resmi. Sementara dengan perhitungan kurs mata uang resmi yang berlaku untuk transaksi, harganya bisa jauh lebih murah yaitu sebesar US$ 0.015 per galon atau Rp 48 per liter (kurs:  Rp 12.195 per dolar AS).

Bahkan seorang imigran asal Spanyol mengatakan, harganya jauh lebih rendah daripada secangkir kopi. Di tengah lonjakan harga barang pokok yang terjadi di Venezuela, bensin merupakan satu-satunya barang murah yang bisa diperoleh di sana.

Bayangkan saja, tisu toilet pada pertengahan tahun sempat menjadi barang langka. Susu dan tepung pun sangat sulit ditemukan di swalayan Venezuela.

Selama 14 tahun kekuasaan mendiang Presiden Hugo Chavez, harga bensin di Venezuela tak pernah berubah bahkan saat inflasi besar-besaran tengah melanda negaranya.  Harga bensin terus disubsidi hingga semakin murah bahkan nyaris gratis.

Subsidi tersebut cukup menjelaskan kondisi Venezuela sebagai eksportir minyak yang secara kronis kekurangan uang tunai. Tengok saja, defisit anggaran Venezuela mencapai 12% dari produk domestik bruto tahun lalu.

Maklum, di beberapa negara berkembang, subsidi BBM dianggap membantu memberikan akses energi yang lebih besar bagi masyarakat miskin. Bahkan Venezuela rela berutang untuk menutupi subsidi BBM di negaranya yang tercatat mencapai US$ 28 miliar pada akhir tahun 2012.

venezuela-1-131223c.jpg


Kebutuhan minyak Venezuela bisa naik hingga 65%


Badan Energi Internasional menilai subsidi energi di Venezuela memberatkan pemerintah hingga sebesar US$ 27 juta pada 2011. Jumlah tersebut setara dengan 8,6% produk domestik brutonya.

Sementara itu, Badan informasi energi (Energy Information Administration/EIA) di AS menjelaskan penggunaan bensin Venezuela dan produk olahan minyak lainnya dapat meningkat hingga 65% dalam 13 tahun.

Sementara itu, seorang ekonom Venezuela, Orlando Ochoa memperkirakan negaranya menghabiskan US$ 7,2 miliar pada 2012 untuk mengimpor bahan bakar. EIA sendiri mencatat ekspor Amerika Serikat ke Venezuela mencapai 197 ribu barel per hari selama Desember tahun lalu. (Sis/Igw)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya