Pemprov Gorontalo Waspadai Penyebaran Hoaks terkait Bencana

BMKG memprediksi badai siklon tropis Surigae akan terjadi pada 15 April 2021 di sejumlah wilayah termasuk Provinsi Gorontalo.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 17 Apr 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi Hoaks Hoax
Ilustrasi Hoaks. (Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim meminta, tim siaga bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Gorontalo untuk memantau kondisi lingkungan dan gejala awal terjadinya banjir bandang, longsor, angin kencang, maupun gelombang tinggi.

Menurut Idris, hal ini dilakukan guna mengantisipasi potensi terjadinya badai Siklon Tropis Surigae di Gorontalo. Selain itu, juga untuk mencegah munculnya hoaks terkait bencana. 

"Saya minta tingkatkan kewaspadaan dan koordinasi seluruh instansi kebencanaan. Sebarluaskan informasi prediksi BMKG tentang badai Siklon ini secara masif agar masyarakat memperoleh informasi yang benar dan bukan hoaks, sehingga mereka sejak dini bisa mengantisipasi terjadinya bencana," kata Idris, dilansir dari Antara, Jumat (16/4/2021).

Untuk menghindari terjadinya korban jiwa, Idris mengatakan Pemprov Gorontalo bersama TNI dan Polri akan selalu melakukan koordinasi lintas sektor untuk menyiapkan sumber daya manusia, logistik, serta sarana dan prasarana dalam penanganan keadaan darurat.

"Bagi masyarakat yang tinggal di lembah sungai, lereng rawan longsor, serta yang tinggal di tepi pantai kami imbau selalu waspada. Untuk sementara waktu agar menjauh dari lokasi wilayah dengan resiko tinggi tersebut, termasuk menjauh dari pohon atau tegakan yang mudah runtuh," ucap Idris.

Dalam rilisnya, BMKG memprediksi badai siklon tropis Surigae akan terjadi mulai 15 April 2021 pukul 07.00 WIB di sejumlah wilayah termasuk Provinsi Gorontalo.

Siklon Tropis Sruigae memberikan dampak terhadap cuaca di Indonesia, berupa hujan dengan intesitas sedang hingga lebat disertai kilat dan petir serta angin kencang di wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

Dampak lainnya adalah gelombang laut dengan ketinggian 1.25 - 2.5 meter Laut Sulawesi bagian Timur, perairan Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Perairan Kepulauan Sitaro, Perairan Bitung, Likupang, Laut Maluku, Perairan Selatan Sulawesi Utara, Perairan Kepulauan Halmahera, Laut Halmahera, Samudra Pasifik utara Halmahera, Perairan Utara Raja Ampat, Perairan Selatan Biak, dan Teluk Cendrawasih.

Sementara gelombang laut dengan ketinggian 2.5 - 4.0 meter berpotensi terjadi di Perairan Manokwari, PerairanUtara Biak, dan Samudra Pasifik Utara Papua Barat. Gelombang laut dengan ketinggian 4.0 - 6.0 meter berpotensi terjadi di Samudra Pasifik utara Papua.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya