SISI LAIN: Gara-Gara Referendum, El Clasico Jadi Makin Panas

Laga Real Madrid versus Barcelona dibumbui politik.

diperbarui 23 Des 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 23 Des 2017, 13:30 WIB
El Clasico Gorilasport 1
Para pemain Real Madrid dan Barcelona bertarung pada laga sarat gengsi bertajuk El Clasico di Estadio Santiago Bernabeu, Madrid, Sabtu (23/12/2017). (Gorila Sport)

Jakarta - Kontroversi referendum kemerdekaan Katalunya beberapa waktu lalu meningkatkan tensi El Clasico di Estadio Santiago Bernabeu, Madrid, akhir pekan ini. Aroma politik dipastikan tercium sangat menyengat saat Real Madrid menjamu Barcelona pada pertandingan sarat gengsi edisi La Liga 2017/2018 tersebut.

Jajak pendapat ilegal itu sempat membelah Spanyol menjadi dua, tidak terkecuali di arena sepak bola. Gerard Pique adalah salah satu yang merasakan langsung dampak tersebut ketika dipercaya membela La Furia Roja pada Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona UEFA beberapa waktu lalu.

Pique seperti menjadi terpidana karena dihujat, disoraki, plus mendapatkan perlakuan kurang baik dari fans saat bermain untuk Spanyol. Bukan tak mungkin hal seperti terjadi lagi di El Clasico.

“El Clasico pertandingan sepak bola yang tidak bisa dilepaskan dari politik dan urusan ideologi. Madrid memiliki fans yang umumnya konservatif dan nasionalistik. Sebaliknya, di Barcelona, mereka sangat primodial. Mereka adalah klub yang sangat ingin menonjolkan identitas Katalunya yang mereka miliki,” ujar analis politik Spanyol, Pablo Simon, dilansir AFP.

Bukan Hanya Ronaldo vs Messi

Bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo, berbincang dengan striker Barcelona, Lionel Messi, saat acara penghargaan pemain terbaik FIFA 2017 di London, Senin (23/10/2017). Cristiano Ronaldo berhasil meraih pemain terbaik FIFA 2017. (AFP/Ben Stansall)

Suasana di Estadio Bernabeu akhir pekan ini diyakini juga akan berbeda. Akibat referendum yang dilakukan, tapi tidak diakui pemerintah pusat, atmosfer berbau nasionalisme akan sangat terasa di kandang Los Blancos.

Teriakan “Viva Espana” dan koreografi tentang persatuan Negeri Matador dipastikan akan digelar para pendukung setia Madrid di depan bintang-bintang Barcelona.

Baca artikel menarik lain dari gorilasport.com di sini:

http://www.gorilasport.com/masalah-betis-ronaldo-absen-di-el-clasico/

http://www.gorilasport.com/barca-belum-tentu-juara-walau-menangi-el-clasico/

http://www.gorilasport.com/rivalitas-messi-ronaldo-dalam-angka/

“Di Spanyol, ketika El Clasico digelar, anda tidak mungkin netral dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tidak ada seorang pun yang ingin kalah di laga ini. Orang Spanyol tidak ingin kehilangan Katalunya. Sementara orang Katalunya merasa tidak pernah menjadi Spanyol,” kata Sid Lowe, jurnalis Spanyol penulis buku Fear and Loathing in La Liga.

Magnet Luar Biasa

Laga El Clasico selalu menjanjikan banyak drama. (AP/Daniel Ochoa de Olza)

Apa pun itu, El Clasico adalah magnet yang luar biasa. Seperti musim-musim sebelumnya, 500 hingga 650 juta pasang mata di seluruh dunia diyakini menyaksikan Cristiano Ronaldo melawan Lionel Messi.

Drama-drama yang menghiasinya, termasuk motif politik yang muncul, ternyata justru membuat pertemuan Madrid versus Barcelona selalu dinantikan banyak orang.

“Orang Spanyol tetap hidup normal dengan urusan politik di Katalunya. Mereka tidak berpikir bahwa sepak bola akan membuat Katalunya merdeka. Itu terlalu absurd. Sebab, masih banyak hal yang harus mereka kerjakan. Satu-satunya yang dinantikan apakah Barcelona akan menang di El Clasico atau tidak? Ataukah Barcelona akan juara La Liga pada akhir musim ini?” pungkas Lowe. (*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya