Manuver Warga Cegah Penularan Covid-19: Bangun Bilik Disinfektan hingga Cetak Selebaran Sendiri

Tanpa panduan resmi dari instansi terkait, terapkan standar operasional prosedur (SOP) pencegahan virus Corona Covid-19 secara mandiri.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 30 Mar 2020, 21:58 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2020, 21:58 WIB
Bilik desinfeksi dibangun secara swadaya di salah satu perumahan di Tangerang Selatan (Tangsel) dalam memerangi Covid-19
Bilik desinfeksi dibangun secara swadaya di salah satu perumahan di Tangerang Selatan (Tangsel) dalam memerangi Covid-19 (Liputan6.com/Marco Tampubolon)

Liputan6.com, Jakarta Ancaman virus Corona Covid-19 semakin nyata menyusul meningkatnya jumlah korban, termasuk di Indonesia. Tanpa panduan resmi, warga secara swadaya menjaga lingkungannya tetap aman dari paparan virus yang sampai saat ini sudah membunuh puluhan ribu orang di seluruh dunia. 

"Tidak ada pak," jawab ketua RT tempat saya tinggal di grup whatsapp pengurus ketika ditanya mengenai arahan dari pemerintah setempat terkait pencegahan Covid-19 di lingkungan kami di Pamulang, Tangerang Selatan.

Saat percakapan ini berlangsung, di Banten, sudah dua orang dinyatakan positif virus Covid-19. Pengumuman disampaikan Gubernur Banten, Wahidin Halim lewat akun Instagram-nya, 18 Maret lalu.

Belum diketahui daerah asal kedua korban tersebut, sebab gubernur tidak menyampaikannya secara rinci. Yang jelas, tidak lama kemudian, angka ini kembali bertambah menjadi empat pasien positif Covid-19. 

Warga waswas. Perbincangan kemudian mengerucut ke arah pembentukan tim tanggap Covid-19 secara mandiri. Tidak perlu menunggu arahan dari pihak kelurahan atau kecamatan, intinya adalah berusaha semaksimal mungkin mencegah masuknya virus tersebut ke dalam lingkungan perumahan. 

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Bergerak Sporadis

Kegiatan warga secara swadaya dalam mencegah penularan virus Corona Covid-19
Kegiatan warga secara swadaya dalam mencegah penularan virus Corona Covid-19 (Marco Tampubolon/Liputan6.com)

Saya mencoba menanyakan kepada Juru Bicara Satuan Gugus Tugas Covid-19 Tangsel, Tulus Muladiyono, mengenai panduan warga dalam melakukan upaya pencegahan penularan Covid-19 di lingkungan setingkat RT. Namun permintaan wawancara lewat telepon tidak kunjung ditangapi. Pertanyaan yang saya sampaikan lewat whatsapp juga tidak kunjung dijawab hingga hari ni. 

Pertanyaan yang sama juga kemudian saya ajukan kepada Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 Provinsi Banten, Ati Pramudji. Namun hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan dari Ati.  

Tanpa panduan resmi, warga tetap bergerak. Meski terkesan sporadis, setidaknya langkah ini bisa sedikit menumbuhkan perasaan aman warga di tengah pandemi global Virus Corona Covid-19. 

Ada tiga hal yang disepakati untuk dilakukan. Pertama pemetaan, kedua sosialisasi, dan ketiga adalah pencegahan-- belum sampai ke tahap penanganan bila ada warga yang positif Covid-19. 

Pemetaan dilakukan untuk mengetahui daerah-daerah sekitar yang sudah terpapar Covid-19. Informasi ini nantinya menjadi panduan bagi warga agar sebisa mungkin menghindari daerah tersebut.

Namun ini juga bukan pekerjaan mudah. Sebab informasi seperti ini tidak pernah diungkap ke publik. Masyarakat sedikit terbantu setelah data terbaru yang diterbitkan oleh pemprov Banten terkait pasien virus Corona Covid-19 di wilayahnya sudah dirinci hingga setingkat kecamatan. 

Lalu untuk sosialisasi, juga dilakukan secara mandiri dengan mencetak selebaran yang diunduh dari situs-situs resmi yang menangani penyebaran virus Corona Covid-19. Selain itu, dibagikan juga surat edaran yang berisi imbauan bagi warga dalam beraktifitas selama pandemi global virus Corona. 

