Liputan6.com, Jakarta Seperti Messi juga, Mario Goetze melakoni debut internasionalnya di usia 18, tepatnya pada 17 November 2010 dalam pertandingan menghadapi Swedia. Ia pun menjadi pemain termuda yang pernah memperkuat timnas senior negaranya, setelah Uwe Seeler di tahun 1954, juga dalam usia 18 tahun.
Di keluarga Gotze , bukan hanya ia yang menekuni dunia sepakbola. Sang kakak, Fabian juga merupakan pemain sepakbola yang tergabung dalam klub SpVgg Unterhaching. Begitu pula dengan adiknya, Felix, yang bermain untuk akademi Dortmund U-15.
Sudah bersekolah di Akademi Borrusia Dortmund sejak umur 8 tahun, Goetze yang dilahirkan di Memmingen pada 3 Juni 1992 memulai debutnya di Bundesliga pada November 2009 menjalani debutnya pada 21 November 2009 melawan Mainz 05 dalam laga yang berakhir imbang 0-0.
Advertisement
Di musim 2010, pelatih Juergen Klopp menaikkan Goetze ke tim pertama gara-gara Shinji Kagawa cedera berat.
Goetze "tiba-tiba" menebar pesonanya dengan luar biasa. Ia bermain 33 kali, mencetak enam gol dan 15 assist, dan itu menjadikannya pemain 18 tahun terbaik dalam sejarah Bundesliga, sejak data akurasi gol dan assist diperhitungkan sejak musim 2004/2005.
"Kami memanggil dia 'Goetzinho',” ungkap gelandang Dortmund Sven Bender. "Dia menaikkan standar kualitas yang berada di sekitar dia. Dia mengontrol bola, seakan-akan ada magnet di kakinya."
Kecemerlangan Goetze itu membuat pelatih timnas Jerman Joachim Loew memutuskannya menjadi starter dalam laga ujicoba melawan Brasil di Stuttgart, 11 Agustus 2011. Ia menjadi pemain termuda Jerman yang membela timnas setelah Uwe Seeler.
Dan Goetze memperlihatkan bakat luar biasanya itu di depan sepasukan Brasil. Ia memimpin permainan Der Panzer, mencetak satu gol, plus memberi assist untuk gol ketiga yang dibuat Andre Schuerrle, dan timnya menang 3-2.
Goetzlich
Gol pertamanya itu menjadikannya sejajar dengan Klaus Stürmer sebagai pemain termuda yang mencetak gol internasional di era setelah perang.
"Mario Goetze punya visi yang luar biasa di lapangan, dan membaca permainan dengan sangat baik," analisis Loew seusai pertandingan, dikutip AFP.
Harian olahraga terbesar di Jerman, Bild bahkan lebih dulu memberi pujian luar biasa ketika Goetze tampil luar biasa saat membawa Dortmund mengalahkan Hamburg 3-1 di pertandingan pembuka liga musim ini pekan lalu.
'Goetzlich!', begitu Bild menuliskan headline-nya, menganggap Goetze "pemberian dari Tuhan".
Gelar mayor pertamanya ia raih saat berperan penting dalam mengantarkan Dortmund meraih gelar Bundesliga 2010-2011.
Gotze mengalami cedera pinggang pada Januari 2012 karena terjadi peradangan pada tulang rawan pinggangnya karena stres.
Namun Goetze harus meninggalkan Dortmund. Bayer Muenchen menawar dan mengaktifkan klausul pelepasan dari Gotze seharga 37 juta Euro atas kemauan pelatih baru Muenchen, Pep Guardiola. Kala itu Gotze menjadi pemain termahal Jerman sebelum akhirnya dipecahkan oleh transfer Mesut Ozil ke Arsenal.
Bersama Munchen, Gotze menjalani debutnya pada 11 Agustus 2013 di laga persahabatan melawan juara Hungaria, Gyori ETO. Pada musim 2013-2014, tepatnya pada 23 November 2013, Götze bermain dan mencetak gol pertama saat melawan mantan klubnya, Borussia Dortmund.
Advertisement
Memudar
Selama di Munchen, Gotze tak bisa memberikan perbedaan signifikan. Meski sukses mencetak 30 gol di dua musim awal, peran Gotze memudar di musim 2015/2016 saat ia hanya tampil sebanyak 14 kali di Bundesliga.
Gotze pun tak terpilih dalam skuat Jerman yang tampil di Piala Eropa 2016.
Mencoba mengubah peruntungan, Gotze kembali ke Borussia Dortmund di awal musim 2016/2017. Dalam pernyataan di akun Facebook miliknya, Gotze mengaku menyesal meninggalkan Dortmund untuk pergi ke Munchen.
Upaya Gotze mengembalikan performa di Dortmund tidak membuahkan hasil bagus. Peran Gotze tidak krusial dan ia menghabiskan empat tahun kontrak di Dortmund dengan penampilan yang terbilang jauh di bawah periode pertama di klub tersebut.
Dengan penampilan yang di bawah rata-rata, Gotze dan Dortmund akhirnya tidak melakukan perpanjangan kontrak.
Salah satu kendala kebangkitan Gotze adalah ia mengidap myopathy, kelainan otot atau miopati adalah istilah medis yang merujuk pada beberapa kondisi gangguan otot di dalam tubuh. Seseorang yang menderita kelainan otot umumnya mengalami gejala berupa lemah dan nyeri otot. Hal ini membuat otot-otot Gotze bermasalah.
Kembali ke Jerman
Setelah sempat berpetualang ke PSV Eindhoven, akhirnya Goetze Kembali ke Jerman, bergabung dengan Frankfurt per 21 Juni 2022. Ia dikontrak juara Liga Eropa 2021-2022 itu hingga 2025.
Bersama PSV Eindhoven musim lalu, Mario Gotze berhasil menyumbangkan 12 gol dan 11 assist dari 52 penampilan di semua kompetisi.
Baginya, Die Adler -julukan Eintracht Frankfurt- telah menunjukkan perkembangan luar biasa. Hal tersebut menjadi penyebab utama dirinya tertarik bergabung dengan Eintracht Frankfurt. Ia direkrut dengan nilai transfer € 4 juta
"Klub ini telah membuat perkembangan yang tidak biasa dan telah mengambil jalan ambisius dan menarik yang bisa saya ikuti," kata Mario Gotze dilansir dari Daily Mail (22/6/2022).
Kini Goetze siap mengejutkan dunia seperti yang ia lakukan pada Piala Dunia 2014. Jepang akan menjajal kejutan Goetze, jika ia dimainkan dalam pertandingan pembukaan mereka melawan Jepang pada Rabu 23 November, sebelum menghadapi Spanyol empat hari kemudian. Lalu pertandingan terakhir melawan Kosta Rika pada 1 Desember.
"Dia pesepakbola brilian yang memiliki kilasan inspirasi. Ia telah bermain di level yang sangat tinggi dalam beberapa minggu terakhir. Dia punya masalah di awal, tapi sekarang dia benar-benar fit," kata Flick dalam konferensi pers saat mengumumkan skuad resmi timnas Jerman.
Puncak kegemilangan Gotze bersama Jerman tentu terjadi di Piala Dunia 2014. Sempat mencuri perhatian di babak penyisihan dan jadi man of the match pada duel lawan Ghana, Gotze justru minim menit bermain ketika Jerman memasuki fase gugur.
Gotze bahkan tidak dilirik turun sebagai pengganti ketika Jerman menghancurkan Brasil dengan skor 7-1 di babak semifinal. Pun begitu halnya di babak final.
Gotze hanya duduk manis di bangku cadangan menyaksikan rekan-rekannya berjuang melawan Argentina.
Namun ketika pertandingan memasuki menit ke-88, Joachim Low memutuskan menurunkan Gotze untuk menggantikan striker veteran Miroslav Klose.
Keputusan Low terbukti tepat. Gotze yang masih memiliki kaki segar sukses merepotkan Argentina. Puncaknya di menit ke-113 ketika ia menerima umpan silang dari Andre Schurrle. Gotze mengontrol bola dengan dada dan melepaskan tendangan voli dari sudut sempit.
Bola tak mampu dibendung oleh Sergio Romero. Jerman meraih trofi Piala Dunia lewat gol tunggal itu. Gotze menjadi man of the match di final Piala Dunia 2014 saat usianya masih 22 tahun.
Advertisement