Berbagai poster dan spanduk di pasang di pintu gerbang perumahan. Sebagian besar isinya seputar tata cara dari sumber-sumber resmi terkait pencegahan penyebaran virus Corona Covid-19. Sementara sebagian selebaran berisi nomor-nomor penting dan imbauan lain ditempel di papan pengumuman. 

 

Pandangan Berbeda

Petugas keamanan juga bertugas sebagai pengukur suhu di depan pintu masuk salah satu perumahan di Tangerang Selatan
Petugas keamanan juga bertugas sebagai pengukur suhu di depan pintu masuk salah satu perumahan di Tangerang Selatan (Marco Tampubolon/Liputan6.com)

Sementara untuk pencegahan dimulai dari depan pintu gerbang masuk kompleks. Pengukuran suhu dan pembangunan bilik disinfektan dianggap penting untuk membentengi warga dari paparan virus Corona Covid-19. Kegiatan yang sama juga dilakukan oleh sejumlah perumahan di wilayah Tangsel.

Pengukuran suhu dijalankan oleh pihak security. Mereka dilengkapi thermo gun, masker, sarung tangan, dan pakaian perlindungan diri, termasuk helm dengan kaca pelindung. "Harus ada yang bergerak duluan. Kalau menunggu terlalu lama, nanti tidak jadi-jadi," ujar ketua RT kami mengingatkan. 

Namun perdebatan muncul, seputar tindakan terhadap warga yang suhunya di atas normal. Sempat muncul wacana agar yang memiliki suhu di atas 37,8 derajat Celcius tidak diperkenankan masuk perumahan. Bila dia warga, yang bersangkutan akan 'ditahan' di pos satpam menunggu keluarganya datang untuk segera dibawa ke rumah sakit. "Ini untuk berjaga-jaga saja. Kalau ternyata dia positif Covid-19, kan jadinya tidak ikut menulari keluarga yang di rumah," ujar salah seorang warga berargumen. 

Selain menulari keluarga, sebagian warga masih beranggapan bahwa virus Corona Covid-19 bisa menyebar lewat udara atau airbone. Padahal organisasi kesehatan dunia WHO membantah hal itu.   

Protokol kesehatan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, juga masih menganjurkan warga yang demam dengan suhu 38 derajat Celcius ke atas untuk istirahat di rumah. Titik temu akhirnya dicapai, warga yang suhu di atas normal hanya didata untuk selanjutnya dimonitor apakah gejalanya benar-benar mengarah ke Covid-19 atau tidak. 

 

Potensi yang Rentan

Papan pengumuman warga di salah satu perumahan di Tangerang Selatan, kini dipenuhi informasi seputar Covid-19 yang dilakukan secara mandiri
Papan pengumuman warga di salah satu perumahan di Tangerang Selatan, kini dipenuhi informasi seputar Covid-19 yang dilakukan secara mandiri (Marco Tampubolon/Liputan6.com)

Perdebatan selanjutnya menyoal penyemprotan disinfektan. Sebagian menilai, cairan disinfektan juga bisa disemprotkan ke manusia. Padahal WHO maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga tidak merekomendasikannya. Sebab cairan disinfektan hanya untuk benda-benda mati. Sementara untuk manusia dikenal sebagai antiseptik dengan bahan dan kandungan yang berbeda. 

Pembangunan bilik disinfektan tetap dijalankan. Penyemprotan dilakukan secara otomotis. Hanya saja, bagi pengguna mobil yang melintas diminta untuk menutup kaca agar cairan tidak masuk ke dalam kabin. Sementara pengendara sepeda motor diiumbau untuk menutup kaca helm agar cairan tidak mengenai mata. Sedangkan warga pejalan kaki tidak disarankan untuk lewat bilik disinfeksi. 

Seluruh pembiayaan untuk kegiatan ini juga dikumpulkan secara swadaya. Warga urunan untuk membeli perlengkapan dan kebutuhan dalam mencegah warga terinfeksi virus Corona Covid-19. 

Belum ada yang bisa menjamin kapan pandemi virus corona Covid-19 bakal berakhir. Jumlah korban dari hari ke hari terus meningkat. Bukan tidak mungkin, pertempuran melawan Covid-19 akan berlangsung lama. Kesigapan warga sebenarnya bisa menjadi benteng pertama dalam mencegah penularan yang lebih luas. Namun tanpa campur tangan pihak berwenang dan pemerintah, perlawanan menjadi tidak efektif atau justru menimbulkan masalah baru di masyarakat. 

Semoga Indonesia segera terbebas dari virus Corona Covid-19.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya